Berita Aceh Timur
Pendaki Aceh, Taklukkan Puncak Gunung Tertinggi di Bireuen
Pendaki Aceh, dari Aceh Tracker, Mapala Umpal Universitas Malikusssaleh, Mapala Alaska Universitas Almuslim, dan Hiwapatala-Aceh yang tergabung...
Penulis: Seni Hendri | Editor: Jalimin
Laporan Seni Hendri l Aceh Timur
SERAMBINEWS.COM, IDI - Pendaki Aceh, dari Aceh Tracker, Mapala Umpal Universitas Malikusssaleh, Mapala Alaska Universitas Almuslim, dan Hiwapatala - Aceh yang tergabung dalam operasi Ekspedisi Jelajah Puncak Aceh (JAPAKEH) ke-XV 2020, sukses menaklukkan gunung tertinggi di Kabupaten Bireuen, Aceh, yaitu Gunung Pucoek Peudada (2565 mdpl).
Ekspedisi JAPAKEH ke- XV Bireun, 2020 berlangsung 18 hari sejak Agustus 2020 melibatkan empat pendaki muda yaitu, Sultan Refi Pobri Fonna (23) sebagai Teamleader dari Aceh Tracker asal Bireun, Ikram (23) Navigator dari Hiwapatala - Aceh, Muhammad Ryanda (20) sebagai Sweeper dari Mapala Umpal Unimal dan Fikri Agustin (21) sebagai Co Navigator dari organisasi Mapala Alaska Universitas Almuslim Bireuen.
Pawang Aceh Tracker, Sayyid Murthaza Almahdaly, mengatakan ekspedisi Japakeh ke-XV 2020 ini mengusung tema “Gaung Juang Perdamaian – Refleksi 15 Tahun Perdamaian RI-GAM”.
Agenda ini merupakan lanjutan dari Program Aceh Tracker – Eksplorasi dan Studi Potensi Kawasan.
"Pendakian ini digelar dengan tujuan untuk mengkampanekan Gaung Perdamaian Aceh dari pedalaman pegunungan Bumi Kota Juang," ungkap Sayyid Murthaza.
Selama kegiatan, tim ekspedisi (Tango Everest) dimonitor oleh tim pendukung (Tango Peudada) yang dikoordinir langsung oleh Pawang Aceh Tracker, Sayyid Murthaza Almahdaly (36).
Pada beberapa titik lintasan hingga titik terjauh plotting jalur pendakian sepanjang >30 kilometer, terdapat jaringan telepon sehingga tim dapat memberi kabar.
Sebelum menggelar operasi pendakian, tim mempersiapkan segala dokumen perencanaan operasi ekspedisi.
Yaitu, meliputi peta jalur pendakian, data info rencana kegiatan, daftar perlengkapan tim dan pribadi, daftar menu logistik konsumsi, foto tapak sepatu setiap personel, biodata lengkap setiap personil, fotocopy identitas (KTP), nomor kontak keluarga yang bisa dihubungi, sandi komunikasi dan Juklak Rescue Aceh Tracker.
“Semua dokumen ini, telah diinformasikan pada beberapa pihak seperti Polres Bireuen, Polsek Jeumpa dan Gampong Salah Sirong,” jelas Sayyid.
Berdasarkan perencanaan, jelas Sayyid Murthaza, jalur yang dilalui oleh tim melewati 6 puncak diantaranya Gunung Peutatab (871,4mdpl ditandai dengan tugu pilar Belanda T. 3242 yang telah rusak).
Selanjutnya, Gunung Beureulang Utara (925mdpl), Gunung Beureulang Selatan (945 mdpl), Geuneungang Timur (1817 mdpl), Geuneungang Barat (1538 mdpl) dan Gunung Pucoek Peudada (2565 mdpl) yang merupakan daratan tertinggi Kabupaten Bireuen.
"Tim pendaki ini tercatat sebagai tim pertama (1st Ascent) yang berhasil menggapai puncak tersebut dimana diketahui tidak adanya bekas manusia di sekitar puncakan tersebut yang didominasi vegetasi hutan lumut dimana sempat menyulitkan tim untuk melakukan perintisan jalur (akses)," ungkap Sayyid Murthaza.
Sayyid mengatakan, operasi ekspedisi ini menggunakan referensi Peta Topografi JANTOP TNI-AD cetakan BAKOSURTANAL 1978.
Pendakian mengambil startpoint di Gampong Salah Sirong Kecamatan Jeumpa, Bireuen melewati ridgeline selatan Gunoeng Goh Bireuen yang curam di sisi baratnya saat tim melintas turun untuk menuju/menyebrang lembah Krueng Wie sebelum menggapai puncak pertama, Gunoeng Peutatab.
Adapun puncak Peutatab yang diketahui sebagaimana informasi dalam peta, terdapat tugu Pilar buatan Belanda, namun saat ditemukan pilar tersebut sudah hancur.
Selama pendakian juga ditemukan langsung atau bekas-bekas jejak maupun kotoran Harimau Sumatera, Beruang dan Gajah juga keanekaragamanhayati lainnya seperti Kantong Semar (Nephentes), Anggrek, Kelabang Raksasa (Scolopendra Gigantea), Kaki Seribu Raksasa, Kura-kura Hutan, Burung Rangkong, Orang Utan dan Kambing Batu.
Di ketinggian >1500 meter diatas permukaan laut,jelas Sayyid, juga terdapat lintasan bebatuan besar.
Sesuai prakiraan karakter topografi kawasan, di setiap camp plottingan jalur keseluruhan terdapat sumber air.
Hampir setiap harinya tim diguyur hujan sehingga membuat pakaian lapangan selalu basah dan mendapat “serangan” kutu air akut hingga hari terakhir pendakian.
"Terima kasih sebesar-besarnya atas segala dukungan yang diberikan segingga kegiatan ini dapat terlaksana sesuai harapan," ungkap Sayyid Murthaza.(*)
• VIDEO Pengunjung Restoran Selamatkan Anak dari Aksi Penculikan di Depan Ibunya
• Batal PBM Tatap Muka SD/MI di Nagan Raya Mulai Besok, Lanjut Daring Seperti SMP dan SMA/Sederajat
• Jurnalis Investigasi Bongkar Kekejian Kim Jong Un Hukum Pengkhianat, Tunjukkan Tubuh tanpa Kepala