Luar Negeri
Covid-19 Hukum Pekerja Seks Eropa, Layangkan Permintaan Bantuan dari Pemerintah
Para pekerja seks di Eropa yang telah dilegalkan oleh negara termasuk paling parah terkena dampak virus Corona, Covid-19.
SERAMBINEWS.COM, LONDON – Para pekerja seks Eropa yang telah dilegalkan oleh negara termasuk paling parah terkena dampak virus Corona, Covid-19.
Rumah bordil atau pelacuran tidak ada lagi pria hidung belang yang berkunjung sejak lockdown atau penguncian ditetapkan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Dilansir AFP, Kamis (28/5/2020), kursi dan alat cambuk untuk pekerja seks telah berdebu di jalan yang tenang dekat Shoreditch, kawasan rumah boridl terkenal di London, Inggri.
Nyonya Karamel, pemilik rumah bordil tidak senang dengan dampak virus Corona yang menimpanya.
Lockdown telah menghukum dominatrix London, rumah bordil Hoxton Dungeon yang populer telah terpaku selama berminggu-minggu.
"Sehubungan dengan ruang bawah tanah benar-benar berhenti sampai nol persen, tidak ada pendapatan apapun,” kata seorang wanita berambut merah yang memproklamirkan dirinya "femme domme".
”Madame Carmel sebagai rumah bordil profesional, juga sama, satu-ke-satu ... hilang, hanya tinggal online," katanya kepada AFP.
Di ibukota lampu merah Amsterdam, pekerja seks secara resmi akan melanjutkan aksinya pada September 2020.
Prostitusi di Belanda legal dan diatur, yang memungkinkan lebih banyak dukungan dan struktur selama lockdown.
Tetapi banyak pekerja seks di Inggris dan sekitarnya mulai bergerak ke jaringan online untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Rekan dominatrix London, Mistress Evilyne menemukan kesuksesan di platform hiburan berlabel X, OnlyFans, yang semakin populer sejak didirikan pada 2016.
Dia mengatakan akun OnlyFans relatif sukses, sehingga dapat menghasilkan sekitar 1.000 dolar AS per bulan atau sekitar Rp 15 juta.
Ditambahkan, juga dilengkapi konten di situs lain, seperti Clips4Sale atau iWantClips.
"Jelas aku tidak bisa bertemu langsung lagi," kata Evilyne.
Dia bekerja dari flatnya yang kecil di London tenggara, tempat rantai, cambuk, lelucon dan alat BDSM (perbudakan, dominasi, sado-masokisme) lainnya tidak digunakan lagi di bawah tempat tidurnya.