Korea Selatan Resesi

Hari Ini, Korea Selatan Resmi Alami Resesi Akibat Covid-19, Pertama Kalinya dalam 17 Tahun Terakhir

Resesi yang dialami oleh Korea Selatan dipicu karena adanya penurunan ekspor paling dalam yang disebabkan pandemi virus Corona.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Safriadi Syahbuddin
Shutterstock
Korea Selatan resmi memasuki resesi untuk pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir. Resesi yang dialami oleh Korea Selatan dipicu karena adanya penurunan ekspor paling dalam yang disebabkan pandemi virus Corona. Foto iIlustrasi 

SERAMBINEWS.COM - Korea Selatan resmi memasuki resesi untuk pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir.

Resesi yang dialami oleh Korea Selatan dipicu karena adanya penurunan ekspor paling dalam yang disebabkan pandemi virus Corona.

Melansir dari Nikkei, Bank of Korea mengumumkan Kamis (23/7/2020) pagi bahwa produk domestik bruto (PDB) negara itu kontraksi (minus) 3,3 persen pada periode April-Juni dari kuartal sebelumnya, yakni Januari-Maret juga mengalami kontraksi 1,3 persen.

Ini adalah pertama kalinya ekonomi Korea Selatan menyusut selama dua kuartal berturut-turut sejak 2003, dan penurunan kuartalan adalah yang paling curam sejak 1998.

Ekspor Korsel turun 16,6% dan impor turun 7,4%. Konsumsi swasta meningkat 1,4% karena pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang tahan lama seperti mobil dan peralatan rumah tangga.

"Ekonomi Korea Selatan telah menurun sejak Oktober 2017, dan guncangan virus Corona mempercepat kecepatan penurunan ekonomi," kata direktur Bank of Korea, Park Yang Soo.

Indonesia Terancam Resesi, PHK Massal dan Kemiskinan Menanti, Ekonom Katakan Hal Ini

Yunani Tenggelam Dalam Resesi, Corona Makin Memperparah Keadaan

Menteri Keuangan Korsel, Hong Nam Ki mengatakan penutupan ekonomi global yang belum pernah terjadi sebelumnya menghentikan jalur produksi luar negeri perusahaan-perusahaan Korea di Vietnam dan India, yang semakin membebani ekspor.

Resesi terjadi ketika Presiden Korsel, Moon Jae In berencana untuk menaikkan pajak properti dan penjualan untuk menekan harga rumah yang melonjak, terutama di Seoul.

Gubernur Bank of Korea, Lee Ju Yeol mengatakan minggu lalu bahwa penting untuk membiarkan aliran likuiditas melimpah ke sektor-sektor produktif.

"Yang paling penting adalah kita memiliki banyak tempat produktif untuk menarik investasi," kata Lee pada konferensi pers.

Lee mengatakan PDB Korsel dapat berkontraksi lebih lanjut tahun ini dari perkiraan bank sentral pertumbuhan minus 0,2% pada bulan Mei.

Bank sentral memperkiraan pertumbuhan ekonomi Korsel pada bulan Agustus tahun ini.

6.700 PNS Aceh Besar akan Terima Gaji Ke-13 Bulan Agustus Ini, Sekda Jelaskan Perkembangan Saat Ini

"Pertumbuhan tahunan tergantung pada seberapa cepat ekonomi akan pulih," kata direktur Bank Of Korea.

"Ekonomi China pulih dengan tajam. Kita bisa mengikuti langkah-langkahnya," ujar Park.

Sejumlah ekonom juga melihat tanda-tanda bahwa ekonomi terbesar keempat Asia ini akan pulih pada kuartal ketiga.

Ekonom itu mengatakan bahwa ekspor Korsel mencapai titik terendah dalam periode April-Juni.

"Saya yakin bahwa ekonomi Korea Selatan akan pulih pada paruh kedua tahun ini. Intinya adalah seberapa kuat," kata Oh Suk-tae, seorang ekonom senior di Societe Generale di Seoul.

