Update Corona di Aceh
Usai Melahirkan, Seorang Tendik di Unsyiah Terkonfirmasi Positif Covid-19
"Kalau dokter yang menangani saya selama ini positif Covid-19, bisa-bisa saya juga tertular. Kalau saya tertular, bagaimana pula dengan bayi saya
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Nur Nihayati
"Kalau dokter yang menangani saya selama ini positif Covid-19, bisa-bisa saya juga tertular. Kalau saya tertular, bagaimana pula dengan bayi saya
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ini kabar mengharukan dari "Kampus Jantong Ate Rakyat Aceh", Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Seorang tenaga kependidikan (tendik) di kampus negeri itu terkonfirmasi positif Covid-19.
Mirisnya lagi, perempuan berinisial S dan berumur 37 tahun ini baru saja melahirkan.
Lebih ironisnya lagi, saat hendak bersalin dia tak tahu kalau dokter spesialis kandungan dan kebidanan (Sp.OG) yang memeriksa kehamilannya sudah terpapar Covid-19.
Ia juga mengaku tidak mendapat pemberitahuan dari Dinas Kesehatan Aceh ataupun Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh bahwa dokter perempuan spesialis kandungan dan kebidanan yang menanganinya pada saat hamil tua sudah positif Covid-19.
Perempuan yang berdomisili di Punge Blangcut, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, ini justru baru tahu bahwa dokter yang selama ini sering memeriksa kehamilannya sudah positif corona justru dari seorang temannya yang non tenaga medis.
Mendapat kabar tersebut Nyonya S cemas bukan main.
Kebahagiaannya mendapatkan anak pertama pada umur 37 tahun yang lahir sehat, mendadak berubah menjadi kecemasan.
• Telkomsel Serahkan Bantuan APD Kepada Tenaga Medis
• Awan Seperti Gelombang Tsunami di Aceh Barat, Tampak Indah Tapi Mengerikan, Ini Penjelasan Ilmiah
• Ini Perkembangan Persiapan Pembayaran Gaji Ke-13 PNS di Lhokseumawe, Tinggal Tunggu SK Wali Kota
Ia membatin, "Kalau dokter yang menangani saya selama ini positif Covid-19, bisa-bisa saya juga tertular. Kalau saya tertular, bagaimana pula dengan bayi saya?"
Lalu S minta kepada suaminya untuk diantar ke Lab Penyakit Menular Fakultas Kedokteran Unsyiah. Dia tahu keberadaan lab tersebut karena tak jauh dari fakultas tempatnya bekerja sebagai tendik, yakni Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah.
"Kemarin saya yang swab ibu itu dan hasilnya ternyata dia positif Covid-19," kata dokter yang menswabnya di Laboratorium Penyakit Infeksi FK Unsyiah kepada Serambimews.com di Banda Aceh, Senin (10/8/2020) sore.
Untuk menjaga kode etik sebagai laboran sekaligus analis biomolekul, dokter tersebut minta namanya tidak dipublikasi. "Saya orang lab, biar saja bekerja tanpa nama," tambahnya.
Namun, ia tak membantah bahwa dialah yang mengirim WA kepada Rektor Unsyiah sebagai berikut,
"Pak Rektor, mohon izin saya melaporkan bahwa tadi saya mendpt kiriman pesan via WA dari salah seorang staf subbag akademik FKH atas nama S*** bhw hari Sabtu lalu dia baru tes swab di Lab FK Unsyiah dan hasilnya positif covid. Menurut lab hasilnya sdh dilaporkan ke dinkes. Tetapi ybs belum dihubungi oleh dinkes."
Dokter ini juga mengirim WA susulan ke Rektor Unsyiah,
"Sebagai informasi bahwa bersangkutan baru melahirkan. Ybs melakukan tes swab atas inisiatif sendiri setlh mendpt informasi bhw dokter yg menanganinya saat melahirkan hasil tes swabnya positif."
Kaget atas laporan itu, Rektor Unsyiah, Prof Dr Samsul Rizal MEng mendiskusikan langsung hal itu dengan petinggi kampus dan fakultas tempat S bekerja.
Rektor berpandangan, publik juga perlu tahu tentang ini supaya jangan semakin banyak saja orang yang positif Covid di provinsi ini tak tak segera diberi tahu bahwa dia sudah terkonfirmasi Covid-19.
Karena pertimbangan itu pula, Rektor Unsyiah meneruskan WA dari dokter di Lab Penyakit Menular FK Unsyiah itu kepada Serambimews.com.
Berdasarkan catatan Serambimews.com, pasien bernama Yuni Saputri, Kapolres Lhokseumawe, dan seorang ulama asal Sibreh, Aceh Besar, adalah orang-orang yang positif Covid pada 31 Juli lalu, tapi baru tahu dia Covid berhari-hari kemudian dari pihak lain. Bukan dari pejabat kesehatan setempat.
"Hal yang seperti ini tak boleh terjadi lagi. Banyak pihak yang akan dirugikan dengan cara kerja seperti ini. Eksesnya pun akan berdampak luas. Ini tindakan kontraproduktif terhadap upaya kita bersama memutus rantai penularan Covid-19 di Aceh," kata Rektor Unsyiah.
Ia juga menyebutkan, Nyonya S yang kini positif Covid merupakan satu dari dua aparatur sipil negara (ASN) di Unsyiah yang positif Covid berdasarkan hasil pemeriksaan swab di kampus itu dua hari lalu.
Selain S, satu lagi yang positif Covid-19 itu adalah seorang profesor perempuan dari FMIPA, yakni Prof Dr R.
Sebagai tindak lanjutnya, kata Samsul, pihak Lab Penyakit Infeksi Unsyiah sudah melaporkan ke Dinas Kesehatan Aceh hasil swab Dosen R dan Nyonya S yang tendik agar segera ditangani sebagaimana mestinya.
Sebelumnya, bulan lalu, EM yang terkonfirmasi positif Covid di Unsyiah. Perempuan ini dosen pada fakultas pertanian.
Setelah EM, dua lagi tendik dari lingkungan Unsyiah juga positif Covid, sehingga gedung tempat keduanya bekerja harus didisinfeksi.
"Kita tidak pernah tutupi siapa pun staf kita yang positif Covid-19. Toh Covid bukan aib, kenapa harus ditutupi? Semakin cepat diketahui staf yang positif Covid, maka makin cepat dan terarah tindakan medis yang dilakukan terhadapnya," kata Samsul.
Di akhir penjelasannya Samsul menyebutkan bahwa banyak mahasiswa Unsyiah yang sedang ikut program pendidikan dokter spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin Banda Aceh yang terpapar Covid-19.
Hingga kini, sudah 39 dari 392 orang mahasiswa PPDS Unsyiah yang positif Covid-19.
"Jadi, Unsyiah pun sangat terdampak oleh pandemi Covid-19 ini. Oleh karenanya, semua kita harus waspada dan disiplin mematuhi protokol kesehatan, jangan ceroboh dan anggap enteng seolah Covid-19 sudah berakhir," kata Samsul.
Ia juga berharap agar hasil swab suami dan anak-anak Prof R, demikian pula suami dan bayi dari Nyonya S, negatif sehingga rantai penularan lokal di tengah kedua keluarga itu tidak sampai berlanjut. (*)