Gajah Liar
Tanaman Kakao Diserang Hama dan Gajah, Denyut Petani Mulai Redup
Sementara harga kakao masih tinggi dari Rp 24 ribu hingga 25 ribu per kg.
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Tanaman kakao menjadi komoditi unggulan bagi petani di Pidie.
Sementara harga kakao masih tinggi dari Rp 24 ribu hingga 25 ribu per kg.
Sayangnya komuditi unggulan itu diserang hama dan kawanan gajah liar.
Sehingga denyut petani di sektor komoditi itu mulai redup.
Untuk diketahui luas perkebunan kakao di Pidie 10.382 hektare, yang menyebar di 12 kecamatan.
"Hasil produksi kakao tingkat petani rendah sekali akibat tanaman kakao telah tua," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpang) Pidie, Ir Sofyan, melalui Kabid Perkebunan Disperpang Pidie, Saiful Bahri SP MSi, kepada Serambinews.com, Minggu (6/9/2020).
Ia menyebutkan, kakao yang berproduksi merupakan tanaman baru.
Kecuali itu, kata Saiful, kakao diserang hama penggerek buah, batang dan lainnya.
Hama kakao itu terjadi saat intensitas hujan tinggi.
• Marah Giginya Dikatai Mirip Drakula, Pria Ini Habisi Kekasihnya Usai Bercinta 3 Kali
• Belum Dicairkan Sekalipun, Warga Harap BLT dari APBK Aceh Timur Segera Disalurkan
• Jadi Alasan Israel Ingin Kuasai Yerussalem, Sisa Istana Diduga Kerajaan Sulaiman Ditemukan
Bukan itu saja, tambanya, gangguan gajah liar menyebabkan tanaman kakao rusak dan tak berbuah lagi.
"Hasil pendataan petugas Disperpang Pidie tercatat 500 hektare tanaman kakao produktif rusak. Kakao yang tidak produktif belum kami data," jelasnya.
Menurutnya masalah gajah menjadi kendala bagi kabupaten menanganinya.
Sebab, sejak lahirnya undang-undang otonomi daerah penanganan gajah liar telah beralih ke Pemerintah Provinsi.
"Sehingga kabupaten tidak bisa menangani satwa langka itu karena tidak adanya pos dana," sebut Saiful.
Ekses gangguan gajah, jelasnnya, petani kakao sudah stagnan, terutama di Keumala paling tinggi gangguan gajah.(*)