Pertamina Berencana Hapus Premium dan Pertalite, Apa Dampak bagi Masyarakat?
PT Pertamina berecana melakukan penghapusan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium dan Pertalite.
SERAMBINEWS.COM - PT Pertamina berecana melakukan penghapusan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium dan Pertalite.
Rencana penghapusan Premium dan Pertalite ini dikemukakan dalam rapat dengar pendapat antara PT Pertamnina dan Komisi VII DPR RI, Senin (31/8/2020).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati akan melakukan peninjauan ulang terkait hal ini sebagai upaya mendukung rencana pemerintah menekan emisi gas rumah kaca.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017.
"Pada peraturan tersebut diisyaratkan bahwa gasoline yang dijual minimum RON 91, artinya ada dua produk BBM yang kemudian tidak boleh lagi dijual di pasar yaitu Premium (88) dan Pertalite (90)," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Senin (31/8/2020), dikutip dari Kompas.com.
Rencana ini perlu ditinjau kembali karena porsi konsumsi dua jenis BBM tersebut paling besar di antara enam jenis BBM yang dijual perusahaan. Pada 22 Agustus 2020, penjualan Premium mencapai 24.000 Kilo liter (KL) dan Pertalite 51.500 KL.
• Menyasar 9 Juta KPM, Pemerintah Kembali Berikan Uang Bansos Sebesar Rp500 Ribu
• Per 1 Agustus 2020, Ini Jumlah Warga Lhokseumawe yang Terpapar Covid-19, 26 Orang Isolasi Mandiri
• Waspada, 5 Kebiasaan Ini Bisa Mempercepat Terserang Stroke Pada Usia Muda
Sedangkan untuk penjualan BBM dengan RON di atas 91, yaitu Pertamax (92) hanya sebesar 10.000 KL. Sementara Pertamax Turbo (98) cukup 700 KL.
"Maka, ini perlu dikaji lagi dampaknya bagaimana. Kami juga dorong supaya konsumsi orang yang mampu beralih ke BBM yang ramah lingkungan," ujar Nicke.
Tak hanya itu, di kawasan Asia, Nicke menjelaskan hanya Indonesia dan Bangladesh yang masih mengonsumsi BBM setara Premium.
"Jadi, itu alasan yang paling penting kenapa kita perlu me-review kembali varian BBM ini karena benchmark 10 negara seperti ini," kata Nicke.
Sementara itu, CEO Subholding Commercial and Trading Pertamina Mas'ud Khamid mengungkapkan, memang terjadi penurunan penjualan produk Premium sejak awal tahun 2019 hingga pertengahan 2020.
"Daily sales Premium di awal 2019 di kisaran 31.000 hingga 32.000 kiloliter per day, Pertamax sekitar 10.000 kiloliter, artinya penjualan Premium tiga kali penjualan Pertamax," terang Mas'ud, dikutip dari Kontan.
Penjualan Premium dan Pertalite pada Agustus 2020 pun menujukkan penurunan dan peningkatan.
Premium menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 24.000 kiloliter per hari, sedangkan Pertamax meningkat menjadi 11.000 kiloliter per hari.
• Telat Siapkan Makanan, Seorang Anak Hantam Kepala Ibunya dengan Tumbukan Bumbu hingga Tewas
• Disetujui Menkeu, PNS Bakal Dapat Uang Pulsa hingga Rp 400.000 Per Bulan
• Kabar Gembira, Masyarakat dan Mahasiswa Bakal Dapat Uang Rp150 Ribu Per Orang Per Bulan
Mas'ud melanjutkan, proyeksi penjualan ke depannya penjualan Premium akan semakin menurun volumenya.
"Pada 2024 penjualan volume gasolin sekitar 107.000 kiloliter per hari. Premium dari 24.000 kiloliter per hari menjadi 13.800 kiloliter per hari," ujar Mas'ud.
Baca: Promo Pertamina: Harga Pertalite Turun dari Rp 7.650 Menjadi Rp 6.450, Simak Syaratnya
Dampak Penghapusan Premium dan Pertalite
Menurut Pemerhati Energi Kita Barri Pratama, penghapusan Premium dan Pertalite ini akan menambah beban masyarakat.
"Terlebih, kemampuan daya beli masyarakat sedang terpukul di tengah wabah Covid-19. Perlu diingat oleh Pertamina dan pemerintah bahwa tugasnya bukan hanya memastikan ketersediaan BBM saja, tapi juga harus melihat kemampuan masyarakat untuk membeli," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (14/8/2020), dikutip dari Tribunnews.com.
Hal ini menurut Barri Pratama bukan persoalan bisnis.
Namun juga melihat aspek pelayanan ke publik dari sisi Pertamina sebagai BUMN.
Kemudian lanjut Barri, penjualan BBM jenis Premium merupakan amanat Perpres Nomor 43 Tahun 2018 yakni BBM jenis Premium tersebut harganya dikendalikan oleh pemerintah.
Jika kebijakan penghapusan Premium dipaksakan maka hal tersebut dinilainya juga akan melanggar regulasi yang ada.
Ia meminta rencana penghapusan BBM Premium dan Pertalite ini dipertimbangkan kembali.
Sebab hal ini akan berdampak dari aspek sosial ekonomi masyarakat.
"Memang bisa saja BBM tersedia, ada jenis lain, misalkan Pertamax, tapi aspek kemampuan publik membeli bagaimana? Pertamax jauh lebih mahal, apalagi wabah Covid-19 ini membuat masyarakat paceklik, bisa bahaya, jadi kira-kira itu perlu dipikirkan ulang dan matang," ujar dia.
(Tribunnewswiki/Afitria) (Kompas.com/Tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di tribunnewswiki.com dengan judul Alasan Pertamina soal Rencana Penghapusan BBM Premium dan Pertalite, Apa Dampaknya bagi Masyarakat?