Rakyat Butuh Kemakmuran
Tak terasa, Sabtu (15/8/2020) hari ini usia perdamaian Aceh memasuki 15 tahun. Tepat pada 15 Agustus 2005, sebuah perjanjian untuk mengakhiri perang
JK juga mengatakan, bahwa Aceh bukan hanya sekedar bagian dari negara ini, melainkan daerah modal bagi Indonesia. "Tanpa Aceh kita tidak bisa seperti ini, tanpa semangat Aceh kita tidak bisa melawan penjajah, tanpa Aceh kita tidak punya modal untuk beli pesawat," ujar JK lagi.
Di bagian akhir JK juga mengatakan, perjuangan yang digelorakan GAM sebelumnya kini sudah beralih. Beralih dari gerilyawan senjata kepada perjuangan politik. Banyak dari kalangan GAM yang setelah damai mendapat tempat dalam pemerintahan.
"Ini sebenarnya memang cita-cita awal dari Tgk Hasan Tiro yaitu berjuang secara demokrasi sebagaimana dituliskan dalam bukunya ‘Demokrasi Indonesia’. Kita mulai perjuangan politik, perjuangan demokrasi seperti cita-cita awal Hasan Tiro," demikian Muhammad Jusuf Kalla.
Suasana damai atau kondisi perdamaian adalah kebutuhan mendasar semua umat manusia. Ketika kita membicarakan kata damai, hal tersebut adalah kebalikan 180 derajat dengan kata penderitaan akibat perang atau konflik.
Aceh pernah mengalami suatu masa dalam konflik yang mengakibatkan penderitaan luar biasa bagi masyarakat Aceh. Masa konflik tersebut telah berakhir sejak 15 tahun lalu. Kini perdamaian Aceh terwujud meskipun ditebus dengan hilangnya ribuan nyawa putera puteri terbaik kita serta korban jiwa masyarakat sipil yang berada di tengah-tengah konflik.
Selain itu ratusan ribu jiwa akibat bencana gempa bumi dan tsunami serta harta benda yang tidak terhitung jumlahnya. Dengan demikian, perdamaian Aceh ini adalah sangat mahal.
Tema selanjutnya adalah bangkit. Bangkit adalah bangun dari kondisi keterpurukan akibat konflik berkepanjangan dan bencana alam gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh. Bangkit memerlukan komitmen yang kuat atas suatu proses yang sulit, panjang dan memerlukan suatu strategi bersama, saling percaya, saling bekerja-sama, saling bersatu dan bergotong-royong.
Kodam Iskandar Muda atas kerja sama dengan Wali Nanggroe, Forkopimda, dan perwakilan komponen masyarakat Aceh untuk duduk bersama di forum ini, saling jujur, saling percaya, saling mendengarkan dan menyimak aspirasi. Untuk selanjutnya Kodam Iskandar Muda akan menempatkan diri bersama semua komponen masyarakat Aceh dalam membangun Aceh yang lebih maju.
Di sini kami juga ingin menyampaikan posisi Kodam Iskandar Muda sangat jelas, bahwa berkaitan dengan aspek kedaulatan, maka semuanya dikembalikan kepada politik kebangsaan yaitu negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun untuk perdamaian dan kebangkitan Aceh dari keterpurukan akibat konflik, maka Kodam Iskandar Muda juga siap menjadi penjuru terdepan dalam menjaga, memelihara serta memberdayakannya.
Tema selanjutnya Aceh yang maju. Kita fokuskan energi Aceh pada pada isu pembangunan ekonominya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Tema maju pembangunan ekonomi Aceh tentu sangat relevan untuk menjadikan Pak JK sebagai guru, panduan, arahan akan ke depanya, namun juga sebagai kritikus dan evaluasi atas 15 tahun yang sudah berjalan.
Tugas Kodam Iskandar Muda seberat apapun akan terasa ringan manakala mendapatkan dukungan dari masyarakat Aceh. Sebaliknya tugas seringan apapun, akan berat bagi Kodam Iskandar Muda bila tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat Aceh.
Saya menyepakati bahwa kita semua merawat dan menjaga perdamaian. Apa yang disampaikan dalam tema besar peringatan hari damai, ini salah satu langkah awal kita. Kita tidak melupakan sejarah dan tidak pula mengungkit, apa yang sudah kita lakukan menjadi pembelajaran.
Hukum fisika mengatakan, aksi ada reaksi. Kita anggap apa yang sudah terjadi tidak bisa kita ubah lagi, tidak bisa kembali lagi ke masa lalu. Kita sekarang berada pada hari ini dalam kondisi saat ini, ini aksi.
Yang paling penting sekarang adalah reaksi kita, reaksi kita terhadap kondisi Aceh yang sudah damai ini seperti apa? Mau dibawa ke mana Aceh ini? Mau dibawa maju tentunya, mau dibawa bangkit. Kita bawa menjadi Aceh yang bangkit, Aceh yang maju.
Mari kita isi dengan aksi aski yang nyata. Yang bisa kita lakukan banyak. Saya juga ikut berperan meski sekecil apapun, mungkin tidak banyak manfaat untuk banyak orang, tapi hanya sedikit kebaikan kita bisa melakukan kapanpun.