Hubungan Turki-Yunani Memanas, Kisah 'Bandung Lautan Api' di Tepi Mediterania Kembali Diungkit
Ketegangan di Laut Mediterania membawa kembali kisah kelam genosida bangsa Yunani oleh Bangsa Turki di Smyrna.
SERAMBINEWS.COM - Ketegangan di Laut Mediterania membawa kembali kisah kelam genosida bangsa Yunani oleh Bangsa Turki di Smyrna.
Kembalinya ingatan akan peristiwa bersejarah tersebut mencuat setelah kembali diungkit oleh penasihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sang penasihat yang bernama Mesut Hakki Casin tersebut mengancam Yunani karena telah berani melawan Turki.
Selain menyebut negaranya akan menembak jatuh 5 sampai 6 jet tempur Yunani jika perang terjadi, Casin juga menyebut tentang Smyrna.
Sambil mengejek, Casin menyebut nasib bangsa Yunani kelak akan kembali seperti peristiwa memilukan di Smyrna pada 1922.
• Xiaomi Redmi 9C Resmi Meluncur, Baterai 5.000 mAh dan Harga Rp 1 Jutaan
• Konflik Indonesia & OPM Diklaim Paling Mematikan, Mega Proyek Jokowi Malah Disebut Jadi Biang Kerok
Sebuah peristiwa yang oleh banyak orang yang mengakhiri posisi dan pengaruh Yunani di 'Asia Kecil' yang sebelumnya kokoh selama 3.000 tahun.
Di mana saat itu bangsa Yunani dipaksa untuk saling bunuh sesamanya oleh para tentara Turki.
Apa sebenarnya yang terjadi di Smyrna yang oleh sebagian pihak dianggap tak ubahnya peristiwa Bandung Lautan Api tersebut?
Hampir 100 tahun yang lalu, Helenisme dihapuskan dari Asia Kecil dalam tindakan terakhir melalui sebuah genosida Turki terhadap minoritas Kristen.
Setelah bertahan - dan berkembang - selama 3.000 tahun, kehadiran Yunani di Asia Kecil musnah dalam Kebakaran Besar Smyrna, pada 1922.
Tentara Mustapha Kemal memasuki Smyrna pada 9 September 1922. Pada 22 September, Smyrna tidak dapat dikenali.
• Selain Perokok, 8 Orang Ini Berisiko Besar Kena Kanker Paru-paru, Riwayat Keluarga Berpengaruh
• Berulah, India Hujani Tembakan untuk PLA di Perbatasan, China Murka Kesepakatannya Dilanggar
Api - yang dinyalakan oleh pasukan Turki - menyapu seluruh kota dan membakar tempat tinggal Yunani dan Armenia, menghapus apa pun yang akan mengingatkan generasi masa depan akan kehadiran mereka.

Setelah tiba di Athena pada akhir 1922, setelah kehancuran Smyrna, Ernst Otto Jacob, Sekretaris Jenderal Smyrna Y.M.C.A menyatakan:
"Kebijakan Turki atas penghapusan minoritas Kristen di Asia Kecil telah diberlakukan dengan tegas. Tempat tinggal Kristen di Smyrna praktis telah musnah."
Winston Churchill, dalam memoarnya, juga menulis tentang pembakaran Smyrna: