Berita Jakarta
Fadhil, Pria Asal Pidie Ini Sosok di Balik “Demam Meuketoep” di Jakarta
Mulai dari para pengusaha, politisi, mahasiswa, aparatur sipil negara (ASN) ramai-ramai mengenakan kopiah khas Aceh dengan warna cemerlang itu.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Nur Nihayati
Ia salah seorang yang memproduksi kopiah tersebut.
Saat ini pesanan bukan saja dari berbagai daerah di dalam negeri, melainkan sudah ada order dari Malaysia.
“Target kita memang kopiah ini bisa meluas secara nasional.
Saya ingin suatu saat, Presiden Indonesia dan para menteri ikut mengenakan kopiah ini,” ujar Fadhil.
Usaha menjual “kopiah meukeutoep” ini sudah dirintis Fadhil sejak 2018.
Waktu itu ia menjual kopiah buatan tangan (handmade) dari pengrajin di Garot Pidie. Selain dijual juga disewakan.
Harga per kopiah Rp 400 ribu. Menurut Fadhil, itu terlalu mahal, dan tidak semua orang punya kemampuan daya beli.
“Harga 400 ribu itu mahal. Orang tertentu yang bisa beli. Tapi kita ingin kopiah ini dimiliki masyarakat luas,” ujar Fadhil.
Ia tidak kehilangan akal. Fadhil bersama rekannya, Fachrul, melakukan terobosan dengan membuat kopiah dari bahan murah dan ringan.
Alhasil, sejak diluncurkan ke pasar, langsung ditangkap dan mendapat apresiasi. “Produk ini kita produksi di Jawa.
Bahan bakunya murah,” ujar Fadhil mengenai alasannya membuat produksi di Jawa.
Berasal dari keluarga seniman. Ibunya, Zubaidah adalah pengrajin kasab di Garot Pidie, serta pelaminan Aceh.
Berada di lingkungan seni kasab, Fadhil tentu tidak merasa asing lagi.
Saat hijrah ke Jakarta dan berkutat dengan dunia kesenian, Fadhil menangkap peluang usaha mendagangkan kopiah “meuketuoep” dari Garot.
Tapi, karena terlalu mahal, usahanya tidak berjalan mulus.