Rakyat Butuh Kemakmuran
Tak terasa, Sabtu (15/8/2020) hari ini usia perdamaian Aceh memasuki 15 tahun. Tepat pada 15 Agustus 2005, sebuah perjanjian untuk mengakhiri perang
Tanah ini adalah tanah yang kaya, tanah para aulia, tanah yang mulia, tanah para syuhada, tetapi miris dan sekarang menjadi provinsi termiskin di Sumatera, nomor dua dari bawah. Ini suatu kondisi yang harus kita sadari bersama, bukan bermaksud saling menyalahkan.
Tapi sekarang apa yang akan kita lakukan dengan kekayaan Aceh? Dengan potensi yang ada di Aceh untuk bisa membangun Aceh menjadi provinsi yang terdepan? Kita kembalikan kejayaan Aceh dulu.
Kita tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan. Bahwa kita pernah mengalami zaman keemasan, Sultan Iskandar Muda dan para pahlawan-pahlawan. Saya yakin beliau akan tersenyum ketika melihat tanah yang ditinggalkan, kelak menjadi tanah mulia, melihat rakyat Aceh makmur, sejahtera, beliau akan tersenyum. Tapi sebaliknya, kalau kondisi Aceh masih terpuruk apa yang terjadi? Mungkin beliau di sana juga menangis.
Kita sekarang yang ada di Aceh ini yang punya kewajiban. Jadi kedamaian itu harus diisi dengan pembangunan dengan kesejahteraan. Bagaimana kita bisa mengisi dengan kesejahteraan dengan aktivitas yang produktif.
Kalau masih ada yang kurang kita komunikasi nanti. Semua bisa diselesaikan dengan komunikasi, tidak ada yang tidak bisa diselesaikan. Di mana semuanya dikembalikan pada niat yang baik. Mari kita kembali pada niat membangun masyarakat Aceh menjadi menjadi masyarakat yang sejahtera.
Alhamdulillah pada saat ini kita masih dalam keadaan kebersamaan yang masih utuh, perdamaian. Mudah-mudah ke depan kita selalu menjaga dan merawat hasil perdamaian yang telah kita capai.
Mudah-mudahan dengan semangat kebersamaan, ini yang penting sekali kita garis bawahi. Dengan semangat bersama menjaga dan juga mengasuh, memupuk (perdamaian) ini agar selalu utuh. Itu yang kita harapkan.
Perdamaian ini seperti sebuah pohon, terlalu banyak pupuk lalu subur, bila dihembus angin mungkin cabangnya satu per satu patah. Dan jika terlalu kering, mungkin pohon itu akan menjadi layu, gugur, dan mati.
Dan Alhamudulillah kita ambil satu ikhtibar, satu contoh mudah-mudahan pohon ini kita pupuk sesuai dengan kebutuhannya. Jadi sebaiknya kita tidak perlu memupuk terlalu banyak, sedikit saja dan selalu kita perhatikan mudah-mudahan selalu subur. Kita harus merawat hasil perdamaian ini yang lebih kokoh ke masa hadapan. Ini yang perlu kita harapkan.
Dan mungkin jika ada sedikit oknum-oknum di antara kedua belah pihak, kita selalu damai, selalu kita musyawarah, selalu mufakat mana yang lebih utama yang lebih bagus ke masa hadapan. Saya kira begitu. (dan)