Luar Negeri
Anggota DK PBB Berbeda Pendapat Tentang Misi Penjaga Perdamaian di Lebanon Selatan
Dewan Keamanan (DK) PBB masih berbeda pendapat tentang misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan.
SERAMBINEWS.COM, NEW YORK - Dewan Keamanan (DK) PBB masih berbeda pendapat tentang misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon Selatan.
Amerika Serikat (AS) mendukung tuntutan Israel untuk perubahan besar pada pertemuan tertutp dewan pada Selasa (11/8/2020) tentang misi yang dikenal sebagai UNIFIL.
Mandatnya akan diperbarui pada akhir bulan ini dan Duta Besar AS, Kelly Craft menegaskan perlunya mandat baru.
"AS telah lama menegaskan secara terbuka dan pribadi bahwa status quo di Lebanon tidak dapat diterima lagi," kata Craft dalam sebuah pernyataan.
“Sekaranglah waktunya untuk memberdayakan UNIFIL, mengakhiri rasa puas diri yang lama, dan memungkinkan misi sepenuhnya yang telah ditetapkan untuk dicapai," katanya.
Tapi Craft menghadapi perjuangan berat karena sebagian besar dewan mendukung kelanjutan mandat UNIFIL .
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres telah menulis kepada dewan tersebut menyerukan pembaruan 12 bulan mandat UNIFIL.
Menekankan pentingnya mempertahankan kekuatan pasukan yang tinggi di Lebanon Selatan.
UNIFIL dibentuk untuk mengawasi penarikan pasukan Israel setelah invasi tahun 1978.
Misi itu diperluas setelah perang tahun 2006 antara Israel dan militan Hizbullah.
Sehingga pasukan penjaga perdamaian dapat ditempatkan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.
• Lebanon Butuh Reformasi Super Kuat, Membangun Kembali Kepercayaan Rakyat
• Anak-anak Beirut Alami Trauma Berat Akibat Ledakan Dahsyat Pelabuhan Beirut
• Somalia Segera Izinkan Pernikahan Anak di Bawah Umur
Hal itu untuk membantu pasukan Lebanon memperluas otoritas ke selatan negara mereka untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Wakil Duta Besar Jerman untuk PBB Günter Sautter mengatakan ketegangan baru-baru ini hanya menggarisbawahi pentingnya kehadiran UNIFIL di lapangan.
Dia mengatakan realitas politik baru sejak ledakan dahsyat pekan lalu di Pelabuhan Beirut membuatnya lebih penting dari sebelumnya.
“Mandat UNIFIL terus menjadi yang paling penting,” kata Sautter.
