Luar Negeri

Pakai Burkini ke Pantai Mediterania, Wanita Mesir Dicaci-maki oleh Pengunjung Lain

Seorang wanita yang memakai burqa, pakaian penutup tubuh dari kepala sampai ujung kaki dapat cacian dari orang lain.

Editor: M Nur Pakar
AP
Seorang wanita Muslim Mesir memakai baju burkini saat bermain-main di pantai Mediterania. 

SERAMBINEWS.COM, KAIRO - Seorang wanita yang memakai burqa, pakaian penutup tubuh dari kepala sampai ujung kaki dapat cacian dari orang lain.

Insiden terjadi saat satu keluarga Mesir berliburan di sebuah resor di Pantai Mediterania Mesir.

Wanita itu, Yasmeen Samir berenang bersama keluarganya di sebuah kolam yang disediakan untuk eselon atas Mesir.

Samir mengenakan burkini baju renang untuk menutupi seluruh tubuh.

Tak lama kemudian, wanita lain ikut mencaci Samir dan menyuruh dia pergi.

Ini merusak pemandangan, kata seorang wanita.

Seharusnya itu berenang di kolam untuk mendinginkan diri dari panasnya musim panas Mesir.

Namun insiden bulan lalu berubah menjadi debat nasional tentang apa yang boleh dikenakan wanita.

Dimana menyoroti tekanan kelas, masyarakat, dan agama dan sering kali kontradiktif di negara konservatif mayoritas Muslim itu.

“Awalnya saya panik,” kata Samir kepada The Associated Press (A), Jumat (14/8/2020).

Tetapi dia memutuskan untuk tidak mundur.

Video konfrontasi itu menjadi viral, menunjukkan Samir dan suaminya berdiri di kolam renang dan berdebat dengan para wanita lain yang mengenakan bikini.

Mayoritas wanita di Mesir mengenakan penutup kepala dan otoritas agama mendesak wanita untuk melakukannya.

Mesir Buka Perbatasan Jalur Gaza, Khusus untuk Penumpang Selama Tiga Hari

Mesir Undang Miliader Elon Musk yang Menyebut Piramid Dibangun Oleh Alien

Masuk Penjara Dua Tahun Tanpa Diadili, Editor Kantor Berita Online Mesir Akhirnya Pulang ke Rumah

Tetapi wanita yang memakai jilbab atau burkini menghadapi diskriminasi dan cemoohan di antara beberapa kalangan kelas atas.

Pakaian syariat itu dianggap terbelakang dan berkelas rendah.

Kebanyakan bar dan klub tidak mengizinkan wanita berjilbab dan memperlakukan kehadiran dengan penyajian alkohol sebagai sesuatu yang eksklusif.

Di banyak komunitas pantai pribadi yang tersebar di pantai Mesir, burkini dipandang dengan cemoohan.

Banyak kolam renang pribadi memiliki kebijakan ketat yang melarang berenang dengan pakaian, yang kemudian diperluas ke pakaian renang seluruh tubuh meskipun terbuat dari Lycra.

Di beberapa pantai umum Mesir, yang sering dikunjungi oleh kelas bawah, kebanyakan wanita berenang dengan kerudung dan jubah panjang.

Seorang wanita yang mengenakan pakaian renang one-piece atau bikini akan menghadapi tatapan mata dan pelecehan.

Seorang wanita yang muncul di media sosial dengan pakaian renang dapat menghadapi badai penghinaan yang memalukan.

Banyak orang yang menyapa Samir bersikeras bahan pakaian renangnya tidak sehat.

Tapi dia mengatakan itu jelas hanya tidak senang dengan penampilannya.

Dalam video yang diambil oleh penonton, Samir dan suaminya Mostafa Hassan menyangkal satu demi satu pencela.

Bayi perempuan mereka ada bersama mereka.

Hassan kemudian memposting video tersebut di Facebook, di mana video tersebut telah ditonton lebih dari satu juta kali dan dibagikan 18.000 kali.

Dengan banyak pengguna yang menyuarakan dukungan untuk Samir.

Video itu juga menjadi bahan diskusi di acara bincang-bincang pro-pemerintah terbesar di negara itu, yang berpihak pada Samir.

Samir mengatakan telah menerima dukungan dari para wanita yang mengatakan dia memberi mereka keberanian untuk berenang dengan burkini mereka sendiri.

Doaa Mohamed, yang telah mengenakan hijab selama satu dekade, pernah ditolak dari sebuah bar di lingkungan Zamalek yang mewah di Kairo.

Dia mengatakan seringkali, pelarangan penutup kepala merupakan diskriminasi ekonomi yang terselubung.

"Untuk perusahaan, wanita yang memakai jilbab berasal dari kelas bawah atau menengah yang tidak ingin layani," kata Mohamed.

Seorang karyawan dari resor Stella Sidi Abdel Rahman, tempat terjadinya insiden burkini, mengatakan tidak memiliki kebijakan apapun yang melarang burkini, asalkan terbuat dari bahan pakaian renang.

Kementerian Pariwisata Mesir mengatakan wanita yang menghadapi masalah karena burkini harus mengajukan pengaduan ke kementerian.

Pada 2017, Dina Eissa berada di kolam renang kompleks resor di kota pantai Laut Merah Ain Sokhna.

Saat itu, dia diminta pergi karena mengenakan burkini.

Keluarganya tak ingin membuat keributan, sehingga mereka pun menyuruh Eissa keluar dari air.

Seluruh keluarga Eissa berkumpul untuk liburan Idul Fitri.

“Saya berhak berada di air bersama keluarga saya,” katanya.

Marah, dia kembali ke kolam, memicu keributan lagi, tetapi kali ini dia menolak untuk pergi.

Dia menulis postingan yang dibagikan secara luas tentang pengalamannya di Facebook.

Saat ini, Eissa tinggal di Ohio di mana dia pergi untuk berenang 2.000 meter setiap minggu.

Tidak ada seorang pun di sana yang pernah memintanya pergi karena pakaian renangnya, katanya.

Kelas dan moralitas seringkali bertentangan di Mesir.

Kelas bawah dan menengah diharapkan menjadi lebih konservatif, sehingga perempuan yang melanggar aturan dapat menghadapi kecaman sosial atau lebih buruk lagi.

Baru-baru ini, sembilan wanita ditangkap dan beberapa dijatuhi hukuman penjara karena merusak nilai-nilai keluarga dan membuat pesta pora.

mereka memposting video di aplikasi TikTok meskipun, tidak ada video mereka yang akan menimbulkan kecaman dari kalangan kelas atas Mesir.

Bagi wanita yang ingin mengenakan pakaian renang, komunitas pantai pribadi kelas atas yang berada di sebagian besar pantai Mediterania seringkali menjadi satu-satunya pilihan.

Beberapa wanita dikenal lebih menerima burkini, sementara yang lain mencemooh.

Atau elihatnya sebagai irisan konservativisme yang tidak akan toleran terhadap mereka yang mengenakan pakaian renang.

Namun masyarakat yang sering mengkritik dan bermoral di kompleks juga bisa mengutuk seorang wanita dalam bikini.

Youssra Mohammed Hamouda, asisten pengajar di American University of Cairo, mengatakan mendapat tatapan agresif di resor Pantai Utara ketika dia mengenakan bikini.

Dia mendapat cemoohan saat memposting foto dirinya di media sosial.

Seorang mantan pacar ditegur oleh kerabatnya karena membiarkan dia mengenakan pakaian dalam.

Dia mengaitkan sikap tersebut dengan misoginisme dan klasisme yang mendarah daging, daripada agama.

“Ada sistem kelas paternalistik dalam masyarakat Mesir, yang menilai perempuan berdasarkan kelasnya,” kata Hamouda, yang menggambarkan dirinya berasal dari latar belakang kelas menengah.

Dengan hijabnya, Doaa Mohamed telah pergi ke klub-klub di beberapa kota, termasuk Kopenhagen, Norwegia.

Tetapi, tidak ada yang menghentikannya dan dengan burkini, dia berenang di Tunisia dan Uni Emirat Arab.

“Kita harus belajar untuk hidup dan membiarkan hidup di Mesir,” katanya.

"Aku tidak begitu mengerti tentang apa keributan ini," tutupnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved