Berita Aceh Barat Daya
Keputusan Ibu dan 7 Anak Untuk Masuk Islam, Mengundang Simpati di Abdya Maupun di Aceh Selatan
Keputusan seorang ibu rumah tangga (IRT) asal Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut), meninggalkan keyakinannya untuk ..
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Jalimin
Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE – Keputusan seorang ibu rumah tangga (IRT) asal Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut), meninggalkan keyakinannya untuk memeluk Agama Islam, mengundang simpati.
Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh orang anak, seluruhnya perempuan mengucapkan dua kalimah syahadat di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Sabtu (12/9/2020) lalu.
Wanita kelahiran Gunung Sitoli pada 28 Februari 1981 ini (seperti data KTP), nekat meninggalkan hutan Mursa lokasi sangat terpencil kawasan Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Fatimah meninggalkan lokasi terpencil dengan bekal uang seadanya membayong tujuh anak perempuan dari jumlah 10 orang anaknya menunuju tempat tinggal abangnya, Arbulan (46) di Desa Ujong Blang, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Sementara, suaminya dan tiga orang anak lainnya (dua sudah bekeluarga dan satu anak laki masih sekolah di SMP) masih tinggal di Padang Sedempuan. Konon, suami dari Fatimah bersama anak laki-laki usia SMP dan salah seorang anaknya yang sudah bekeluarga segera menyusul untuk masuk agama Islam di Abdya.
Perjalanan Fatimah bersama tujuh orang anak dari Padang Sedempuan menuju Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan sangat menyedihkan. Seperti dituturkan Arbulan kepada Serambinews.com, Fatimah dan anaknya sempat terkatung-katung di Sidikalang, Dairi, Sumut akibat kehabisan uang.
Beruntung ada orang yang berbaik hati membantu ongkos dari Sidikalang menuju Terminal Subulussalam, Kota Subulussalam, Aceh. Kemudian, jamaah Masjid At-Taqwa Subulussalam membantu ongkos transportasi dan makan dalam perjalanan, sehingga Fatimah bersama tujuh anaknya bisa sampai ke alamat abangnya, Arbulan.
Setelah secara resmi pindah keyakinan untuk memeluk Agama Islam dengan mengucapkan syahadat, Fatimah bersama tujuh anak perempuan berumur antara 3 sampai 18 tahun, sekarang ini di tampung di sebuah gubuk yang dijadikan tempat tinggal abangnya, Arbulan.
Keterangan diperoleh Serambinews.com, Selasa (15/9/2020) dari Drs Said Firdaus, Imam Masjid At-Taqwa Manggeng, Abdya yang telah mengunjungi lokasi menjelaskan, tempat tinggal Arbulan merupakan sebuah gubuk sederhana di tepi Jalan Nasional (Kuburan Syahit) Desa Ujong Blang, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Sedangkan Arbulan sendiri berkerja sebagai tukang becak angkutan anak-anak sekolah dan pekerjaan serabutan lainnya.
Gubuk tersebut berukuran kecil, hanya sekitar 3 meter x 4,5 meter yang ditempati bersama istri dan tiga orang anak Arbulan. Itu berarti, ditambah Fatimah bersama 7 anaknya, maka gubuk sangat sederhana itu menampung 13 orang.
“Perlu perhatian kita semua tentang bagaimana kehidupan muallaf tersebut yang kondisinya memang sangat menyedihkan,” kata Said Firdaus yang telah membimbing ikrar syhadat Fatimah dan tujuh anaknya di Masjid At-Taqwa Manggeng, Sabtu lalu.
Said Firdaus dan T Hendri Saifulah, warga Manggeng menjelaskan, setelah Fatimah, menjadi saudara baru umat Islam, mengundang simpati dari sejumlah pihak. Bukan saja datang dari masyarakat Kecamatan Manggeng, Abdya, juga dari masyarakat Desa Ujong Blang, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
“Ada yang memberikan bantuan beras, pakaian dan uang sebagai kebutuhan sehari-hari,” kata Said. Tapi yang lebih penting lagi, katanya, bagaimana tindak lanjut kehidupan muallaf tersebut. Selain membantu mengajarkan ajaran Islam, juga sangat mendesak tempat tinggal dan bagaimana pula pendidikan anak-anak yang diakui oleh Fatimah, seluruhnya tidak pernah mengenyam pendidikan.
Sementara Julinardi, salah seorang Anggota DPRK Abdya juga mengharapkan pembinaan dari pemerintah daerah terhadap muallaf Fatimah dan anak-anaknya sehingga mampu mandiri, baik soal ekonomi maupun akidah dan kebutuhan hidup.
“Perhatian yang kita berikan bersama tidak menjadikan seorang muallah tergantung dari sedekah dan bantuan lainnya yang bersifat sementara saja, melainkan perhatian agar bisa mandiri,” kata Julinardi.
Camat Manggeng, Hamdani mengaku sedang mengupayakan bantuan dari Baitul Abdya untuk muallaf Fatimah dan anak-anaknya. Camat mengimbau masyarakat kepada masyarakat yang memiliki bangunan kosong agar bersedia menyerahkan sementara sebagai tempat tinggal keluarga muallaf tersebut.
Kepala Baitul Mal Abdya, Wahyudi Satria SPi kepada Serambinews.com mengatakan, berupaya santunan muallaf untuk keluarga Fatimah.
Adapun tempat tinggal belum dapat diupayakan saat ini. “Sesuai regulasi, calon penerima bantuan rumah fakir miskin adalah warga Abdya yang sudah berdomisili menimal 5 tahun di Abdya,” kata Wahyudi.
Diberitakan, seorang ibu rumah tangga dari kawasan sangat terpencil hutan Mursa, Padang Sidempuan, Sumut, punya keinginan besar meninggalkan keyakinannya untuk memeluk Agama Islam.
Fatimah Telaum Banua (39) nekat meninggalkan lokasi terpencil itu yang sudah ditempati puluhan tahun untuk pindah keyakinan.
Dengan biaya seadanya, ia memboyong 7 orang anak, seluruhnya perempuan dari 10 orang anaknya menuju tempat tinggal abang kandungnya di Desa Ujong Blang (Kuburan Syahid), Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Suami dan tiga anak (dua anak diantaranya sudah berkeluarga dan satu anak lak-laki usia sekolah SMP) tetap tinggal di kawasan terpencil Desa Mursa, Padang Sidempuan.
Kepergian ke daerah tempat tinggal abangnya di Aceh dengan tujuan hanya satu, kembali memeluk Agama Islam.
Sang abang, Arbulan (46) memang sejak lahir menganut agama Islam.
Sedangkan Fatimah pindah keyakinan saat menikah dengan seorang laki-laki nonmuslim.
Akhir Agustus 2020 lalu, Fatimah bersama 7 anak perempuannya tiba di tempat tinggal abangnya Arbulan di Desa Ujong Blang, Labuhan Haji Barat, kawasan perbatasan Kabupaten Aceh Selatan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Dua pekan kemudian, tepatnya Sabtu (12/9/2020) lalu, Fatimah bersama 7 anak perempuan usua remaja dan anak-anak mengikrarkan syahadat. ‘Asyhadualla Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah’.
Prosesi pensyahatan berlangsung di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Abdya.
Ikrar syahadat dipandu Drs Said Firdaus, Imam Masjid At-Taqwa setempat.
Tujuh anaknya yang mengucapkan syahadat masing-masing, Nidar Ratna Ayu Gea (18 tahun), Iren Cantika Gea (17), Muliani Gea (13), Melia Gea (11), Amila Gea (9), Mariani Gea (4), Imel Gea (3 tahun)
Ikrar syahadat, dihadiri Ketua MPU Abdya, Tgk Muhammad Dahlan, Ketua Baitul Mal Abdya, Wahyudi Satria SPI, Camat Manggeng, Hamdani SE bersama Anggota Muspika serta puluhan tokoh dan masyarakat Manggeng.
Fatimah Telaum Banua kurang lancar berbahasa Indonesia, sehingga sang abang, Arbulan bersedia memberikan keterangan tentang perjuangan adeknya yang dikatakan sangat luar biasa untuk menjadi muslimah.
“Adek saya ini sejak lahir bergama Islam dengan nama Fatimah. Pindah keyakinan saat menikah dengan suami nonmuslim, namanya tidak berubah. Kami empat bersaudara, yang bungsu Fatimah,” kata Arbulan kepada Serambinews.com, Senin (14/9/2020).
Arbulan sudah enam tahun tinggal di Desa Ujong Blang (kuburan syahid), Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Sebelumnya, ia juga bertahun-tahun tinggal secara berpindah-pindah di Kecamatan Manggeng, Abdya, antara lain di Desa Padang dan Kampung Teungah.Sehari-hari Arbulan kerja serabutan.
Arbulan mengaku sudah 20 tahun tidak pernah bertemu dengan Fatimah.
Keinginan bertemu dengan sang adek terus diusahakan, akhirnya ada titik terang dengan bantuan seorang teman facebook di Sibolga.
Bantuan teman di Sibolga itu, Arbulan berhasil memperoleh nomor telepon Fatimah sehingga bisa komunikasi dengan Fatimah, setelah 20 tahun tidak pernah bertemu.
Melalui saluran telpon, Fatimah sempat curhat kepada Arbulan, tentang kehidupan keluarganya.
Anak-anak perempuan tujuh orang dikatakan tidak bersekolah, kecuali anak nomor 5 laki-laki bersekolah SMP dan tinggal dengan orang lain di Padang Sedempuan.
Tempat tinggal Fatimah dan keluarga sangat terpencil dalam kawasan hutan.
“Adek saya ini dan keluarga tinggal di kawasan hutan kawasan Desa Mursa, jaraknya satu hari naik mobil dari Padang Sidempuan. Dari pusat Desa Mursa, harus jalan kaki selama 4 jam baru mencapai lokasi tempat tinggal Fatimah,” papar Arbulan.
