Halau Gajah
Forum Konservasi Leuser Bangun Pagar Kawat Kejut untuk Halau Gajah
Hal itu disampaikan, Alamsyah, salah satu petani yang ikut rapat dengan pihak FKL, perwakilan BKSDA Aceh, dan Conservation Respon Unit (CRU) Serbajad
Penulis: Seni Hendri | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Seni Hendri I Aceh Timur
SERAMBINEWS.COM, IDI - Mayoritas petani yang lahannya terkena gangguan gajah di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, setuju dengan inisiatif LSM Forum Konservasi Leuser (FKL) membangun pagar kawat kejut atau power fencing untuk mengurangi gangguan gajah di daerah itu.
Hal itu disampaikan, Alamsyah, salah satu petani yang ikut rapat dengan pihak FKL, perwakilan BKSDA Aceh, dan Conservation Respon Unit (CRU) Serbajadi, Aceh Timur.
“Mayoritas petani setuju dibangun pagar kawat kejut untuk mengantisipasi gangguan gajah,” ungkap Alamsyah.
Manager Regional I FKL, Hidayat Lubis, kepada Serambinews.com, Minggu (26/7/2020) mengatakan FKL akan membangun pagar kawat kejut atau power fencing apabila sudah ada persetujuan dari petani yang ditandai dengan surat pernyataan.
Karena itu, katanya, rapat Jumat (24/7/2020) kemarin meminta persetujuan dari petani terkait rencana pembangunan power fencing ini.
Power fencing rencananya akan dibangun antara perbatasan ladang warga dengan hak guna usaha (HGU) perusahaan perkebunan sawit sepanjang 10 km mulai dari Sarah Kayu, Dusun Lubuk Bayah sampai Dusun Sumedang Jaya atau perumahan kota terpadu mandiri (KTM).
“Setelah ada surat pernyataan persetujuan dari petani, kita mulai membersihkan lokasi yang akan dibangun power fencing," ungkap Manager Regional I FKL, Hidayat Lubis, didampingi Mukhlis Supervisor Mitigasi Konflik satwa dan manusia FKl, Ridwan perwakilan BKSDA, Edi Saputra dari CRU Serbajadi, dan tim lainnya Junaidi, Muhat, kepada Serambinews.com, Minggu (26/7/2020).
• Tersinggung Diejek, Kakek Ini Serang dan Tikam Adiknya Pakai Keris Hingga Tewas
• Tgk Zulkarnaen Kembali Terpilih Sebagai Ketua HUDA Kota Lhokseumawe
• Obyek Wisata Benteng Indrapatra Aceh Besar Mulai Ramai Didatangi Pengunjung
Tahap awal ini, jelas Mukhlis, FKL akan membangun 10 km pagar kawat kejut mulai dari Sarah Kayu, Dusun Lubuk Bayah, sampai Dusun Sumedang Jaya.
“FKL hanya membantu alat dan teknisi untuk pembangunan power fencing. Sedangkan pembersihan lokasi pembangunan power fencing kita harapkan partisipasi petani, dan dukungan alat berat dari Pemkab Aceh Timur," harap Mukhlis.
Mukhlis menyebutkan, pagar kawat kejut ini tidak beresiko bagi manusia, dan satwa, karena sifatnya nendang dan tidak lengket, karena sumber arus listrik menggunakan solar cell yang menggunakan energi dari cahaya matahari.
“Pagar kawat ini tidak berbahaya bagi manusia maupun satwa, karena nendang. Dan sudah dijalankan di Jambi,” ungkap Mukhlis.
Selanjutnya, setelah power fencing ini dibangun, FKL mengharapkan partisipasi petani untuk merawatnya.
“Tujuan pembangunan power fencing ini untuk memisahkan ruang antara satwa dengan manusia, sehingga gajah bisa hidup alami di hutan, dan petani juga sukses,” ungkap Hidayat.
Barrier Gajah Kurang Efektif
Supervisor Patroli Gajah CRU Serbajadi, Edi Saputra, mengatakan BKSDA, bersama FKL, dan CRU Serbajadi, melakukan berbagai upaya untuk mengatasi konflik gajah dengan manusia di Aceh Timur, baik itu membangun parit penghalau gajah (Barrier), power fencing, maupun secara patroli, dan penggiringan menggunakan gajah jinak dari CRU Serbajadi.
Awalnya, jelas Edi, FKL sepakat bersama Pemkab Aceh Timur, untuk membanguan barrier di perbatasan lahan petani, dan hutan, dengan tujuan untuk menghalau gajah.
Tapi barrier yang perlu dibangun selain di perkebunan warga juga di HGU perusahaan karena HGU perusahaan termasuk home range atau jalur lintasan gajah.
Karena itu, Pemkab Aceh Timur, sebelumnya telah menyurati pihak perusahaan agar membangun barrier.
Sedangkan FKL dengan Pemkab Aceh Timur bangun barrier di perkebunan warga, dan kini sudah selesai di Peunaron 18 km dan di Indra Makmu 6 km.
Kini barrier tersebut sudah berfungsi mengurangi gangguan gajah dan saat ini pihak FKL sedang menanam tanaman yang tidak disukai gajah di atas barrier tersebut.
Sedangkan pihak perusahaan sejauh ini belum membangun barrier tersebut yang harus dibangun di areal mereka. Sehingga FKL dan Pemkab Aceh Timur, berupaya membangun power fencing untuk mengatasi gangguan gajah.
Selain itu, barrier kurang efektif mengatasi gangguan gajah karena barrier rawan longsor, sehingga FKL saat ini juga sedang menanam tanaman untuk penahan longsor.
Sedangkan lokasi yang akan dibangun power fencing saat ini sama sekali belum barrier.(*)