Update Corona di Aceh
Jenazah Pasien Corona Dimakamkan di Areal RSUZA, Penolakan Terhadap Lokasi Pemakaman Disesalkan
Azharuddin mengaku miris saat mengetahui sikap masyarakat Aceh yang tega menolak jenazah Covid, padahal di dunia ini belum ada "funeral cluster".
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
Sesalkan penolakan
Azharuddin mengaku miris saat mengetahui sikap masyarakat Aceh yang tega menolak jenazah Covid, padahal di dunia ini belum ada "funeral cluster".
Dengan kata lain tidak ada penularan dari jenazah yang dikebumikan ke orang lain yang masih hidup.
"Bayangkan dalamnya kuburan 2 meter, dengan peti jenazah khusus Covid yang pemulasarannya pun punya standar tersendiri untuk menghindari penularan," kata Azhar.
Ia berharap semoga tidak terus berulang kejadian seperti ini di bumi syariat, Aceh.
"Kita malu kalau daerah lain mendengar berita ini.
Mereka mungkin akan bertanya ke mana sifat-sifat arif masyarakat kita? Ke mana peran orang-orang atau tokoh yang bisa mencerahkan?" tanya Azharuddin.
Kunjungi anaknya ke Aceh
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Hanif mengatakan bahwa Suk benar merupakan penduduk Brandan Barat, Sumatera Utara. Belum ada indikasi bahwa dia berdarah Aceh dan merantau ke Sumut.
Ia datang ke Aceh justru untuk mengunjungi anaknya yang berprofesi polisi di Banda Aceh.
Sesampai di Banda Aceh Suk sesak napas.
Apalagi dia punya penyakit penyerta, yakni pneumonia (radang paru-paru) dan diabetes mellitus.
Semula Suk dirawat di RS Pertamedika Ummi Rosnati Banda Aceh. Karena kondisinya terus memburuk akhirnya dirujuk ke RSUZA Banda Aceh pada 16 Juni 2020. Hasil swab-nya pada hari itu menunjukkan bahwa Suk positif Covid-19.
Hanya sempat sehari dirawat sebagai pasien Covid-19, Suk meninggal dunia pada Kamis, sekitar pukul 12.00 WIB di RICU RSUZA Banda Aceh. Tiga jam kemudian jenazahnya baru bisa dimakamkan setelah sempat ditolak warga Blang Bintang, Aceh Besar. (*)