Masjid Nurul Hasanah Aceh di Palu Selesaikan Pekerjaan Terberat, Konstruksi Atap

“Konstruksi atap merupakan bagian terberat. Ini masjid satu-satunya di Indonesia menggunakan struktur kayu gridshell bidang lipat dan sepenuhnya dikerjakan manual.”

Laporan Nasir Nurdin | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, PALU – Pembangunan kembali Masjid Jami’ Nurul Hasanah di Kelurahan Pengawu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dilaporkan telah memasuki tahap penyelesaian konstruksi atap.

Seperti diketahui, pembangunan kembali Masjid Jami’ Nurul Hasanah Palu—yang kemudian diberi nama Masjid Nurul Hasanah Aceh—yang hancur akibat gempa 28 September 2018 menggunakan dana bantuan masyarakat dan Pemerintah Aceh sebesar Rp 3,3 miliar.

Peletakan batu pertama masjid berukuran 20x20 itu dilakukan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah pada 13 Februari 2019.

Untuk pembangunan masjid tersebut, Plt Gubernur Aceh menetapkan satu tim pelaksana di bawah koordinasi Dr Ing Andry Widyowijatnoko ST MT dari Satgas Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB).

Tim satgas ini pula, sebelumnya yang membangun kembali Masjid An-Nur Aceh di Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang hancur akibat gempa 7,0 SR pada 5 Agustus 2018.

Masjid An-Nur Aceh di Lombok Utara juga dibangun kembali dengan donasi masyarakat dan Pemerintah Aceh sebesar Rp 2,1 miliar. Masjid berkonstruksi bambu itu diresmikan oleh Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah pada 28 April 2029.

Tahapan terberat

Terkait progres pembangunan Masjid Nurul Hasanah Aceh di Palu, menurut laporan Andry Widyowijatnoko kepada Plt Gubernur Aceh melalui Asisten II Setda Aceh, HT Ahmad Dadek SH, hingga awal Agustus 2020 realisasi fisik sudah mencapai 72,3 persen.

• Kasus Virus Corona Arab Saudi, Bertambah 1.327 Kasus dan 28 Kematian

• Ucapan Terima Kasih Aceh Jelang Peletakan Batu Pertama Masjid Nurul Hasanah di Kota Palu

“Proses pekerjaan berjalan terus. Saat ini sudah memasuki tahap penyelesaian konstruksi atap, dan ini bagian terberat dari pekerjaan,” kata Andry didampingi staf-nya, Imam Prasetyo.

Dalam laporannya dirincikan, setelah peletakan batu pertama pada 13 Februari 2019, langsung dilakukan pekerjaan persiapan, pematangan lahan, dan pekerjaan pondasi.

Berikutnya, hingga Agustus 2019 dilakukan pekerjaan struktur beton dan dinding.

Pekerjaan sempat terhenti sehubungan adanya perubahan mekanisme pencairan dana dari BPBA ke Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) Aceh.

Perubahan mekanisme pencairan dana tersebut dibenarkan oleh Asisten II Setda Aceh, HT Ahmad Dadek dan Kepala Pelaksana (Kalak) BPBA, Ir Sunawardi MSi.