Palestina

Mantan Pemimpin Jihad Islam Palestina Ramadan Shalah Meninggal Dunia, Ini Kisah Perjuangannya

Ramadhan Shalah adalah Pemimpin Gerakan Jihad Islam sejak gerakan perlawanan terhadap Zionis Israel itu didirikan pada tahun 1995.

Editor: Zaenal
Twitter.com/@Hummus_fan
Kolase foto mantan Pemimpin Jihad Islam, Ramadan Abdullah Shalah dan pasukan Jihad Islam Palestina. 

SERAMBINEWS.COM, GAZA CITY – Kabar duka menyelimuti rakyat Palestina pada, Sabtu (6/6/2020).

Salah satu tokoh perlawanan terkenal di Palestina, Ramadhan Abdullah Shalah, meninggal dunia di rumah sakit di Damaskus, Suriah.

Ramadhan Shalah adalah Pemimpin Gerakan Jihad Islam sejak gerakan perlawanan terhadap Zionis Israel itu didirikan pada tahun 1995.

Dia tetap menjalankan amanah sebagai pemimpin gerakan itu hingga tahun 2018, ketika dia menderita masalah kesehatan.

Shalah digantikan oleh Ziad al-Nakhalah sebagai pemimpin baru Jihad Islam.

Kelompok Jihad Islam mengatakan Ramadhan Abdullah Shalah meninggal dunia dalam usia 62 tahun karena penyakit, demikian diberitakan Kantor Berita Turki, Anadolu Agency.

"Kami telah menyaksikan perjuangan Gerakan Jihad Islam sejak didirikan, dan kami ingat kepemimpinan dan sikap nasionalnya dengan kehormatan dan martabat," kata kelompok Jihad Islam.

Mereka menambahkan bahwa Shalah selalu melindungi identitas Arab dan Islamnya dengan mendukung perlawanan Palestina.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengeluarkan pesan belasungkawa, menurut kantor berita resmi Palestina, WAFA.

"Dengan kehilangan Shalah, kita kehilangan orang nasional yang hebat," kata Abbas.

Shalah lahir di Gaza pada tahun 1958 dan menjadi kepala gerakan pada tahun 1995 setelah pembunuhan Fathi Shaqaqi.

Otoritas AS menambahkan Shalah ke daftar teroris pada tahun 2003, dan FBI menambahkan namanya ke daftar orang yang dicari pada tahun 2017.

Jihad Islam: Perang di Jalur Gaza Belum Berakhir

Konflik Tak Jadi Penghalang, Wanita Yahudi-Israel Menikah dengan Pria Palestina Meski Ditentang Ayah

Kisah Perjuangan Ramadan Shalah

Lahir di Jalur Gaza pada tahun 1958, Shalah pergi ke Mesir untuk melanjutkan studinya di bidang ekonomi.

Selama studinya di Mesir, Shalah bertemu dengan aktivis Palestina Fathi Shqaqi yang kemudian bersama-sama mendirikan kelompok Jihad Islam.

Lulus dari universitas pada tahun 1981, ia kembali ke Gaza di mana ia menjadi profesor ekonomi di Universitas Islam.

Shalah dikenal karena khotbahnya yang berapi-api terhadap pendudukan Israel.

Pemerintah Israel kemudian menempatkannya di bawah tahanan rumah dan melarangnya mengajar.

Pada tahun 1986, Shalah melakukan perjalanan ke Inggris untuk menempuh studi pascasarjana di bidang ekonomi.

Ia memperoleh gelar PhD di bidang ekonomi pada tahun 1990.

Pada tahun 1993, ia pergi ke AS di mana ia bekerja sebagai guru di Universitas Florida Selatan selama dua tahun.

Sekembali dari AS, pada tahun 2005 Shalah melakukan perjalanan ke Suriah.

Di sinilah, dia bekerja dengan Shaqaqi untuk mendirikan kelompok Jihad Islam.

Menyusul pembunuhan Shaqaqi di Malta pada tahun 1995 oleh agen-agen Israel, Shalah terpilih sebagai sekretaris jenderal kelompok Jihad Islam.

Dia tetap di pos ini hingga 2018 ketika dia menderita masalah kesehatan.

Shalah digantikan oleh Ziad al-Nakhalah sebagai pemimpin baru Jihad Islam.

Dikenal sebagai Diktator dan Kejam, Ternyata Kim Jong Un Jadi Idola di Gaza, Apa Alasannya?

Ruangan Tgk Chik Ditiro RS Indonesia di Gaza Selalu Dipenuhi Pasien

Otoritas AS menambahkan Shalah ke daftar teroris pada tahun 2003, dan FBI menambahkan namanya ke daftar orang yang dicari pada tahun 2017.

Shalah adalah seorang pendukung setia kota suci Yerusalem, yang diduduki oleh Israel pada tahun 1967.

"Yerusalem adalah bagian dari agamaku," katanya dalam sebuah wawancara.

Dia juga memperjuangkan beberapa inisiatif untuk menyembuhkan keretakan antara kelompok saingan Hamas dan Fatah, tetapi tidak berhasil.(Anadolu Agency)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved