JURNALISME WARGA

Ketika Para Mantan Bernostalgia

PAGI itu, Minggu (21/6/2020) sinar mentari tak begitu panas, tetapi suasana di depan rumah bekas hunian Ampon Chiek Peusangan

Editor: hasyim
zoom-inlihat foto Ketika Para Mantan Bernostalgia
IST
ZULKIFLI, M.Kom, Akademisi Universitas Almuslim Peusangan, Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua, Bireuen

ZULKIFLI, M.Kom., Akademisi Universitas Almuslim Peusangan, melaporkan dari Bireuen

PAGI  itu, Minggu (21/6/2020) sinar mentari tak begitu panas, tetapi suasana di depan rumah bekas hunian Ampon Chiek Peusangan yang sudah dipoles jadi gedung megah Kampus Universitas Almuslim terasa agak ramai.  Terutama ramai oleh lalu lalang beberapa pejabat serta para mantan tokoh dan pejabat saat awal lahirnya Kabupaten Bireuen.

Mantan pejabat dan tokoh itu terlihat tak ada yang muda lagi, umurnya rata-rata sudah di atas setengah abad. Mereka inilah para mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bireuen yang sekarang disingkat DPRK.

Kehadiran mereka ke Kampus Ampon Chiek Peusangan, Universitas Almuslim, adalah dalam rangka silaturahmi atau temu kangen anggota DPRD Bireuen masa keanggotaan tahun 2000-2004 dan 2004-2009.

Ketua panitia silaturahmi itu, Drs H Ridwan Khalid, menyampaikan bahwa reuni dan silaturahmi tersebut dihadiri oleh hampir semua anggota DPRD angkatan pertama dan kedua. Berlangsung dalam suasana kekeluargaan penuh nostalgia.

Ide awal silaturahmi ini diprakarsai oleh H Ahmad B Namploh dan beberapa kawan lainnya, kemudian ditindaklanjuti oleh Drs Anwar Idris sebagai donatur. Politikus PPP ini kini merupakan Anggota DPR RI asal Aceh. Ia abang dari Dr Amiruddin Idris, mantan rektor Universitas Almuslim Bireuen yang kini hijrah ke Banda Aceh karena terpilih jadi Anggota DPRA.

                                                Bagian Aceh Utara

Kabupaten Bireuen awalnya merupakan wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan status sebagai wilayah pembantu bupati. Kemudian, Bireuen jadi kabupaten otonom sejak 12 Oktober 1999 hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara melalui Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999.

Awal mula melahirkan lembaga legislatif di kabupaten baru ini sangatlah berat karena kondisi daerah saat itu dalam suasana konflik bersenjata. Para anggota DPRD pertama ini merupakan hasil opsi dari anggota DPRD Aceh Utara dengan jumlah 35 kursi, berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Bireuen saat itu.

Setelah dimekarkan menjadi daerah otonom tersendiri, Drs Hamdani Raden pun ditunjuk sebagai Penjabat Bupati Bireuen dengan tugasnya membentuk struktur pemerintah dan lembaga legislatif. “Jumlah anggota DPRD periode pertama dan kedua semuanya 70 orang, sudah meninggal 20 orang. Mereka yang masih hidup hari ini bernostalgia, juga ada yang datang bersama istri,” jelas Ridwan Khalid.

Selain anggota DPRD, silaturahmi itu juga dihadiri oleh mantan Pj Bupati Bireuen, Drs Hamdani Raden serta mantan bupati dan wakil bupati terpilih produk DPRD periode pertama, yakni  Drs Mustafa A Glanggang bersama wakilnya, Dr Amiruddin Idris MSi.

Menurut Anwar Idris, acara silaturahmi ini merupakan ajang untuk melepas kangen bersama sahabat dan teman yang telah mengabdi penuh suka duka saat awal lahirnya Kabupaten Bireuen. “Itulah tujuan utama kami bertemu hari ini, karena ada di antara kami sudah sejak lama jarang bertemu,  sambil bercerita, dan mengingat kembali masa-masa pahit getir awal mula melahirkan lembaga legislatif di Bireuen,” kata Anwar.

Hamdani Raden dengan suara agak tersendat menuturkan perjuangan awal di tengah berbagai tantangan proses pembentukan perangkat pemerintahan di Bireuen, termasuk proses melahirkan lembaga dewan yang merupakan perintah undang-undang bagi daerah pemekaran.

“Dengan berbagai kekurangan, baik SDM maupun fasilitas, alhamdulilah berkat kekompakan dan kebersamaan berbagai pihak dan dukungan masyarakat yang luar biasa waktu itu,  akhirnya bisa lahir lembaga DPRD. Juga lahir berbagai perangkat sekretariat pemerintahan yang terisi berbagai SDM yang kala itu diambil dari berbagai kabupaten/kota,” kata Hamdani bermimik sedih.

