Rohingya di Aceh
Masyarakat Aceh Kembali Jadi Sorotan Dunia, UNHCR Apresisasi karena Menyelamatkan Pengungsi Rohingya
“Mereka diberi cobaan yang berat, dimana sejumlah negara-negara enggan menerima mereka selama lebih dari enam bulan terakhir,” katanya.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Komisi Tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) mengapresiasi sikap masyarakat Aceh yang telah menyelamatkan para pengungsi Rohingya.
“UNHCR, Badan Pengungsi PBB, menyambut baik atas penyelamatan sekitar 300 pengungsi Rohingya di pantai utara Aceh, Indonesia pada Senin (7/9/2020),” kata sebuah pernyataan UNHCR, dikutip dari situsnya unhcr.org, Kamis (10/9/2020).
“Mereka bertahan sekitar tujuh bulan di laut dalam kondisi putus asa, membutuhkan perhatian medis,” ujarnya.
UNHCR meyebutkan, di antara kelompok itu, mayoritas dari mereka merupakan perempuan dan anak-anak.
“Lebih dari 30 orang diperkirakan tewas dalam perjalanan di tengah laut,”sambungnya.
Dalam pernyataan itu, UNHCR mengatakan, sekitar 330 pengungsi Rohingya diketahui telah memulai perjalanan di Cox's Bazar, Bangladesh, pada bulan Februari 2020.
“Mereka diberi cobaan yang berat, di mana sejumlah negara-negara enggan menerima mereka selama lebih dari enam bulan terakhir,” katanya.
• BREAKING NEWS: Satu Lagi Rohingya Meninggal di RSUCM Aceh Utara
• Pengungsi Rohingya Mengeluh Gatal-gatal, Sakit Lambung hingga Sesak, Diduga Karena Hal Ini
Demikian pula, Proses Bali (forum yang berkaitan dengan penyelundupan dan perdagangan manusia) telah gagal memberikan tindakan regional yang komprehensif untuk menyelamatkan nyawa melalui penyelamatan dan pendaratan.
“Penungsi Rohingya tersebut telah berulang kali mencoba turun selama lebih dari 200 hari di laut, tetapi tidak berhasil. Pengungsi telah melaporkan bahwa puluhan orang meninggal sepanjang perjalanan,” ujar pernyataan itu.
UNHCR dan lainnya telah berulang kali memperingatkan konsekuensi yang mengerikan jika pengungsi di laut tidak diizinkan untuk mendarat dengan cara yang aman dan bijaksana.
“Pada akhirnya, kelambanan selama enam bulan terakhir berakibat fatal,” tuturnya.
Staf UNHCR di Aceh mendukung pemerintah daerah untuk menilai kebutuhan para pengungsi.
“Prioritas utama adalah memberikan pertolongan pertama dan perawatan medis sesuai kebutuhan. Semua akan diuji Covid-19 sesuai dengan standar ukuran kesehatan di Indonesia untuk semua dari mereka,” sambungnya.
• Tangisan Keluarga Nur Khalimah dan Doa Bersama Warga Kuta Blang
• Ratusan Pengungsi Rohingya yang Terdampar di Lhokseumawe, Jalani Pemeriksaan Medis
Respons yang komprehensif dan adil tentu membutuhkan pembagian tanggung jawab dan upaya konkret di seluruh Asia Tenggara.
"Sehingga negara-negara ASEAN yang mengizinkan untuk membawa turun mereka yang dalam kesulitan ke darat, tidak membawa beban yang tidak proporsional," tutup pernyataan itu
Sebelumnya, para pengungsi Rohingya ini menaiki sebuah kapal kayu dan telah mendarat di kawasan pinggir pantai Ujong Blang, sekira pukul 01,00 WIB Senin (7/9/2020) dini hari.
Warga imigran ini berjumlah 295 orang. Terdiri dari pria dewasa berjumlah 100 orang, anak-anak berjumlah 14 orang, dan wanita dewasa berjumlah 181 orang.
Amatan Serambinews.com, pukul 9.30 WIB, Senin (7/9/2020), para imigran ini sebagian merebahkan diri karena kelelahan. Sebagian lagi dalam posisi duduk.
Warga yang merasa kasian sebagian memberikan makanan ringan seperti roti.
Petugas TNI-Polri berjaga secara ketat di lokasi.
• 294 Pengungsi Rohingya Selesai Jalani Rapid Tes Covid-19, Ini Hasilnya
• Kesaksian 2 Tentara Myanmar Soal Etnis Rohingya: Bunuh Mereka Semua! Anak-anak Maupun Dewasa
Kemudian, para pengungsi Rohingya ini telah diberikan masker, untuk antisipasi paparan virus Corona.
Pada akhirnya, sebanyak 295 pengungsi Rohingya itu di bawa ke gedung BLK Kandang Lhokseumawe.
Sebelumnya pada bulan Juni 2020, juga terdampar sekitar 100 Imigran Rohingya di peraiaran Aceh Utara.
Sehingga kini mereka masih ditampung di BLK Kandang Lhokseumawe. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)