Lautan Manusia di Hagia Sophia
Ribuan orang termasuk Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengikuti shalat Jumat pertama yang digelar di Hagia Sophia
Sejumlah pemimpin dunia kecewa dengan keputusan Erdogan tersebut, salah satunya Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Beberapa pihak seperti UNESCO, Rusia, dan Yunani juga turut menyesalkan perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid.
Meski sempat diprotes dunia, namun Erdogan mantap dengan keputusannya. Ia menyebut keputusan ada di tangannya mengingat Hagia Sophia, bangunan yang awalnya merupakan katedral itu, merupakan hak kedaulatan Turki.
Juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, berjanji bahwa Hagia Sophia akan tetap terbuka untuk dikunjungi wisatawan seluruh agama. Kalin juga berjanji bahwa pemerintah Turki tidak akan "merusak lukisan dinding, ikon, dan arsitektur" bangunan bersejarah itu.
Mosaik Bizantium, yang selama ini ditutup selama berabad-abad ketika Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid di Kekaisaran Ottoman, akan ditutup dengan tirai selama waktu salat. Hal itu dilakukan karena Islam melarang representasi figuratif. "Tidak ada satu paku pun yang akan menancap bangunan," kata Kalin seperti dikutip AFP.
Gedung ini dibangun pada abad keenam sebagai katedral namun dijadikan masjid pada 1453 ketika Ottoman, biasa disebut juga dengan Kekhalifahan Utsmaniyah, di bawah Mehmed II atau Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel yang kemudian berganti nama menjadi Istanbul.
Sementara itu, khotbah Jumat di Hagia Sophia kemarin disampaikan oleh Ali Erbas, Kepala Direktorat Keagamaan Turki. Dalam khotbahnya, Erbas mengatakan bahwa hari Jumat kemarin persis seperti 60 tahun lalu, saat 16 muazin menara Masjid Sultan Ahmet, yang terletak tepat di seberang Hagia Sophia, mengelilingi tempat itu dengan azan, setelah jeda 18 tahun.
“Hari ini adalah hari ketika Muslim berdiri melaksanakan salat dengan air mata sukacita, sujud dengan penuh rasa tunduk dan syukur. Hari ini juga adalah hari kehormatan dan kerendahan hati,” ucap Erbas.
Dia mengatakan sesungguhnya kota Konstantinopel pasti akan ditaklukkan oleh tentara Islam, dan pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan.
Erbas menekankan bahwa penaklukan itu adalah kebangkitan, bukan penganiayaan, dan itu adalah rekonstruksi, bukan kehancuran. “Dalam peradaban kita, penaklukan merupakan pembuka pintu sebuah kota bagi Islam, perdamaian, dan keadilan,” kata dia lagi.
Erbas juga menyampaikan bahwa Sultan Ottoman Muhammad al-Fatih menaklukkan Istanbul dengan izin dan rahmat Allah, dan Sultan tidak mengizinkan perusakan satu batu pun dari kota yang sangat berharga ini. Erbas mengucapkan salam hormat untuk arsitek terkenal Mimar Sinan, yang menghiasi Hagia Sophia dengan menara, yang telah memperkuat konstruksi dan membuatnya tetap berdiri selama berabad-abad.
“Salam kepada semua saudara dan saudari kita dari penjuru dunia yang menunggu Hagia Sophia dibuka kembali untuk ibadah, dan merayakan pembukaannya dengan sukacita,” kata Erbas.
Selama 15 abad, Hagia Sophia adalah salah satu tempat paling berharga dalam ilmu pengetahuan, peradaban dan peribadatan dalam sejarah manusia. Al-Fatih mengamanahkan bangunan yang luar biasa ini kepada para mukmin agar tetap terjaga sebagai masjid sampai hari kiamat.
“Dalam keyakinan kami, wakaf, atau properti yayasan tidak dapat diganggu gugat, dan yang melanggarnya didoakan agar dilaknat,” kata Erbas.
Kepala Direktorat Keagamaan Turki ini juga menyampaikan bahwa setelah penaklukan, Sultan al-Fatih meminta warga yang berlindung di Hagia Sophia untuk tidak takut akan kedatangan Islam.
Erbas menirukan ucapan Sultan al-Fatih yang mengatakan pada warga bahwa mulai sekarang, jangan takut dengan kebebasan dan hidupmu. Harta benda kalian tidak akan dijarah, tidak ada yang akan dianiaya, tidak ada yang akan dihukum karena agama mereka.