Luar Negeri

Pasien Virus Corona Arab Saudi Bertambah Jadi 61.465 Orang, Dari Total 194.225 Orang

Dalam laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Arab Saudi, Rabu (1/7/2020) malam, kasus baru lebih banyak dibandingkan yang sembuh.

Editor: M Nur Pakar
AFP/FAYEZ NURELDINE
Pedagang perhiasan dan permata melayani para pembeli di pasar emas Taiba, Ibu Kota Riyadh, Arab Saudi, Senin (29/6/2020). 

SERAMBINEWS.COM, RIYADH - Kasus virus Corona Arab Saudi terus bertambah setiap hari, khususnya kasus baru dan meninggal, serta yang sembuh.

Dalam laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Arab Saudi, Rabu (1/7/2020) malam, kasus baru lebih banyak dibandingkan yang sembuh.

Kemenkes Arab Saudi menyatakan kasus baru virus Corona sebanyak 3.402 orang,

Dilansir ArabNews, Rabu (1/7/2020) malam, kasus baru ditemukan di Ibu Kota Riyadh, sebanyak 401 orang.

Kota Dammam juga menyumbang 283 kasus baru.

Kota Hufof sebanyak 229 kasus baru.

Kota suci Mekkah sebanyak 198 orang.

Dan sebanyak 173 kasus baru ditemukan di Kota Qatif.

Dengan bertambah kasus virus Corona Arab Saudi, maka totalnya sudah mencapai 194.225 orang.

Dari jumlah itu, sebanyak 132.760 pasien virus Corona dinyatakan sembuh total.

Hal itu seiring bertambahnya pasien virus Corona yang sembuh sebanyak 1.994 orang.

Kemenkes Arab Saudi juga mengumumkan 49 kematian akibat virus Corona baru, Covid-19.

Sehingga, sebanyak 1.698 orang telah meninggal karena virus Corona.

Sekolah di Arab Saudi Pecahkan Rekor untuk Rantai Tutup Botol Terpanjang Dunia

Kasus Virus Corona Arab Saudi Sudah Diatas 190.000 Orang

Warga Arab Saudi Bangga Hadirnya Perempuan Sebagai Pengawal Kerajaan

Sementara itu, Pusat Penelitian Medis Internasional Raja Abdullah (KAIMRC) telah mendesak semua rumah sakit untuk ikut studi klinis.

Hal itu seusai adnaya akreditasi oleh Otoritas Makanan dan Obat-obatan Saudi untuk menemukan vaksin Covid-19.

KAIMRC sedang melakukan studi klinis untuk menemukan perawatan dengan menggunakan obat anti-virus yang berbeda.

Penelitian pertama menguji obat favipiravir, yang dikembangkan di Jepang dan digunakan dalam kasus ringan.

Penelitian kedua sedang dilakukan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk menguji kombinasi dua obat.
Favipiravir dan hydroxychloroquine (obat anti-malaria), dengan dosis spesifik, untuk diadopsi dalam kasus sedang hingga berat.

Studi ketiga, yang dilakukan di bawah perlindungan kementerian, bertujuan mengekstraksi plasma darah dari orang-orang yang telah pulih dari Covid-19.

Plasma itu untuk mengobati kasus-kasus kritis di mana pasien memerlukan ventilator atau masker oksigen.

Studi keempat sedang dilakukan untuk membandingkan protokol pengobatan yang digunakan untuk beberapa kelompok melaljui identifikasi terbaik.

Ahmed Al-Askar, Direktur eksekutif KAIMRC, mengatakan partisipasi rumah sakit dalam studi ini sangat diperlukan.

Dia beralasan agar dapat melacak efek dan dampak obat pada pasien dan membandingkannya dengan orang-orang yang belum menerima perawatan eksperimental.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved