Seniman Berkarya
Ana Kobat Menyusuri Jejak Tenun Gayo yang Pernah Berkibar
Ketika menggarap tari masal untuk pembukaan Gayo Alas Montain International Festival (GAMIFest) 2018, Peteriana Kobat menamai judul tarinya...
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
“Andai ini berkembang, tentu memberi dampak ekonomi kepada masyarakat,” lanjut Ana.
Informasi bahwa di Gayo pernah ada teknologi tenun, memang masih terbatas. Mengingat kegiatan menenun ini sudah mulai ditinggalkan sejak hamper seratus tahun silam.
“Sekarang kami sedang menghimpun data tenun Gayo dan menganalisisnya. Selanjutnya pada November atau Desember nanti akan dilakukan pameran dan peluncuran buku tenun Gayo,” kata Ana.
Penelitian dimaksudkan untuk mendokumentasikan pengetahuan dan teknologi tradisional untuk keberlanjutan budaya Gayo; terwujudnya kegiatan bersifat pewarisan nilai budaya, kearifan lokal, dan mencerminkan karakter bangsa; mendorong pelibatan dan partisipasi masyarakat dalam mendukung pemajuan kebudayaan; menjadi stimulus bagi pemerintah daerah dalam pemajuan kebudayaan; dan mengembangkan kemampuan dan kapasitas pelaku pemajuan kebudayaan Gayo yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk menciptakan karya kreatif dan inovatif.
Ana menyebutkan, manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah menemukan kembali teknologi tradisional Gayo berupa alat tenun yang telah punah; tersedianya pengrajin tenun’ berkembangnya industri tekstil melalui teknologi tradisional tenun di tengah masyarakat; dan menumbuhkan ekonomi kreatif di daerah.
Tim Peneliti Upuh Kio ini juga akan merekonstruksi alat pemintal dan alat tenun itu sesuai aslinya, “Kita ingin memperlihatkan sebagaimana aslinya. Kita akan bikin alatnya,” ujar Ana.
• DPRA Dorong Pemerintah Aceh Bangun Lab PCR di Pantai Barat
Lahir di Takengon 1974. Ana Kobat salah seorang koreografer Gayo yang produktif. Teralibat di berbagai pertunjukan baik lokal maupun nasional. Alumni jurusan tari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), ini pernah menangani tari massal untuk POPNAS pada 2005 melibatkan 3.500 penari. Sebagai koreografer tari massal 2500 penari Tor Tor pada acara HUT Bhayangkari di Sumatera Utara pada 2012.
Koreografer tari Sining, dalam kegiatan “Revitalisasi Seni Yang Hampir Punah” yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh tahun 2016.
Koreografer tari “Sengkaran Utem” mewakili kontingen Aceh Tengah, pada Pekan Kebudayaan Aceh ke-7 di Banda Aceh, 2018.
Penasihat Koreografer “Tari Mulawi” pada Gelar Tari Remaja 2019 di Jakarta dan banyak lagi, Memperoleh penghargaan dari Bupati Aceh Tengah sebagai Peneliti dan Pemerhati Tari Sining Gayo dan Penghargaan dari Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tengah sebagai Pemakalah dalam Seminar Nasional. Ia juga menciptakan tari “anti korupsi” yang dipentaskan di Gedung Olah Seni Takengon bersama-sama sejumlah seniman Gayo lainnya.(*)
• Bertambah Pasien Positif Covid-19 di Aceh Besar, Meninggal Dunia Menjadi 11 Orang
• Anggota Brimob Lhokseumawe Semprot Disinfektan di Bireuen
• Facebook Serambinews.com Siarkan Silaturrahim Hijriah Taman Iskandar Muda, Ini Para Pematerinya