"Ada perdebatan tentang apakah itu akan menjadi pemulihan berbentuk U, atau berbentuk V, dan saya pikir itu tergantung pada seberapa cepat vaksin akan dikembangkan dan berapa lama kita bisa bertahan sampai saat itu," pungkasnya.

Apa itu resesi?

Dikutip dari wikipedia, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi.

Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi.

Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).

Gaji ke-13 Cair Agustus 2020, Berikut Rincian Besarannya dan Daftar PNS Penerima

Indonesia terancam resesi

Ekonomi global melemah akibat pandemi Covid-19. Singapura dan Korea Selatan telah resmi mengalami resesi ekonomi.

Sebagian besar negara maju dan berkembang berpotensi mengalami resesi pada perekonomiannya, tak terkecuali Indonesia.

Melansir dari Kompas.com, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, perekonomian Indonesia sudah menunjukkan pelemahan.

Ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 sebesar 2,97 persen, melambah dari periode sama di tahun lalu yang tercatat 5,05 persen.

"Ini mengindikasikan bahwa produktivitas perekonomian baik dari sisi permintaan dan produksi mengalami penurunan," ungkapnya kepada Kompas.com, Senin (20/7/2020).

Penurunan aktivitas ekonomi nasional berdampak langsung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh sebagian besar sektor usaha.

Termasuk pada sektor ekonomi non-formal akibat kebijakan PSBB di berbagai daerah di Indonesia.

World Bank Prediksi Indonesia Jadi Negara Dengan Perekonomian Terbesar Ke-5 di Dunia

PHK di sektor formal yang dilakukan oleh perusahaan, bersamaan dengan pekerja non-formal yang menurun tajam produktivitasnya, pada akhirnya mendorong penurunan pendapatan masyarakat yang kemudian berdampak pada penurunan pengeluaran konsumsi rumah tangga.

"Sebagian besar pekerja non-formal juga terdampak dengan penurunan pengeluaran konsumsi, dan bahkan turun kelas dari sebelumnya masyarakat berpenghasilan menengah menjadi penduduk rentan miskin, bahkan turun kelas menjadi masyarakat pra sejahtera," jelasnya.

Oleh sebab itu, perlambatan ekonomi domestik yang cukup signifikan, membuat Indonesia berpotensi mengalami resesi yakni ketika pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut negatif (minus).

Pemerintah sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan kontraksi dikisaran minus 3,5 persen hingga minus 5,1 persen, dengan titik tengah di minus 4,3 persen.

Pada kuartal III-2020 diharapkan ekonomi Indonesia kian membaik, meski tetap berpotensi tumbuh negatif, yakni dikisaran minus 1 persen hingga positif 1,2 persen.

Presiden Jokowi Bentuk Satgas Pemulihan Ekonomi, Dipimpin Wakil Menteri BUMN

"(Resesi) diperkirakan akan berdampak secara riil pada masyarakat dalam hal penurunan pengeluaran konsumsi masyarakat, sehingga mendorong potensi penambahan penduduk rentan miskin dan miskin," ungkapnya.

Senada dengan Josua, Direktur Riset Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, perekonomian dalam negeri tengah mengalami kontraksi dan ini sudah terlihat sejak kuartal II-2020 dan diperkirakan berlanjut ke kuartal III-2020.

Imbasnya, kini banyak terjadi PHK sehingga meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan.

Piter mengatakan konsekuensi ini tidak bisa dicegah selama wabah masih berlangsung.

"Yang bisa dilakukan adalah mengurangi dampak sosialnya dengan menyalurkan bantuan sosial," kata dia.

Menurutnya, pemerintah hanya bisa menahan agar kontraksi ekonomi tidak semakin dalam, hal itu dilakukan dengan memberikan stimulus bagi dunia usaha dan bansos bagi masyarakat melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

"Juga melalui pelonggaran PSBB (agar ekonomi kembali bergerak)," pungkasnya.(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved