Ketahanan Keluarga

Forhati Aceh: Perempuan Punya Andil Perkuat Ketahanan Keluarga di Tengah Pandemi

Satu di antaranya terkait membangun ketahanan keluarga, yaitu bagaimana perempuan mempunyai andil dalam memperkuat ketahanan keluarga.

Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Ansari Hasyim
Foto/Forhati Aceh
Ketua Majelis wilayah Forhati Aceh, Amrina Habibi membagikan sembako bantuan kepada pendendara Ojol di Banda Aceh dan Aceh Besar, Minggu (5/4/2020). 

Laporan Mawaddatul Husna I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Forum Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Wati (Forhati) wilayah Aceh mempunyai berbagai isu yang akan dibahas ditengah pandemic Covid-19.

Satu di antaranya terkait membangun ketahanan keluarga, yaitu bagaimana perempuan mempunyai andil dalam memperkuat ketahanan keluarga.

“Apalagi di pandemik ini menjadi hal yang begitu penting. Hari ini perempuan tidak menutup peran laki-laki ada beban tambahan yang harus bekerja di rumah. Selanjutnya, anak-anak yang biasa belajar di sekolah dan tempat les kini belajar di rumah. Ini juga butuh satu keterampilan bagi orang tua, kalau tidak berujung pada stres. Kalau stres jadinya marah-marah dan yang menjadi korban anak-anak,” kata Ketua Forhati Wilayah Aceh, Amrina Habibi SH MH.

Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber dalam program Serambi Podcast edisi Bincang Publik dengan tema “Membangkitkan Peran Organisasi Perempuan di Tengah Covid-19,” Rabu (9/9/2020).

Ia menambahkan anak-anak sudah cukup stres dengan situasi pandemik sekarang yang harus dijalani, lalu ditambah lagi dengan orang tua yang tidak cakap atau terampil maka jadinya akan jatuh korban.

Dikatakan Amrina, disadari atau tidak seolah-olah pola kekerasan itu diyakini oleh masyarakat adalah pola yang lumrah dipakai untuk mendidik anak-anak. Seperti mencubit, memukul, menghardik, dan lainnya.

Bangkai Gajah Mati di Kebun Warga Mila Dijaga Ketat, Camat: Perlu Perhatian Serius

10 Gejala Gagal Jantung yang Sering Diabaikan, Penyebab Kematian Mendadak

Miris! Mat Solar Bajaj Bajuri: Berjuang Lawan Sakit Stroke, Kini Diduga Tertipu Rp 254 Juta

“Kemudian itu tanpa kita sadari kita aminkan, kita praktikkan kepada anak-anak. Dan kita tidak menyadari dampaknya terhadap perkembangan seorang anak. Ternyata itu adalah hal-hal yang tidak diinginkan oleh anak-anak kita, dan tidak kita inginkan juga sebagai orang tua,” sebutnya.

Menurut Amrina, tentu tidak mudah menyadari jika itu adalah sebuah kesalahan dan harus ada proses pemaafan dengan anak-anak.

“Meminta maaf pada anak-anak bahwa bunda salah, itu adalah salah satu strategi yang ampuh. Dengan kita meminta maaf sehingga dapat memperbaiki hubungan dan interaksi berkualitas sama anak-anak kita,” sebutnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved