Gerhana Matahari

Gerhana Matahari Pada 21 Juni 2020 Terlihat dari Afrika Tengah Hingga Aceh, Ini Kajian Ilmu Falak

Kedua, gerhana parsial, dimana saat puncak gerhana terjadi hanya sebahagian piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan.

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Ansari Hasyim
For Serambinews.com
Pengamatan Gerhana Matahari Cincin (GMC) melalui teleskop Kemenag Aceh, di Kabupaten Simeulue, Kamis (26/12/2019). 

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sesuai pengkajian ilmu falak, gerhana matahari cincin akan terjadi pada 21 Juni 2020 atau sekitar 12 hari lagi.

Gerhana matahari kali ini dipastikan awal akan terlihat dari daratan Afrika Tengah hingga Aceh. Bahkan khusus di Aceh, akan terlihat sampai dua jam lebih.

Dosen Ilmu Falak Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is, menjelaskan, gerhana adalah peristiwa terhalangnya cahaya dari sebuah sumber oleh benda yang lain, seperti terhalang cahaya matahari oleh bulan yang menyebabkan gerhana matahari dan terhalang cahaya matahari oleh bumi yang menyebabkan gerhana bulan.

Gerhana matahari terjadi pada fase bulan baru (new moon), namun tidak di setiap bulan baru akan terjadi gerhana matahari.

Hal ini disebabkan bidang orbit bulan dalam mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi dalam mengitari matahari.

Adik Kim Jong Un Unjuk Gigi, Ancam Putuskan Hubungan dengan Korea Korea Selatan Mulai 9 Juni 2020

Seorang Pria Asal Aceh Utara, Sudah Empat Hari Meninggalkan Rumah, Ini Ciri-Ciri Fisiknya

Pemko Langsa Terima Hibah 3.960 Kg Bawang Merah Sitaan dari Bea Cukai, Dibagikan kepada Warga Miskin

Dalam ilmu falak, lanjut Tgk Ismail, gerhana matahari dikenal ada empat jenis. Pertama, gerhana matahari total, dimana saat puncak gerhana terjadi seluruh piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan sehingga matahari terlihat hitam dan memancarkan cahaya korona yang indah.

Kedua, gerhana parsial, dimana saat puncak gerhana terjadi hanya sebahagian piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan.

Ketiga, gerhana cincin, dinamai dengan cincin karena saat puncak gerhana terjadi, piringan bulan hanya menutupi pertengahan piringan matahari saja, sehingga matahari terlihat bercahaya pada lingkaran pinggir saja yang berbentuk mirip cincin, sedangkan pada posisi tengah matahari berwarna hitam.

Keempat, gerhana hibrida, dimana saat puncak gerhana terjadi, di satu daerah terlihat gerhana matahari total dan di daerah lain terlihat berbentuk gerhana cincin.

Gerhana jenis terakhir ini tergolong peristiwa gerhana yang relatif jarang terjadi atau langka.

"Sedangkan untuk jenis gerhana matahari pada 21 Juni 2020 adalah gerhana matahari cincin, karena saat puncak gerhana terjadi, piringan bulan hanya menutupi bahagian tengah piringan matahari saja," papar Tgk Ismail.

Lanjutnya, gerhana matahari dalam bentuk cincin kali ini awal mula terlihat di daratan Afrika Tengah, kemudian menyusul Yaman, Oman, Pakistan, dan Republik Tiongkok.

Untuk wilayah Indonesia, gerhana matahari ini hanya terlihat dalam bentuk parsial, dimana saat puncak gerhana matahari terjadi, piringan bulan hanya menunuti sebagian piringan matahari.

"Hal ini disebabkan wilayah Indonesia tidak termasuk dalam jalur gerhana cincin seperti yang pernah terjadi pada tanggal 26 Desember 2019 yang lalu," katanya.

Dosen Ilmu Falak Jurusan Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah  IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is.
Dosen Ilmu Falak Jurusan Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is. (For Serambinews.com)
Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved