Kuliner Aceh
Lezatnya Mie Udeueng Wat Khas Meunasah Geudong, Kuliner Aceh Perpaduan Cina dan India
mie aceh merupakan perpaduan antara budaya Aceh, India, dan Cina. Kuah karinya yang kental pengaruh India, sedangkan mie pengaruh Cina.
Taufik Ar Rifai, pewarta lepas asal Tangse. Penikmat kuliner dan pecinta fotografi melaporkan dari Tanah Jambo Aye, Aceh Utara.
CINA dan India, dua negara terpadat di dunia ini saat ini sedang menjadi pusat perhatian.
Konflik perbatasan di Lembah Galwan, membuat kedua negara ini terancam terlibat dalam peperangan besar.
Namun, tahukah Anda? Dua negara yang memiliki penduduk terbesar di dunia memiliki peninggalan yang menyatu di Aceh.
Itulah mi aceh, sajian istimewa yang sudah populer hingga pelosok Nusantara.
Beberapa literatur menyebutkan, mie aceh merupakan perpaduan antara budaya Aceh, India, dan Cina.
Kuah karinya yang kental adalah pengaruh India, sedangkan mie merupakan pengaruh Cina.
Di Aceh, warung penjual mi dengan cita rasa tinggi ini sangat mudah didapatkan.
Bukan hanya tersedia di kota, tapi hingga pelosok desa.
Bahkan, terkadang mi aceh di pelosok desa memiliki daya tarik dan cita rasa istimewa dengan paduan daging sapi dan kambing, hingga berbagai hasil laut, seperti ikan, udang, cumi, hingga kepiting.
Meski sajian kemudian menjadi mewah, namun harganya tetap sesuai dengan kantong masyarakat pedesaan.
Di tempat-tempat tertentu, mie aceh, seperti di Simeulue dan Calang Aceh Jaya, banyak warung menyediakan mie Aceh dengan paduan lobster.
Nah, untuk yang satu ini harganya tentu sesuai dengan sensasi yang diberikan oleh lobster.
Tapi kali ini, saya ingin mengulas tentang mie udeueng wat khas Meunasah Geudong, sebuah desa yang terletak Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara.
Mie aceh udeung wat Meunasah Geudong ini juga sudah sangat terkenal bagi masyarakat di wilayah Aceh Utara.
Kira-kira seterkenal mi sure Ujong Pie Laweung, di Kabupaten Pidie.
• VIDEO - Indahnya Panorama Irigasi Kuta Tinggi Blangpidie Aceh Barat Daya
Mie Udeung Wat
Udeueng wat dalam bahasa Aceh berarti udang windu (giant tiger).
Setelah kepala dan kulitnya dicuci bersih, daging udang kemudian dimasukkan ke dalam mie aceh dan bumbu rempahnya.
Bahan lain yang dipersiapkan adalah kol, tomat, cabe rawit, bawang putih dan barang merah.
Bahan-bahan tersebut lalu ditumis bersama udang windu dan dicampur dengan bumbu merah dan kecap.
Lokasi ini hanya berjarak sekitar 9 km dari jalan lintas nasional Banda Aceh - Medan.
Bila hendak ke lokasi, maka kita akan melewati hamparan persawahan dan tambak milik warga yang membentang luas.
Setiba di lokasi, warungnya pun terlihat sederhana tanpa plang nama.
• UIN Ar-Raniry Bebaskan Uang Kuliah bagi Mahasiswa Korban Covid-19, Ini Persyaratannya
Warung itu milik Zain Ukhrawi (31), warga setempat.
Zain Ukhrawi, selaku pemiliknya, mie udeung wat khas miliknya itu baru berdiri sejak 2016 lalu.
Warga awalnya mencoba mencicipi mie miliknya ditambah udang windu.
Pasalnya, udang bernilai ekspor tinggi sangat mudah didapati tak jauh dari tambak warga.
“Jadi udang yang disajikan masih segar dan alami karena belum beralih tangan kepada agen,” kata Zain Ukhrawi.

Setiap harinya, ia menghabiskan rata-rata lebih dari 50 porsi per harinya.
Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati udang goreng spesial yang dibumbui garam dan jeruk nipis.

Sekedar informasi, udang windu mudah diperoleh dari tambak milik warga sekitar.
Jadi, selain menikmati lezatnya mie Aceh warga di sini boleh menikmati sajian udang goreng gurih memanjakan lidah.
Salah satu pengunjung, Mukhsin Rizal mengaku sangat menikmati kelezatan mie Aceh tersebut.
Ia berharap, cita rasa dan aroma khasnya terus dijaga sehingga jatidirinya terus terjaga.
"Sajiannya sungguh istimewa. Namun sajian ini sebaiknya jangan dikonsumsi berlebihan, khususnya bagi penderita kolestrol tinggi dan malas berolahraga," kata Mukhsin Rizal.
Lama kelamaan, warung mie miliknya kian tenar dan mulai dikunjungi warga.
Lezatnya mie udeueng wat dan desauan angin yang berhembus manja di pematang sawah menambah suasana kian teduh.
Setiap porsinya, pegunjung dapat merogoh kocek sebesar Rp 10 ribu.
"Itu belum termasuk harga udangnya. Karena udangnya kita harus membelinya sendiri di tambak warga sekitar," pungkas Zain Ukhrawi.
Nah... kepingin mencoba? Bersegeralah ke Meunasah Geudong, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara.(*)