Fatimah tinggal di kawasan sangat terpencil seperti itu karena sang suami sangat hobi bekerja membuka lahan hutan belantara.
Akhirnya, tujuh anak perempuan dari 10 anak tidak pernah mengenyam pendidikan.
Dalam pembicaraan melalui telepon dengan Arbulan, Fatimah mengutarakan keinginannya untuk kembali memeluk agama Islam di Aceh, dan meminta bantuan sang abang.
Arbulan mengatakan, masuk Islam itu tidak main-main, harus muncul dari lubuk hati yang dalam, mempelajari ajaran Islam secara sungguh-sunguh, bukan untuk mencari kesenangan.
“Saya minta adek saya (Fatimah dan keluarga) untuk fakir-fikir dulu dengan matang.
Tiga bulan kemudian, ditelpon saya, menyatakan tekadnya sudah bulat untuk menjadi seorang muslimah. Suami pun sudah setuju,” kata Arbulan mengutip pernyataan Fatimah.
Akhirnya Fatimah memboyong tujuh anak perempuannya menuju Aceh. Perjalanannya sangat berliku dan penuh duka menuju tempat tinggal sang abang di Desa Ujong Blang, Labuhan Haji.
Betapa tidak dengan bekal uang hanya Rp 1 juta, berangkat dari Padang Sidempuan menuju Subulussalam, Aceh melalui lintasan Sibolga.
Namun dalam perjalanan sebelum sampai di Subulussalam, awak mobil umum yang ditumpangi menurunkan Fatimah bersama tujuh orang anaknya di Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumut.
Padahal, persediaan uang yang dimiliki sudah habis sehingga untuk melanjutkan perjalanan dan biaya makan pun tidak ada lagi.
Fatimah kembali menelpon Arbulan minta bantuan karena sudah terkatung-katung di Sidikalang.
Beruntung Arbulan punya seorang karib asal Manggeng, Abdya, bekerja di Kota Subulussalam, bersedia menanggung ongkos transportasi Fatimah dan tujuh anaknya dari Sidikalang menuju Terminal Bus Kota Subulussalam, Aceh.
Kebetulan teman dari Arbulan itu juga sering bertindak selaku Imam Masjid At-Taqwa Subulussalam.
Kemudian memberitahukan penderitaan Fatimah dan anak-anaknya kepada jamaah masjid dan BKM Masjid At-Taqwa setempat.
Para jamaah terketuk hatinya, kemudian bersedia membiayai perjalanan Fatimah dan keluarga menuju tempat tinggal abangnya di Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, termasuk membantu biaya makan dalam perjalanan.
“Akhirnya, Fatimah dan tujuh anaknya berhasil tiba di ‘gubuk derita’ yang saya tempati di Desa Ujong Blang, Labuhan Haji Barat, sekitar dua pekan lalu,” kata Arbulan.
Keinginan Fatimah dan anak-anak untuk masuk agama Islam disampaikan kepada Drs Said Firdaus, Imam Masjid At-Taqwa Manggeng.
Lalu, direspon dengan sangat antusias oleh jamaah atau masyarakat setempat.
Cita-cita Fatimah bersama tujuh anak perempuan akhirnya terwujud di Masjid At-Taqwa Manggeng, Sabtu (12/9/2020) lalu. Dibimbing Imam Masjid, Said Firdaus, Fatimah dan anak-anak mengucapkan dua kalimah syahadat.
Setelah menjadi saudara baru ummat muslim, pihak jamaah Masjid At-Taqwa, bersimpati terhadap mualllaf tersebut dengan memberikan sumbangan.
Sumbangan juga diberikan oleh seluruh masyarakat dan undangan yang hadir dalam acara pensyahadatan tersebut.
Fatimah dan anak-anaknya memang keluarga kurang mampu, sehingga ummat Islam sangat diharapkan mengulurkan tangan, termasuk bantuan mengajarkan tentang ajaran agama Islam.
Suami, Anak, Menantu dan Cucu akan Menyusul
Masih menurut Arbulan bahwa suami bersama satu orang anak perempuan yang nomor dua dan suaminya serta seorang anak bayi serta anak nomor 5 laki-laki usia SMP yang sekarang masih di Padang Sidempuan, Sumut, segera menyusul Fatimah ke Aceh.
“Tujuan mereka untuk memeluk agama Islam di Aceh. Jadi masih ada gelombang dua sejumlah 5 orang akan masuk Islam. Mereka adalah suami, anak nomor 5 dan anak nomor 2 berama suami dan anaknya yang masih kecil (cucu) segera tiba di sini untuk masuk Islam,” ungkap Arbulan.(*)
• Klasemen MotoGP 2020 Makin Ketat, 9 Pebalap Ini Bepeluang Juara Dunia, Hanya Dipisahkan 23 Poin
• Kuburan Massal Ditemukan, Berisi 7 Mayat, Diduga Dibunuh Terkait Sekte Agama Cahaya Baru Ilahi
• Ketua DPRK Aceh Besar Surati BWS Sumatera I Aceh, Ini Isi Surat Diteken Iskandar Ali SPd MSi