Berita Aceh Barat
20 Pekerja Asal Zona Merah Masuk ke Aceh Barat Tanpa Izin, Warga Geram
Mereka para pekerja masuk di derah itu sejak Jumat (29/5/2020), namun keberadaan mereka tidak ada yang mengetahui saat itu.
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Nur Nihayati
Mereka para pekerja masuk di derah itu sejak Jumat (29/5/2020), namun keberadaan mereka tidak ada yang mengetahui saat itu.
Laporan Sa’dul Bahri Aceh Barat | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Di tengah Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19), warga Desa Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat mengerebek sebanyak 20 orang pekerja asal zona merah dari Sumatera Utara (Sumut) yang masuk ke daerah itu secara diam-diam, tanpa ada izin dan pemberitahuan terhadap aparatur desa.
Warga mengetahui para pekerja tersebut saat beberapa dari mereka berada di sebuah warkop di Desa Lapang.
Warga yang curiga saat melihat adanya orang asing di kampung mereka kemudian melakukan pemeriksaan.
Hasilnya, warga mendapati banyak pekerja yang masih berada di dalam sebuah rumah di desa tersebut.
Dari keterangan para pekerja tersebut, mereka sudah berada di daerah itu sejak Jumat (29/5/2020).
Namun tidak ada warga yang mengetahui keberadaan mereka pada saat itu.
Kehadiran para pekerja tersebut mengundang keresahan terhadap warga setempat.
Sebab mereka masuk ke daerah itu tanpa ada pemberitahuan kepada perangkat desa.
Selain itu, para pekerja yang rata-rata sebagai buruh bangunan itu hanya mengantongi KTP, tanpa membawa surat keterangan bebas Covid-19.
• Ini 14 Kabupaten/Kota di Aceh yang Diberi Kewenangan Laksanakan Kegiatan Produktif
• Masjid Nabawi Mulai Dibuka Minggu, Mekkah Tetap Ditutup
• Update Covid-19 di Aceh, Jumlah ODP 2.041 Orang, PDP 106 Kasus, Dua Pasien Positif Masih Dirawat
“Mereka tidak ada izin kepada kita masuk ke Desa Lapang," ungkap Mas Adi, Keuchik Gampong Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan kepada Serambinews.com, Minggu (31/5/2020) dini hari.
Karenanya atas kesepakatan dan musyawarah bersama dengan aparat desa dan pemuda, para pekerja alias buruh bangunan yang baru datang sekitar satu hari itu, dimintaudiminta meninggalkan desa tersebut.
"Sebab mereka tanpa mengantongi surat kesehatan, hanya KTP saja serta tidak ada yang bisa menjamin kesehatan mereka semua terkait wabah corona,” ujar Keuchik Mas Adi.
Menjelang tengah malam tadi, para pekerja itu dikumpulkan di sebuah bangunan ruko.