Feature

Kisah Armiyadi ASA Kopi, Berawal dari Mesin Roasting Rusak, Kini Menjadi 'Miliader' di Bisnis Kopi

Menunjang usaha ini, Armiyadi punya lantai jemur modern yang dilengkapi teknologi, sehingga saat musim hujan pun, tetap bisa mengeringkan kopi.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/instagram armiyadiasakopi
Armiyadi bersama dengan tamu dari Amerika Serikat. 

Sampai kini, kopi pemenang lelang itu rutin dikirim ke Amerika dan Taiwan. Kopi jenis lain ia ekspor ke China, Jepang dan lainnya dengan nilai ekspor rata-rata Rp 3 miliar. Sementara omzet pasar dalam negeri Rp 700 juta sampai Rp 1 miliar.

Awal merintis usaha

Keterlibatan Armiyadi dengan bisnis kopi ia awali sejak menyelesaikan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh.

Pulang kampung halaman, ia bergabung dengan koperasi kopi Baburrayan pada 2006. Belakangan ingin membuka usaha sendiri.

Ia mulai menjual kopi bubuk. Mula-mula menggunakan mesin roasting milik warga di Payatumpi. Waktu itu usaha roasting belum berkembang.

Mesin roasting sangat terbatas, kalaupun ada, itu bantuan pemerintah.

Suatu ketika, Armiyadi meminjam mesin roasting dari Dinas Perkebunan Aceh Tengah. Kondisi mesinnya rusak.

Kepada pejabat Dinas Perkebunan ia memberanikan diri meminjam mesin rusak tersebut.

Armiyadi memperbaiki mesin itu sampai kemudian bisa digunakan. Dengan mesin bantuan itulah ia lalu punya ide membuka usaha roasting kopi dan bubuk kopi.

Ia ingat betul, pada Oktober 2010, usaha roasting dan bubuk kopi ini mulai berjalan dengan nama ASA Kopi yang berarti harapan.

Armiyadi menaruh harapan cemerlang masa depan kopi Gayo. Ketika itu Asa Kopi berlokasi di Kampung Sanehen Aceh Tengah.

Usaha kopinya makin menjanjikan, setelah pembeli dari Korea membeli kopi luwak miliknya seharga Rp 700 per kg.

Melihat peluang begitu besar, Armiyadi mendapat rekomendasi untuk fasilitas pinjaman ke bank sebesar Rp 300 juta. Uang ini kemudian digunakan untuk sewa toko, membeli mesin roasting dan perlengkapan lainnya.

Dengan modal itu, ia kemudian menggenjot pemasaran baik dalam bentuk ritel maupun ekspor dan usaha kedai kopi.

Omset penjualan tahun pertama Rp 70 juta terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya sampai Rp 1,4 miliar.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved