Seniman Berkarya
Seniman Didong Gayo Bertemu di Takengon, Mau Kemana Didong Masa Pandemi?
Sebanyak 15 ceh (penyair) didong Gayo, seni tutur paling populer di Gayo Aceh Tengah, menggelar pertemuan, Sabtu (22/8/2020) di Komunitas Musara...
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
Laporan Fikar W Eda | Aceh Tengah
SERAMBINEWS.COM, TAKENGON - Sebanyak 15 ceh (penyair) didong Gayo, seni tutur paling populer di Gayo Aceh Tengah, menggelar pertemuan, Sabtu (22/8/2020) di Komunitas Musara Langkah, Kebayakan, Takengon.
Pertemuan tersebut membahas upaya mempertahankan eksistensi seni dodong di masa mendatang, menjadikan didong sebagai muatan lokal, serta menggelar kreativitas didong di masa pandemi Covid-19.
Pertemuan digagas oleh Halidin bersama Fauzi Bintang, dua tokoh pemerhati seni didong di Aceh Tengah.
“Mereka para ceh berkeinginan, di masa mendatang agar klub-klub didong yang ada di Aceh Tengah dapat menjalin silaturahmi yang solid dan bersatu melestarikan didong Gayo ini,” kata Halidin.
Ceh-ceh didong yang hadir Kasman dan Karwan dari “klop” atau klub atau grup didong Lut Tawar, Kabri Wali dan Joharsah dari Teruna Jaya, Saladin (Burak Terbang), Erwin (Aman Zahri), Mursyid, Indra Fitra, Arifin (Siner Pagi), Ismail dan Agus (Kuala Laut).
Selanjutnya ada Syukri (Pegasing Jaya), Amran, Jamaluddin (Gegur) dari klop Sriwijaya, dan Ceh Daud Kalampan.
Halidin dan Fauzi Bintang akan terus berusaha untuk memfasilitasi klub-klub didong lain dalam pertemuan berikutnya, sampai semua grup didong baik grup lama dan yang baru bertemu serta terfasilitasi untuk bersilaturahmi.
“Sehingga klop-klop didong ini terbangun solidaritas dan sambil memperkenalkan karya-karya masing-masing,” ujar Fauzi Bintang.
Disebutkan, tujuan utama pertemuan tersebut adalah memfasilitasi para seniman didong sehingga bisa berkreasi lagi, karena saat ini vakum akibat pandemi Covid – 19 (corona). “Para ceh-ceh ini yang sudah berhenti berseni dapat tampil kembali,” kata Fauzi.
Selain itu juga melakukan ziarah kubur kepada ceh-ceh didong yang sudah almarhum , dan sekaligus menjadi ajang silaturahmi para ceh didong.
Halidin dan Fauzi Bintang mengharapkan kepada para ceh didong, agar mempertahankan orisinalitas didong, terkait keseragaman gerak, kertek, lingang lawis, kertek papan panggung, dan sebagainya.
“Sintak atau melodi didong harus khas dan milik sendiri, hindari plagiasi dari sintak-sintak atau lagu lain,” ujar Halidin.(*)
• Bisa Bikin Tagihan Melonjak, Ini 5 Barang Elektronik Rumah Tangga Boros Listrik
• Pertamina Rugi 11 Triliun, Komisaris Utama Ahok Dicibir Netizen Hingga Trending Topik di Twitter
• Bisa Bikin Tagihan Melonjak, Ini 5 Barang Elektronik Rumah Tangga Boros Listrik