TNI Berkarya

Merajut Peradaban Baru di Ujung Selatan Aceh Tamiang Melalui TMMD 108

Dua kampung bertetangga di ujung selatan Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh ini berjarak cukup dekat secara geografis.

Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/Dok Pendim
Prajurit TNI saat melakukan stabilisasi lereng di jalur Seumadam - Rimbasawang, Aceh Tamiang, Minggu (5/7/2020). TMMD Reguler 108 Kodim 0117/Atam ditargetkan selesai 29 Juli. 

Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Matahari belum utuh menunjukan wujudnya.

Pagi buta itu, Minggu (5/7/2020), puluhan prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas TMMD 108 berpacu dengan deru mesin alat berat untuk merajut peradaban baru di Kampung Seumadam dan Kampung Rimbasawang.

Dua kampung bertetangga di ujung selatan Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh ini berjarak cukup dekat secara geografis.

Namun kondisi alam menjadikan dua penduduk kampung seolah terpisahkan jarak yang cukup jauh.

Selama ini warga Kampung Seumadam, Kecamatan Kejuruanmuda yang memiliki keperluan di Kampung Rimbasawang, Kecamatan Tenggulun atau sebaliknya harus memutar melalui Desa Halban yang sudah bagian dari wilayah Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dengan jarak tempuh 12 kilometer.

Rute yang lebih jauh ini jelas bukan tanpa sebab. Satu-satunya jalur penghubung dua kampung ini merupakan tanah dan diapit dua lereng yang belum bisa dilalui kendaraan, khususnsya roda empat.

Musim penghujan, jalanan ini menjelma menjadi kubangan lumpur, sementara kemarau berubah seolah gurun berdebu dan hanya menyisakan jalan setapak.

Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 108/2020 yang dikerahkan ke lokasi itu sejak 30 Juni 2020 pun mencoba merubah kondisi ini menjadi lebih baik.

Pria yang Tendang Pengemudi Ojek Online Ditangkap Polisi, Dipicu Perselisihan di Jalan

Hasil Rapid Test Reaktif Covid-19, Warga Aceh Selatan Bersitegang dengan Para Medis Tolak Diisolasi

Aceh Selatan Ikutkan Destinasi Wisata Surfing Samadua di Ajang Program API 2020, Begini Cara Vote

Seabrek program dijalankan dan ditargetkan seluruhnya selesai pada 29 Juli 2020.

Pengerjaan ini menyentuh pengerasan jalan sepanjang tiga kilometer, perawatan jembatan, stabilisasi lereng selebar 40 meter dan tinggi 7 meter, membangun dua rumah tidak layak huni (RTLH), pengecatan masjid dan membangun gorong-gorong di empat lokasi.

“RTLH itu awalnya rehab, tapi atas saran mukim kampung dan datok penghulu tidak memungkinkan (direhab), makanya kami rubuhkan dan bangun ulang,” kata Komandan Satgas TMMD 108 Letkol Inf Deki Rayusyah Putra, Minggu (5/7/2020).

Deki yang juga Komandan Kodim 0117/Atam ini menekankan dalam menjalankan program TMMD ini pihaknya tetap mendengar masukan dari segala pihak. Tujuannya jelas agar pengerjaan seluruh program berjalan baik dan bisa dimanfaatkan masyarakat secara maksimal.

“Kehadiran kami di Kampung Seumadam dan Rimbasawang juga atas saran dari bupati, termasuk stabilisasi lereng yang sudah kami mulai sebelum puasa atas saran dari konsultan dan Dinas PU karena membutuhkan waktu untuk pengeringan semennya,” sambungnya.

Selain terbuka menerima masukan, untuk mencapai pengerjaan yang sesuai Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), program TMMD 108 ini juga melibatkan TNI AU, TNI AL, Polri dan Dinas Perhubungan masing-masing lima personel.

Deki menyadari kehadiran jalur transportasi ini cukup dibutuhkan masyarakat karena akan memberikan efisien waktu 45 menit.

“Harapan kami setelah jalur ini selesai dikerjakan, pemerintah bersedia melanjutkannya dengan pengaspalan, sehingga masyarakat betul-betul merasakan manfaatnya dengan maksimal,” tukasnya.

Harapan ini pun diamini warga yang selama ini mengaku cukup tersiksa dengan kondisi ini. Warga yang umumnya berprofesi sebagai petani kelapa sawit harus gigit jari menerima kenyataannya hasil perkebunannya membusuk akibat sulitnya transportasi ke pabrik kelapa sawit.

“Kalau dari Seumadam jalur ini satu-satunya yang harus dilalui, makanya kalau sudah musim hujan, sawit yang sudah dipanen menjadi busuk, tidak bisa dibawa ke luar,” kata Datok

Penghulu Seumadam, Daryusman.
Datok Penghulu Rimbasawang, Said Razali optimis pelaksanaan TMMD 108 ini akan berdampak pada peradaban baru di kampungnya.

Dia meyakini ancaman hasil panen membusuk yang juga dirasakan warganya tidak lagi terjadi dan lebih dari itu optimisme denyut perekonomian tidak hanya dirasakan petani, tapi juga pedagang maupun pertumbuhan kawasan permukiman.

“Sudah ada warga yang berani membangun di daerah itu, sebelumnya lahan itu sama sekali tidak tersentuh,” kata Said.

Said mengibaratkan TMMD 108 ini ibarat merajut pengerjaan yang sudah dimulai sejak 1993.

Pengerasan di jalur sepanjang tujuh kilometer ini disebutnya pertama kali dikerjakan tahun 1993 dan dilanjutkan tahun 2000 saat kawasan itu masih bagian dari Kabupaten Aceh Timur.

“Hari ini tersisa lima kilomter yang rusak. Dua kilometer akan dikerjakan menggunakan dana desa, sedangkan sisa tiga kilometer dikerjakan TMMD, maka rajutan ini tuntas,” kata Said.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved