Jurnalisme Warga

Gerakan Gemar Berkurban ala MIN 13 Pidie Jaya

TAHUN 2019 merupakan tahun pertama saya menginjakkan kaki di MIN 13 Pidie Jaya (Pijay) sebagai guru baru di bawah Kementerian Agama

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Gerakan Gemar Berkurban ala MIN 13 Pidie Jaya
IST
MIRNANI MUNIRUDDIN ACHMAD, M.A., Guru MIN 13 Pidie Jaya, alumnus Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dan Anggota FAMe Chapter Pidie Jaya, melaporkan dari Ulee Gle, Pidie Jaya

OLEH MIRNANI MUNIRUDDIN ACHMAD, M.A., Guru MIN 13 Pidie Jaya, alumnus Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dan Anggota FAMe Chapter Pidie Jaya, melaporkan dari Ulee Gle, Pidie Jaya

TAHUN 2019 merupakan tahun pertama saya menginjakkan kaki di MIN 13 Pidie Jaya (Pijay) sebagai guru baru di bawah Kementerian Agama Pidie Jaya, setelah melewati ribuan rintangan untuk menjadi salah satu ASN di bidang pendidikan.

Ada rasa haru dan syukur karena diberikan kenikmatan oleh Allah Swt untuk dapat bergabung dengan MIN 13 ini. MIN ini merupakan salah satu sekolah di Pijay yang berada di samping jalan nasional Medan-Banda Aceh.

Dulunya, madrasah ini dikenal banyak orang dengan sebutan MIN Ulee Gle, karena memang letaknya berada di Keude Ulee Gle, Kecamatan Bandar Dua. Ada berbagai hal menarik yang saya temukan di madrasah ini. Jika dulunya saya mengajar mahasiswa di Perguruan Tinggi di IAI Al-Aziziyah Samalanga, sekarang saya harus bisa menyesuaikan diri untuk beradaptasi dengan anak-anak yang hampir setiap hari membuat saya terkuras emosi sampai bisa membuat saya tertawa sendiri dengan tingkah polah para penerus bangsa ini.

Salah satu hal yang patut diacungi jempol dari madrasah ini adalah adanya moto sekolah yaitu Gemar bersedekah dan berkurban di hari raya Iduladha. Tentu saja bukan sekadar moto, tapi juga hasil nyata yang dicapai dari moto ini. Bahwa sudah dua tahun berturut-turut pihak madrasah berhasil menyediakan hewan kuran baik dari guru maupun dari murid.

Bukan juga hal yang mudah, proses ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan berbagai rintangan yang dialami guru-guru di MIN 13 Pidie Jaya, terutama kepala madrasah Ilyas Sag. Kepala madrasah yang ketika tahun 2018 baru mengabdi di MIN ini langsung mencetuskan adanya Gerakan Gemar Berkurban yang tidak hanya dilakukan oleh guru, tapi juga murid-murid. Mereka diajak berpartisipasi dalam berkurban.

Tidak hanya teori, pemimpin juga mengharapkan adanya praktik nyata yang bisa dilakukan oleh para murid di sekolah. Kegiatan ini tidak serta merta dilakukan begitu saja, tapi sebelumnya dibagikan angket kepada wali murid untuk melihat bagaimana tanggapan dan respons wali murid terhadap wacana gemar berkurban ini. Seolah  gayung pun bersambut, dan seperti yang diharapkan, hasil angket yang menunjukkan respons positif dari wali murid membuat pihak sekolah semakin yakin dengan rencana yang penuh kebaikan ini.

Tak ayal, 2019 tahun pertama pelaksanaan kurban dari hasil patungan guru dan murid MIN 13 Pijay ini berhasil membeli delapan sapi untuk dikurbankan. Jumlah ini melebihi target awal, sekaligus menandakan bahwa sebenarnya banyak orang yang ingin melakukan kebaikan, tapi juga membutuhkan seseorang untuk menggerakkannya.

Sekarang pada tahun 2020, MIN 13 Pidie Jaya kembali melakukan hal serupa, antusias wali murid tak sedikit pun berkurang walau di tengah pandemi. Pada Iduladha kali ini madrasah kembali berhasil menghimpun dana untuk membeli tujuh ekor sapi. Empat ekor sapi dari guru-guru MIN 13 dan tiga ekor lagi merupakan hasil sumbangan murid-murid dari kelas 1 sampai kelas 6.

Penyembelihan hewan dilakukan di halaman sekolah dan disaksikan langsung oleh guru-guru, wali murid, dan murid-murid. Penyembelihan dilakukan oleh Teungku Saiful selaku teungku senior yang selalu diminta jasanya untuk menyembelih hewan kurban. Ini menjadi praktik langsung yang disaksikan murid dan pelajaran berharga bagi mereka.

Walau menyaksikan hewan kurban yang berdarah-darah--tanpa sensor–saat disembelih, tidak membuat sedikit pun mereka takut dan sedih, karena sejatinya hewan-hewan kurban itu tidaklah sakit. Tentu saja ini kenyataan yang juga dikuatkan oleh peneliti Barat, Prof Wilhelm dan Dr Hazim dari Universitas Hannover Jerman.

Mereka membuktikan bahwa hewan yang disembelih dengan cara Islam tak merasa sakit dan dagingnya memenuhi prinsip good manufacturing practice (GMP), salah satu prosedur untuk menghasilkan makanan yang mempunyai tingkat ketidaksesuaian yang kecil dari standar yang ditetapkan.

Ini merupakan suatu bentuk keberhasilan yang dilakukan orang Islam yang mensyaratkan agar menyembelih hewan kurban dengan pisau tajam agar tidak menyakiti hewan tersebut. Sungguh Islam merupakan agama yang mempunyai aturan hingga ke hal- hal yang sekecil apa pun.

Setelah penyembelihan hewan kurban dilakukan, guru-guru mempunyai tugas masing-masing membagikan daging hewan kurban. Masing-masing wali kelas dengan senyum di muka walau keadaan lelah melanda tetap melayani siswa yang antre mengambil jatah masing-masing. Ditandai dengan membawa kupon yang sudah dibagikan untuk diserahkan kepada panitia kurban di setiap kelas.

Dengan jumlah murid kurang lebih 500 murid tentu bukanlah jumlah yang sedikit. Namun, dengan semangat untuk menebar kebaikan sehingga Allah hilangkan rasa lelah ini. Berkurban yang merupakan simbol ketaatan, pengorbanan, dan rasa cinta kepada Allah yang dilakukan untuk menjemput pahala dari Sang Pencipta.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved