Profil Mantan Menpora Abdul Gafur Putra Halmahera Angkatan 66 Ikut Pelopori Aksi Tritura Ganyang PKI

Mantan menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) era kabiner Soeharto, Abdul Gafur meninggal dunia, Jumat (4/9/2020) di RSPAD Gatot Subroto.

Editor: Amirullah
istimewa
Mantan Menpora Abdul Gafur meninggal dunia di RSPAD, Jumat (4/9/2020) ini profilnya 

Ada satu hal menarik di balik penunjukan sebagai menteri di periode pertama.

Karena pangkatnya kala itu masih Mayor (dokter Gafur menjadi Perwira Kesehatan di Angkatan Udara), Menhankam/Pangab Jenderal M. Panggabean rupanya keberatan Gafur ditunjuk menjadi menteri karena akan merepotkan para pejabat di daerah.

HEBOH Video Wanita Setengah Bugil Diarak Warga dan Anak-anak Gegara Kepergok Mesum

Berdarah Aceh, dr Abdul Gafur bin Teungku Idris Pernah Lakukan Napak Tilas Keluarga ke Jeuram

"Bila berkunjung ke daerah dan ada pimpinan militernya kan berpangkat Brigjen, masak harus memberi hormat kepada Mayor," begitu Gafur mengutip keberatan Panggabean.

Presiden Soeharto memahami keberatan tersebut.

Tapi kemudian dijelaskan bahwa yang diberi hormat seharusnya bukan Gafur sebagai Mayor tapi sebagai menteri yang merupakan pembantu langsung Presdien.

"Setelah dijelaskan demikian, akhirnya Pak Panggabean memahami. Saya dan empat menteri muda lainnya pun akhirnya dilantik selang sepekan setelah para menteri utama," papar Gafur.

Dikarunia usia hampir 80 tahun, dokter Gafur melintasi enam zaman dengan tujuh presiden. Dengan masing-masing presiden dia mengaku mengenal dan punya pengalaman sendiri, kecuali dengan Jokowi. Dengan Bung Karno dia pernah tiga kali bertemu langsung dan berjabat tangan. Habibie adalah koleganya yang sama-sama mulai masuk kabinet pada 1978.

"Dengan Mega dan SBY saya tidak punya komunikasi langsung, dengan Gus Dur mengenal dekat karena pernah beberapa kali mengundangnya untuk ceramah keagamaan. Pak Jokowi pun saya sama sekali tak kenal," ungkapnya.

Meksi demikian, dia mengaku amat terkesan dengan gaya kepemimpinan Jokowi yang merakyat dan sederhana. Hal lain yang lebih membedakannya dengan para presiden sebelumnya adalah kunjungan kerja ke daerah-daerah.

"Bayangkan, saat baru dua tahun beliau sudah lima kali ke Papua. Pak Harto menjadi Presiden selama 32 tahun hanya dua kali ke Papua," ujarnya.

Penulis Ayu Arman ditunjuk sebagai editor dalam proses pembuatan buku tersebut.

Ayu bercerita, buku ini bukan sekadar tentang perjuangan Abdul Gafur, tapi justru membaca perjalanan bangsa Indonesia.

"Dalam buku ini dia bercerita, dari zaman ke zaman. Meskipun dia merupakan pejabat orde baru, tapi dalam bukunya beliau objektif menilai. Ketika zaman Soekarno ia menilai sisi kelebihan dan kekurangan, begitu juga pada zaman Soeharto dan reformasi," kata Ayu saat peluncuran buku di Balai Kartini, Jakarta, Kamis.

Dalam peluncuran buku ini, dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional. Di antaranya, Emil Salim dan Cosmas Batubara. Hadir pula senior Partai Golkar Akbar Tanjung dan Hajriyanto Y Thohari.

"Menurut saya membaca buku ini seperti membaca peta perjalanan Indonesia dari Sabang sampai Merauke," tambah dia.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved