Luar Negeri
Para Pemimpin Suku Libya Sebut Turki Sebagai Penjajah
Para pemimpin suku Libya menyebut Turki yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai penjajah. Mereka menyampaikan hal itu saat melakukan
SERAMBINEWS.COM, KAIRO - Para pemimpin suku Libya menyebut Turki sebagai penjajah yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Mereka menyampaikan hal itu saat melakukan pertemuan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi di Kairo, pada Kamis (17/7/2020).
Mereka terbang dari Benghazi untuk membahas krisis di negara mereka yang telah dicampuri negara asing, khususnya Turki.
Bassam Radi, juru bicara kepresidenan Mesir, mengatakan pertemuan itu diadakan di bawah slogan "Mesir dan Libya: Satu Bangsa dan Satu Takdir."
Radi mengatakan El-Sisi mengatakan kepada suku-suku Libya untuk mengaktifkan kehendak bebas rakyat Libya agar memiliki masa depan yang lebih baik.
Kepala Dewan Tertinggi Syekh dan Tokoh Libya Muhammad Al-Misbahi mengatakan delegasi kesukuan di Mesir mewakili semua sekte rakyat Libya.
Dia berterima kasih kepada presiden Mesir, yang mengumumkan dukungannya untuk Libya.
"Kami membutuhkan dukungan dari angkatan bersenjata Mesir untuk mengusir penjajah Turki," kata Al-Misbahi, seperti dilansir kembali oleh ArabNews, Jumat (24/7/2020).
• Prancis Tuduh Turki Penghalang Gencatan Senjata di Libya
• Mesir Bungkam Kritikan Virus Corona, Dokter Harus Tetap Bekerja Walau Sekarat atau Dihukum
• Owner PO Kurnia Group: Corona Lebih Berat Dibanding Masa Konflik

Turki baru-baru ini mengirim ribuan tentara bayaran Suriah ke negara itu untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) untuk melawan Tentara Nasional Libya (LNA).
Al-Mabrouk Abu Ameed, kepala Dewan Tertinggi suku Warshefana dan juru bicara resmi untuk Konferensi Suku dan Kota Libya, mengatakan:
"Pertemuan dengan Presiden Mesir untuk membentuk rencana antara kedua negara."
Kelompok itu juga mendorong untuk mengaktifkan perjanjian pertahanan bersama Arab dan menyerukan dukungan dari angkatan bersenjata Libya.
Mereka meminta langkah-langkah hukum untuk menjamin persatuan dan kedaulatan Libya dan perlindungan rakyatnya.
Abdel-Karim Al-Orfi, juru bicara resmi Dewan Tertinggi Syekh dan Tokoh Libya mengatakan:
"Hubungan historis yang kuat antara Libya dan suku-suku Mesir, mengirimkan pesan kepada dunia bahwa negara-negara Arab bersatu."
Sebelumnya, sekitar 7.000 syeikh berkumpul di kota Tarhuna pada Februari 2020 untuk.
Mereka mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan strategi Turki sebagai penjajah.
Itu diikuti oleh beberapa pernyataan yang menyerukan suku-suku untuk menolak aktivitas Turki di negara itu.
Pernyataan itu mengatakan hubungan antara orang-orang Mesir dan Libya bukanlah hubungan yang diminta.
Melainkan hubungan yang datang dari nasib yang akan berdampak jika kedua negara terkena bahaya.
"Dewan itu meminta sukarelawan kesukuan untuk menentang invasi Turki,” katanya.
Ramzi Al-Rumaih, penasihat Organisasi Studi Keamanan Nasional Libya, mengatakan kunjungan tetua suku telah terjadi selama ratusan tahun.
Ada lebih dari 15 juta warga Mesir di Mesir yang memiliki latar belakang Libya.
"Para tetua suku Libya datang ke Kairo untuk menekankan semua yang dinyatakan dalam inisiatif Kairo, karena Mesir tahu dimensi strategis negara tetangganya Libya," kata Al-Rumaih.
Mesir mengawasi Deklarasi Kairo, sebuah rencana perdamaian baru untuk memulihkan stabilitas di Libya setelah berbulan-bulan konflik bersenjata antara GNA dan LNA.
"Para tetua suku yang bertemu dengan presiden Mesir membenarkan bahwa 2.000 suku tahu bahwa Mesir adalah tempat yang aman," tambah Al-Rumaih.
El-Sisi mengatakan dalam sebuah pidato pada Juni 2020, Sirte dan Al-Jufra secara strategis penting di Libya, dan mereka mewakili garis merah untuk Mesir.
Selama pidatonya, pemimpin itu mengatakan intervensi Mesir di Libya telah menjadi legal.
"Kesiapan pasukan Mesir untuk berperang telah menjadi kebutuhan," tambahnya.
Dia mengatakan Mesir ingin mencapai penyelesaian yang komprehensif di Libya.
Bahkan, ingin mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial negara itu.(*)