Ridwan Khalid menambahkan bahwa anggota DPRD periode pertama di “Kota Juang” itu dilantik malam hari, tepatnya  Sabtu,  9 Juni 2001 dalam suasana sederhana. “Tempatnya sangat sempit dan kondisi psikologis pihak yang dilantik dan yang melantik sangat tercekam. Maklum, saat itu eskalasi konflik sangat tinggi, sehingga tidak memungkinkan digelar pelantikan pada siang hari,” ungkap Ridwan Khalid saat mengenang masa-masa awal jadi anggota DPRD.

Menurutnya, yang menjadi pemandu sumpah waktu itu adalah Ketua Pengadilan Negeri Langsa, karena Pengadilan Negeri Bireuen, Aceh Utara, dan Pidie tidak berjalan lantaran konflik bersenjata antara RI-GAM. Sebagai solusinya, maka dimintalah Ketua Pengadilan Negeri Langsa saat itu, yakni Samsul Qamar SH untuk memandu sumpah anggota DPRD Bireuen. “Kala itu Pengadilan Negeri Kota Langsa memang masih berjalan dan aktif,” tambah Sekwan Husaini MM.

Anwar Idris bercerita bahwa pada menjelang pelantikan semua anggota DPRD diinapkan di pendopo bupati beberapa malam. Setiap malam pula dentuman bom di seputaran Kota Bireuen terdengar. Suasananya mencekam. “Kami ketakutan dengan berbagai ancaman. Bahkan ekses dari pelantikan itu sempat juga terjadi penculikan. Beberapa anggota DPRD yang baru dilantik dibawa ke gunung,” ungkap Anwar Idris, tanpa merinci ke gunung mana.

Pendeknya, saat awal pembentukan lembaga legislatif di Bireuen, para anggota dewan lebih banyak merasakan duka daripada sukanya. Anwar sempat dua periode di DPRD Bireuen.

“Setelah pelantikan, kami tidak ada yang berani pulang ke rumah dan kami diinapkan di sebuah mes seputaran Lembaga Pemasyarakatan Bireuen,” tambah Ahmad B Namploh.

Kondisi psikologis para anggota DPRD waktu itu memang sangat tertekan, karena Bireuen baru pemekaran. Pembentukan DPRD harus segera terwujud karena merupakan perintah undang-undang. “Nah, demi kepentingan daerah yang harus segera melengkapi berbagai perangkat daerah, kami beranikan diri dan siap untuk dilantik waktu itu,” tambah Ridwan Khalid.

Pendeknya, DPRD Bireuen pun terbentuk. Ketua DPRD-nya untuk periode I (2000-2004) adalah H Asyek H Yusuf, Wakil Ketua I H Syamaun Arifin, Wakil Ketua II Drs Ridwan Khalid. Salah satu hasil produk DPRD periode pertama ini adalah memilih Bupati dan Wakil Bupati periode 2002-2007. Yang terpilih adalah pasangan Mustafa A Glanggang dan H Amiruddin Idris. Kemudian, periode kedua DPRD Bireuen (2004-2009) merupakan hasil pemilu dan pemilihannya sudah berlangsung dalam suasana menuju normal. Saat itu kondisi tensi konflik sudah agak sedikit menurun, walau sesekali masih ada suara dentuman bom di tempat-tempat tertentu.

Periode II (2004-2009) DPRD Kabupaten Bireuen merupakan hasil pemilihan langsung dengan susunan sbb: Ketua Drs H Ridwan Khalid, Wakil Ketua I dan II masing-masing Drs H Anwar Idris dan Wakil Ketua II, Munawar Yusuf.

Dalam silaturahmi tersebut, Bupati Bireuen yang baru dilantik, Dr Muzakkar A Gani, juga didaulat untuk menyampaikan sambutan. Ia punya nostalgia tersendiri saat awal pembentukan DPRD dan perangkat kepegawaian di Setdakab Bireuen.

Saat silaturahmi mereka bertemu, bercerita, bahkan di antara mereka ada yang berlinang air mata penuh keharuan mengenang masa-masa sulit dan pahit 20 tahun lalu.

Seusai acara mereka pun duduk membentuk formatur Forum Silaturahmi Mantan Anggota DPRD Bireuen periode I dan II, kemudian didampingi Bupati Bireuen menuju pendopo untuk bernostalgia kembali ke ruangan saat awal pelantikan dan pengabdian sebagai anggota dewan

Menurut Ridwan Khalid, forum ini dibentuk sebagai wadah diskusi para mantan untuk sharing  pengalaman dan pendapat demi memajukan Kabupaten Bireuen. Gemilang datang padamu bila tekad kukuh berpadu.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved