Update Corona di Aceh

Seniman Aceh Gelar Lomba Baca Puisi Tingkat SD Secara Virtual, Pendaftaran Ditutup 12 Juni 2020

"Pandemi Covid-19 boleh saja "memenjarakan" manusia, tapi tidak dengan ide, gagasan, pikiran, dan kreativitas," kata Djamal.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Djamal Sharief, dalam salah satu aksi panggungnya di Banda Aceh. 

"Pandemi Covid-19 boleh saja "memenjarakan" manusia, tapi tidak dengan ide, gagasan, pikiran, dan kreativitas," kata Djamal.

Laporan Fikar W Eda | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Seorang aktor penting Aceh, Djamal Sharief, berharap pandemi Covid-19 segera berlalu.

Corona telah "memenjarakan manusia" di rumah masing-masing.

"Petani tak bisa ke sawah/nelayan tak bisa melaut/pedagang tak bisa ke pasar/pelajar tak bisa sekolah/ pegawai tak bisa ke kantor/jamaah tak bisa beribadah," kata Djamal memberi tamsil dalam baris puisi.

Lalu bagaimana dengan nasib seniman? Sama saja. Seniman juga terkurung.

Jadwal kegiatan berantakan dan dibatalkan. Seniman yang bergantung dengan seni pertunjukan, harus tiarap sempurna saat ini.

Petugas Medis di Kota Subulussalam Segera Jalani Rapid Test

Polisi Buru Pembobol Brankas Uang di MIN 3 Kuta Blang Lhokseumawe

Hasil Rapid Test 15 Buruh asal Sumut Negatif Corona, Namun Dinkes Tetap Wajibkan Mereka Lakukan Ini

"Kelak semua kita tentu berharap pandemi ini segera enyah dari bumi Nusantara sehingga semua kegiatan bisa kembali normal," lanjut Djamal.

Tapi melihat perkembangan yang ada, Djamal, seperti juga yang lainnya, tidak kuasa memberi prediksi kapan pandemi berakhir, selain hanya harapan agar segera berlalu.

"Akan tetapi saat itu masih di ambang pintu, entah kapan. Namun besar harapan sebagai pekerja seni sangat berharap kepada lembaga terkait agar membuat program pertunjukan via daring sehingga seniman bisa mendapat penghasilan.

Jadi tidak hanya mendapat bantuan dana cuma-cuma," Djamal mengusulkan.

Alasan itu lah, Djamal bersama rekan-rekannya, Murtala, Raihan Diani, Ajes, menggagasi beberapa kegiatan di masa pandemi.

Salah satunya menggelar Lomba Baca Puisi Tingkat SD se-Provinsi Aceh secara virtual.

Pendaftaran ditutup tanggal 12 Juni 2020.

"Agar kita tetap menjaga kreativitas meski pandemi,  sekaligus sebagai jalan seniman tetap berkarya dan menggalang dana," katanya.

Pandemi Covid-19 boleh saja "memenjarakan" manusia, tapi tidak dengan ide, gagasan, pikiran, dan kreativitas," kata Djamal.

Lomba baca puisi virtual untuk SD yang digagas, adalah salah satu cara "mendekatkan" para murid dengan teman-temannya, setelah pembatasan ke sekolah.

"Melalui forum itu, siswa berinteraksi secara daring, semoga mereka tetap bergembira," lanjut Djamal mengenai lomba untuk siswa sekolah dasar itu.

Lahir dengan nama lengkap Djamaluddin Al-Ahkami Bin Mohd. Sharief. HM, pada 1970 di perantauan kota dingin, Bukit Tinggi Sumatera Barat.

Djamal putera ke 8 dari pasangan ayah Mohd. Sharief HM (Alm) dan ibu Maimunah Abu (Alm).

Pendidikan dasar hingga menengah atas ia jalani di kampung ibundanya, Matang Glumpang Dua – Peusangan, Bireuen.

Pindah ke Banda Aceh 1989 untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.

"Tapi, kesempatan kuliah baru saya jalan 1992 di AMIKI Banda Aceh, selesai 1996," kenang Djamal mengenai perjalanan pendidikannya.

Setahun kemudian, Djamal Sharief berangkat ke Padangpanjang, kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), sekarang Institut Seni Indonesia- ISI) Padangpanjang – Sumatera Barat Jurusan Seni Teater, selesai tahun 2005.

“Sekali pergi dan sekali pulang,” begitu akunya sebab saat berangkat kuliah tahun 1997, tak pernah pulang lagi hingga saat tamat di tahun 2005.

Saat ini tinggal dan menetap di Kuta Baro Regency, Aceh Besar.

Ia adalah sedikit dari generasi Aceh yang meraih sarjana bidang teater.

"Saya dan teman-teman tetap berlatih di Studiklub Pekerja Teater Aceh (SPARTA) untuk persiapan pentas berikutnya," katanyA tentang kegiatan selama pandemi.

Djamal beruntung, ia mendapat peran dalam iklan virus corona produksi Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh-Sumut. Iklan itu berjudul "Ta'eun" atau wabah.

Sebagai aktor, Djamli Sharief telah memperlihatkan kemampuan panggungnya di berbagai nasakah teater yang dimainkan di Aceh dan luar Aceh, salah satunya

"Aktor Terbaik dalam Lomba Drama Pendek Teater Mandiri Jakarta tahun 2018," di Jakarta.

Jurinya, tokoh teater Indonesia, Putu Wijaya.

Prestasi lain ia raih sebagai Lima Terbaik Lomba Puisi Pertunjukan “Derap Oktober” antarmahasiswa se-Sumatera tahun 1998 diadakan oleh Universitas Andalas Padang.

Juara Favorit Lomba Puisi Pertunjukan se-Sumatera yang diadakan Komunitas Seni Intro Payakumbuh Tahun 1999; Juara 1 Lomba Baca Puisi Piala Maja oleh Dewan Kesenian banda Aceh tahun 2006-2007; Juara 1 Lomba Baca Puisi Piala Rektor diadakan oleh UKM Teater Nol Unsyiah Banda Aceh Tahun 2009 dan lain-lain.

Karya panggung yang dimainkan Djamal di antaranya monolog karyanya “Akulah Mantee” di kegiatan Piasan Seni Taman Sari Banda Aceh, serta monolog “Rimba” di Khanduri Seni Taman Budaya Aceh, juga karyanya sendiri.
Bersama Teater Alam ikut lomba drama pendek (Drapen) di Jakarta, serta pertunjukan "Menunggu Godot"
bersama SPARTA Tahun 2017 di Taman Budaya Aceh, serta pertunjukan baca puisi di makam Teuku Umar Meulaboh.

Djamal juga sering didaulat sebagai juri lomba seni, salah satunya Lomba Baca Puisi Sejarah diadakan oleh BPNB Aceh-Sumut.

Djamal juga Pamong Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2012 – 2015 dan Pegiat Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2020.

Ia juga mahir menulis puisi. Karyanya terhimpun dalam “Kumpulan Puisi Kopi 1550 mdpl” dan antologi puisi bersama “Pasi Karam” diterbitkan Dewan Kesenian Aceh Barat.

"Sebagai seniman, kita tidak bisa diam," ujar Djamal menutup percakapan.(*)

foto: Djamal Sharief, dalam salah satu aksi panggungnya di Banda Aceh.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved