Berita Pidie
Kisah Pilu Guru Kontrak di Pedalaman Geumpang Pidie, Harus Melintasi Jalan Berbatu & Mendaki
Untuk sampai ke SD tersebut, Nurasiah setiap hari harus menempuh 12 Km perjalanan dengan sepeda motor (sepmor) selama satu jam lebih.
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Nur Nihayati
Untuk sampai ke SD tersebut, Nurasiah setiap hari harus menempuh 12 Km perjalanan dengan sepeda motor (sepmor) selama satu jam lebih.
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI- Kisah pilu guru kontrak yang mengajar di pedalaman kawasan transmigrasi Gampong Pucok, Kecamatan Geumpang, Pidie.
Guru tersebut bernama Nurasiah (47) yang telah mengajar delapan tahun di SD transmigrasi lokal yang terletak di pegungan Geumpang.
Untuk sampai ke SD tersebut, Nurasiah setiap hari harus menempuh 12 Km perjalanan dengan sepeda motor (sepmor) selama satu jam lebih.
Jalan yang dilalui alumnus MAN Sigli itu tidak mudah.
Sebab, kondisi jalan yang mendaki dan berbatuan cukup menguras tetaga baginya.
Belum lagi, di kiri kanan jalan diapit jurang yang dalam dan dinding bukit.
Sehingga perjalanan Nurasiah sangat berisiko dan harus ekstra hati-hati.
" Saya pernah sekali, nyaris terjun ke jurang saat sepmor gagal mendaki.
• Samsudin Terpilih Jadi Mukim Gosong Telaga di Aceh Singkil
• Segudang Masalah Melilit Garuda Indonesia, Dari Utang Rp 31,9 Triliun hingga Pemotongan Gaji
• Anak Pergi tak Pakai Masker, Pulang Bawa Virus Corona, Sekeluarga Positif, Bapaknya Paling Parah
Beruntung tersangkut di pohon yang tumbuh di pinggir jalan," cerita Nurasiah kepada Serambinews.com, Sabtu (18/7/2020).
Ia menyebutkan, berangkat dari rumah pukuk 07.10 WIB yang sampai di sekolah sekitar pukul 09.30 WIB.
Nurasiah cukup bangga dengan pekerjaannya sebagai guru kontrak terpencil yang dibiayai dengan dana APBK Pidie Rp 700 ribu per bulan.
Ibu tiga anak itu, awalnya menjadi guru kontrak tsunami program Unicef yang mengajar di SD Pouteumeureuhom di Simpang Tiga, Pidie mulai 2005 hingga 2012.
Namun, dua tahun jelang berakhirnya program NGO itu, Nurasiah ditimpa musibah, yang rumahnya dan orang tua di Beureueh, Kecamatan Mutira hangus terbakar.
" Tahun 2013, saya disarankan Dinas Sosial Pidie dan Dinas Pendidikan Pidie untuk dialihkan kontrak ke SD transmigrasi lokal di Geumpang," jelasnya.
Menurutnya, mengajar di kawasan pegunungan Geumpang cukup lelah dengan kondisi jalan yang sangat terjal.
Tapi, kelelahan dirasakan Nurasiah mampu terusir anak didiknya yang menyambutnya ceria saat tiba di SD.
Nurasiah harus mendaki 26 titik jalan yang mendaki.
" Tiga titik kondisi mendakinya sangat terjal. Sehingga rem cakram sepmor sering patah.
Sudah empat kali rem cakram sepmor dinas itu patah," jelas Nurasiah yang sesekali tertawa lepas.
Imum Mukim Bangkeh, Kecamatan Geumpang, Nyak Cut, kepada Serambinews.com, Sabtu (18/7/2020) mengungkapkan, dirinya sangat salut perjuangan Nurasiah sebagai guru kontrak yang pergi mengajar harus melintasi jalan mendaki dan penuh kerikil menghiasi badan jalan.
Namun, Nurasiah tetap bersemangat menjalaninya.
Kata Nyak Cut, Nurasiah juga pandai membuat kue. Sehingga jika adanya order, Nurasiah bersama suami harus begadang malam untuk membuat kue.
" Kita berharap pemerintah harus peduli dengan Nurasiah sebagai guru kontrak yang memiliki nyali tinggi tempuh perjalanan 12 kilo dengan medan jalan tidak bagus," jelasnya. (*)