Jenazah ABK Tiba di Bireuen

Cerita Tiga Sekawan asal Bireuen jadi ABK Taiwan, Mulai dari Bekerja, Sakit, Hingga Meninggal

“Kami bertiga sama, seleksi dulu, ikut training dan bekerja di kapal penangkap ikan, kapalnya terpisah,” ujar M Yani saat berada di rumah duka...

Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ YUSMANDIN IDRIS
Muhammad Yani warga Seuneubok Teungoh, Peulimbang, Bireuen. 

“Kami bertiga sama, seleksi dulu, ikut training dan bekerja di kapal penangkap ikan, kapalnya terpisah,” ujar M Yani saat berada di rumah duka keluarga Musnan kepada Serambinews.com, Senin (17/08/2020).

Laporan Yusmandin Idris I Bireuen

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Pada Bulan Agustus 2019 lalu, tiga warga Aceh ikut
seleksi menjadi tenaga kerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK).

Mereka adalah Syakban (22), Musnan (26) kedua warga Desa Pante Paku, Jangka,
Bireuen.

Seorang lainnya bernama Muhammad Yani (30), warga Desa Seuneubok Teungoh, Peulimbang, Bireuen.

Muhammad Yani yang baru pulang dari Batam pada Senin (17/08/2020) melalui Bandara Iskandar Muda, langsung ke rumahnya di Seuneubok Teungoh, Peulimbang.

Beristirahat sejenak, lalu langsung berangkat ke Pante Paku, Jangka Bireuen.

Kehadiran M Yani di tengah duka, menjadi penerang tentang penjelasan sebab musabab meninggalnya Syakban dan Musnan di kapal penangkap ikan milik Taiwan.

Pemkab Pidie Plot Dana Bantuan Untuk Parpol, Ini Besaran yang Diterima Setiap Partai

“Kami bertiga sama, seleksi dulu, ikut training dan bekerja di kapal penangkap ikan,
kapalnya terpisah,” ujar M Yani saat berada di rumah duka keluarga Musnan kepada Serambinews.com, Senin (17/08/2020).

Saat bekerja di kapal katanya, ia berada di kapal PT SMB.

M Yani berada di kapal bernomor lambung 009, sedangkan Syakban kapal dengan
nomor lambung 82,8 dan Musnan kapal perusahaan yang sama nomor lambung
829.

“Kami bertiga selalu kompak, mulai dari pelatihan sampai dipekerjakan,” ujarnya.

Suatu hari katanya, ia mendapat kabar Syakban mengalami sakit dan ia langsung bergabung turut melihat kondisi rekannya.

Musnan kemudian membantunya.

Kondisi Syakban sakit perut, sering muntah, dan bila makan tidak terasa, pusing dan lemah.

Musnan sempat menjaganya selama empat hari dan Musnan pun sakit hampir serupa dan meninggal dunia.

Sedangkan M Yani, juga mengalami sakit dan dipulangkan ke Batam menjalani karantina.

“Ini kaki masih kembung karena sakit,”ujarnya.

Plafon Buatan China di Bandara Islamabad, Pakistan Runtuh, Gara-gara Rembesan Air Hujan

kepada Serambinews.com, saat menjalani karantina ia mengakui, tidak mengetahui
proses selanjutnya.

Begitu selesai karantina, ia langsung pulang ke Aceh dan singgah di rumah langsung ke Pante Paku.

Dalam kondisi kakinya sakit, ia langsung ke rumah duka di Pante Paku, Jangka.

Sekdes Pante Paku M Al Fadhil menambahkan, ia sudah mendengar berbagai informasi dari M Yani, menyangkut penyakit yang dialami kedua rekannya yaitu Syakban dan Musnan.

Setelah mendengar berbagai keterangan, keluarga dan masyarakat lega.

Menyangkut berbagai persoalan lain yang mungkin terkait dengan dugaan meninggalnya Syakban dan Musnan, menjadi tugas dan tanggung jawab aparat penegak.

“Kami menerima dengan ikhlas dan lapang dada, semoga mereka keduanya
mendapat tempat yang layak disisi-Nya,” ujar Sekdes. (*)

176 Warga Binaan Rutan Kelas II B Jantho Dapat Remisi

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved