Luar Negeri

Tim Penyelamat Cari Korban Ledakan Beirut di Bawah Puing-puing, Korban Bertambah Jadi 149 Orang

Tim penyelamat masih mencari korban ledakan pelabuhan Beirut di bawah puing-puing bangunan. Sudah tiga hari setelah ledakan besar mengirimkan

Editor: M Nur Pakar
AFP/JOSEPH EID
Tim penyelamat dari Rusia mencari korban ledakan gudang amoniak nitrat di Pelabuhan Beirut, Lebanon, Jumat (7/8/2020). 

SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Tim penyelamat dari berbagai negara masih mencari korban ledakan pelabuhan Beirut di bawah puing-puing bangunan,

Sudah tiga hari setelah ledakan besar mengirimkan gelombang kehancuran ke seluruh ibu kota Lebanon.

Menewaskan 149 orang dan melukai ribuan lainnya

Setidaknya empat mayat telah ditemukan dalam 24 jam terakhir pada Jumat (7/8/2020).

Ledakan itu menghancurkan satu silo biji-bijian besar, menghancurkan lingkungan dekat pelabuhan.

Menyebabkan beberapa blok kota berserakan dengan kaca dan puing-puing.

Tim penyelamat Prancis dan Rusia dengan anjing pelacak menyisir area pelabuhan pada Jumat (7/8/2020).

Sehari setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi lokasi ledakan tersebut.

Macron sempat menjanjikan bantuan dan bersumpah mendesak reformasi para pemimpin politik Lebanon yang sudah lama mengakar.

Arab Saudi Kirim Bantuan Obat-obatan dan Peralatan Medis ke Lebanon

China Kirim Bantuan Medis ke Lebanon, Inggris Luncurkan Kapal Perang

Ledakan Mematikan Beirut Menambah Luka Rakyat Lebanon di Tengah-tengah Cengkeraman Hizbullah

Ledakan tersebut diduga disebabkan oleh penyimpan 2.750 ton amoniak nitrat.

Bahan kimia yang digunakan untuk bahan peledak dan pupuk.

Apalagi, telah disimpan di pelabuhan sejak disita dari kapal kargo pada 2013.

Pemerintah telah melancarkan penyelidikan karena mendapat kecaman.

Banyak orang Lebanon menyalahkan bencana itu karena kelalaian dan korupsi.

Tim pencari dan penyelamat telah dikirim dari beberapa negara untuk membantu menemukan korban selamat dari ledakan tersebut.

Di antara mereka yang berada di reruntuhan dekat gudang biji-bijian, Joe Akiki, seorang pekerja pelabuhan berusia 23 tahun yang hilang sejak ledakan.

Sebuah tim yang terdiri dari 55 penyelamat Prancis yang mulai bekerja pada Kamis telah menemukan empat mayat, menurut Kolonel Tissier Vincent, kepala misi tersebut.

Petugas pemadam kebakaran Lebanon juga bekerja di pelabuhan yang dihancurkan, tempat buldoser dan ekskavator membersihkan puing-puing.

Puluhan orang masih hilang, dan di pintu masuk pelabuhan, sebuah keluarga menunggu kabar dari kerabat, seperti dilansir AFP, Jumat (7/8/2020).

Sekitar 300.000 orang lebih atau 12% populasi Beirut tidak dapat kembali ke rumah mereka karena ledakan.

Ledakan menyebabkan pintu dan jendela di seluruh kota hancur.

Bahkan, banyak bangunan tidak dapat dihuni lagi.

Para pejabat memperkirakan kerugian mencapai 10 miliar hingga 15 miliar dolar AS.

Rumah sakit yang rusak, yang sudah tertekan oleh pandemi virus Corona, masih berjuang untuk menangani korban luka-luka.

Investigasi difokuskan pada petugas pelabuhan dan bea cukai, dengan 16 karyawan ditahan dan lainnya diinterogasi.

Tetapi banyak orang Lebanon mengatakan ada kebusukan yang jauh lebih besar dalam sistem politik dan meluas ke kepemimpinan puncak negara itu .

Selama beberapa dekade, Lebanon telah didominasi oleh elit politik yang sama.

Banyak dari mereka mantan panglima perang dan komandan milisi dari perang saudara 1975-1990.

Faksi yang berkuasa menggunakan institusi publik untuk mengumpulkan kekayaan dan mendistribusikan patronase kepada pendukung.

Tiga puluh tahun setelah berakhirnya perang saudara, pemadaman listrik masih sering terjadi.

Sampah sering kali menggunung dan air ledeng sebagian besar tidak dapat diminum.

Bahkan sebelum ledakan, negara itu terperosok dalam krisis ekonomi yang parah yang juga secara luas disalahkan pada kelas politik.

Pengangguran melonjak, dan jatuhnya mata uang lokal melenyapakna tabungan banyak orang.

hal itu membuat tugas membangun kembali setelah ledakan menjadi lebih menakutkan.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved