Kuliner
“Koetardja The Keude Kupi” Lengkapi Selera Kuliner Aceh di Jakarta
Ketika suasana mulai berubah dan menuju era baru, Ivan mengisi kesempatan ini dengan membuka kafe. Kawasan itu terbilang ramai, kawasan perkantoran. I
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Fikar W Eda I Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat Ivan SAB membuka kafe di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Ia menanaminya dengan “Kafe Koetaradja.” Kafe ini persis berada di pertigaan Jalan Tanah Abang I dan Jalan Kebon Jahe Kober 5, ini bersinggungan dengan makam Mayor Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler, perwira militer Belanda yang tewas di tangan sniper Aceh dalam awal perang Aceh-Belanda 1873.
Kohler tertembak di bawah pohon Geulumpang di sekitar kawasan Masjid Raya Baiturrahman.
Jasadnya kemudian dibawa ke Jakarta setelah beberapa kali dipindahkan. Kini berada di Museum Taman Prasasti, di depan kafe Koetaraja yang didirikan Ivan.
Saat Jakarta memasuki tatanan normal baru (New Normal), Ivan juga ikut bergerak mengisi tatanan baru itu. Ruangan kafe disesuaikan dengan syarat New Normal dengan segala protokolnya.
• Desa Pertamina di Aceh Timur Salurkan BLTDG Tahap III
• Belasan Murid TK Nurul Ilmi Desa Paya Peudada Diwisuda
• Tiga Mahasiswi STIT Saman Al-Hasan yang Diwisuda Raih Predikat Cumlaude, Ini Nama-namanya
“Ayo singgahlah,” ajak Ivan, yang pernah tergabung dalam grup band Koetaradja di Aceh semasa duduk di SMA. Dan Nama grup band itulah yang kemudian menginspirasi Ivan menamai kafenya dengan “Koetaradja.”
Ivan SAB berpatungan dengan dua rekannya membuka usaha itu. Awalnya kafe ini akan dibuka pada bulan Maret lalu, tapi keburu datang Covid, dan membuyarkan seluruh harapan.
Ketika suasana mulai berubah dan menuju era baru, Ivan mengisi kesempatan ini dengan membuka kafe. Kawasan itu terbilang ramai, kawasan perkantoran. Ivan melihat peluang ini.
“Alhamdulillah, mereka suka dengan menu Aceh,” kata Ivan.
Ada tiga menu andalan kafe ini. Pertama kopi dengan segala variannya, seperti kopi saring, kopi sanger dan sanger susu.
Kedua adalah sate matang dan ketiga mie Aceh yang terkenal itu. Sate matang, aslinya berasal dari Matang, Bireuen, terbilang menu baru di lidah penikmat kuliner Jakarta.
“Sementara ini, sate matang termasuk paling banyak disukai,” cerita Ivan.
Sate matang, adalah sate sapi dan kambing pakai kuah kacang, dan sop daging berkuah bening.
Ivan berasal dari Langsa, secara tidak sengaja ingin mendesain kafenya dengan suasana kolonial dan Aceh era 1873. Ini terkait dengan keberadaan makam Kohler tadi.