Wawancara Eksklusif
Manusia Autentik dan Bonafide
Sebagai orang yang komitmen pada kemajuan masa depan, PK Ojong tidak melarang anak-anak membaca buku di Toko Gramedia
* Seratus Tahun PK Ojong Pendiri Kompas Gramedia (4-Habis)
Kunjungan PK Ojong ke luar negeri membawa hikmah yang sangat menentukan bagi perjalanan Kompas Gramedia. Itu karena kegemarannya membaca buku. Setiap kembali dari luar negeri, PK Ojong selalu membeli buku hingga punya perpustakaan di rumahnya. Hal itu kemudian yang melahirkan Toko Buku Gramedia.
Sebagai orang yang komitmen pada kemajuan masa depan, PK Ojong tidak melarang anak-anak membaca buku di Toko Gramedia. Itulah sebabnya sampai sekarang kita sering melihat anak-anak membaca buku di selasar rak-rak Toko Buku Gramedia. Kepada rekan-rekan sejawatnya, PK Ojong juga sering mengirim buku-buku, termasuk untuk tahanan politik yang sealiran dengannya maupun tidak.
Untuk mengasah pemikirannya, PK Ojong punya klub diskusi bersama aktivis muda pada masanya, seperti Soe Hok Djin yang kemudian menjadi Arief Budiman, dan Soe Hok Gie, Soedjatmoko, Rosihan Anwar, dan Ong Hok Ham. PK Ojong bersama sastrawan pada masa itu, Mochtar Lubis, Zaini, Taufiq Ismail, dan Arief Budiman, menerbitkan Majalah Horison yang khusus memuat dunia sastra. Sayang, majalah itu sekarang sudah tiada.
Selain humaniora, sewaktu menjadi pemimpin umum Kompas Gramedia, PK Ojong pun berusaha memahami manajemen dan ilmu hitung-hitungan. Dalam pandangannya, pucuk pimpinan perlu memiliki kombinasi dari dua ciri, yakni kearifan intuitif (intuitive wisdom) dan pengetahuan praktis (practical knowledge).
Dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM), PK Ojong sangat memprioritaskan kejujuran. Jadi, karyawan yang jujur adalah prioritas pertama. Karyawan yang tak memenuhi harapan, dalam arti tidak jujur, langsung dipecat. Sementara karyawan yang tidak produktif tapi jujur, akan diberi tempat yang lebih cocok.
Tak heran, PK Ojong selalu menanyakan uang kembalian membeli barang. Jumlahnya mungkin tidak seberapa, tapi menurutnya uang itu harus dikembalikan dulu. Bahwa selanjutnya uang tersebut akan diberikan kepada petugas yang membeli, itu masalah lain. Di situlah PK Ojong menekankan kejujuran dan tanggung jawab.
Selain membaca buku, PK Ojong juga gemar mengoleksi hasil karya seniman Indonesia, terutama seni rakyat. Bentara Budaya didirikan dengan mengemban misi dari PK Ojong, bahwa KG jangan cuma menulis soal budayawan melalui medianya, tapi hendaknya juga membeli karya-karyanya. Sebagai pimpinan perusahaan, PK Ojong tak menolak saat ditawari makan dan diajak makan bersama oleh karyawan biasa. Sambil makan, PK Ojong senantiasa memberi dukungan dan apresiasi bagi karyawan atas kinerja mereka.
Ia sering datang ke percetakan pada malam hari atau ke redaksi untuk menyapa langsung karyawan di lapangan, dari kalangan pesuruh sampai pimpinan yang ditemui. Bagi Ojong, manusia adalah aset bagi kemajuan perusahaan.
Di mata Indra Gunawan, yang pernah menjabat redaktur Harian Kompas yang kemudian didapuk menjadi Wakil Direktur Utama Kompas Gramedia 1992-2004, PK Ojong merupakan manusia autentik dan bonafide. Berikut petikan wawancara Tribun Network dengan Indra Gunawan:
Bagaimana Anda melihat sosok PK Ojong?
Di mata saya setelah menapis dari sekian karakteristik yang mengemuka, PK Ojong sebagai manusia Bonafide. Maksudnya, PK Ojong adalah orang yang dapat dipercaya, jujur, dan tulus. Satunya kata dengan perbuatan dengan nilai-nilai yang dianutnya. Tak ada persilangan di antara ketiganya yang kini menjadi mode zamannya.
Apakah ini sama dengan Integritas?
Ya, ada persamaan. Namun, bonafide itu mempunyai nilai tambahnya sendiri. Di samping jujur, tulus, dan bisa dipercaya, ia juga memiliki kepiawaian, kebolehan dalam mencapai tujuan bersama. Ia seorang achiever, penggapai prestasi, yang belum tentu dimiliki tiap orang yang punya integritas.
Apakah ia seorang yang autentik?