Posko Perbatasan Butuh Kamera Thermal
Bupati Aceh Tamiang, H Mursil mengakui, pengawasan di posko perbatasan penanggulangan virus Corona (Covid-19) di daerahanya
KUALASIMPANG – Bupati Aceh Tamiang, H Mursil mengakui, pengawasan di posko perbatasan penanggulangan virus Corona (Covid-19) di daerahanya belum maksimal. Penggunaan alat yang masih sebatas thermogun dinilainya tidak efisien, dan justru mengancam kesehatan petugas.
Hal ini disampaikan Mursil seiring terus meningkatnya kasus Covid-19 di hampir seluruh wilayah Aceh. Sebagai daerah yang menjadi pintu gerbang masuk Aceh, Kabupaten Aceh Tamiang diakuinya memiliki moral untuk mumutus mata rantai virus mematikan ini.
“Saya ulangi posko itu bukan cuma untuk kepentingan menjaga Aceh Tamiang, tapi ada tanggung jawab yang kami emban untuk menjaga seluruh Aceh dari ancaman Covid-19,” tegas Mursil kepada Serambi, Senin (3/8/2020).
Mursil menilai, penggunakan thermogun untuk mendeteksi suhu tubuh masyarakat yang masuk ke Aceh sangat tidak efisien. Penggunaan thermogun dinilainya membuat proses pemeriksaan memakan waktu lama, dan menjadikan petugas sebagai objek yang paling rentan terpapar Covid-19.
“Thermogun ini penggunaannya sangat manual, harus satu per satu penumpang diperiksa. Ini membuat terjadi penumpukan di posko,” ungkapnya.
Seharusnya, kata dia, petugas di posko perbatasan dilengkapi kamera thermal yang saat ini digunakan di sebagian bandar udara di Indonesia. Sistem kerja alat ini, menurutnya, juga memberikan jaminan kepada petugas terhindar dari paparan virus Corona.
“Suhu tubuh yang diperiksa otomatis muncul di monitor. Jadi petugas tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat,” kata dia.
Mursil menyarankan Pemerintah Aceh menyediakan kamera thermal sebanyak empat unit untuk dibagikan ke empat kabupaten/kota di Aceh yang berbatasan langsung dengan Sumaera Utara.
“Kalau tujuannya untuk menjaga Aceh, kenapa tidak mengorbankan sedikit anggaran untuk membeli itu (kamera thermal), saya pikir tidak terlalu mahal,” sebutnya.
Kadis Perhubungan Aceh Tamiang, Syuibun Anwar menambahkan, sistem kerja kamera thermal terbilang cepat karena dalam satu detik mampu mendeteksi suhu tubuh 30 orang sekaligus. “Sangat cocok digunakan di posko perbatasan, sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan,” kata dia.
Syuibun mengatakan, pemeriksaan di posko perbatasan sejauh ini masih terus dilakukan dengan melibatkan 50 personel gabungan di antaranya dari TNI/Polri, Dinas Kesehatan dan Dinas Perhubungan. “Kalau jumlah petugas sudah memadai, yang kita butuhkan saat ini memang dukungan alat, khususnya kamera thermal,” tukasnya.
RSUD Aceh Tamiang mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 dengan menyiapkan sepuluh kamar khusus untuk merawat pasien yang terpapar virus asal Cina ini.
Sepuluh kamar ini diharapkan mampu menangani pasien Covid-19 yang tidak tertampung di rumah sakit rujukan. Diketahui RSUD Aceh Tamiang sejauh ini belum berstatus rumah sakit rujukan Covid-19.
“Seiring meningkatnya kasus Covid-19, kita khawatir pasien dari daerah kita tidak tertampung di rumah sakit rujukan. Saat ini ada sepuluh kamar yang kita sediakan di RSUD Aceh Tamiang,” kata Direktur RSUD Aceh Tamiang, T Dedy Syah, Senin (3/8/2020).
Dia menjelaskan, sepuluh kamar ini didesain khusus dengan membentuk tekanan negatif sesuai standar yang sudah ditentukan dalam menangani pasien Covid-19. Tekanan negatif akan membuat udara tidak ke luar dari ruangan perawatan pasien Covid-19, sehingga tidak menciptakan sebaran kepada orang lain. “Melalui tekanan negatif ini udara yang berada di dalam ruangan tidak ke luar, sehingga tidak terjadi penyebaran virus,” jelasnya.(mad)