Anak Pemulung Ini Jadi Lulusan Terbaik di Kampus dengan IPK 3.70, Orangtua Hanya Bergaji Rp 500 Ribu
Tak pernah ada di pikiran Nurpitasari jika ia bisa menjadi mahasiswa dan mampu menyelesaikan kuliah.
Dan pabrik bata ini kerjanya dari jam 3 pagi, kadang siang pulangnya, kadang sore. Tidak menentu. Jadi saya diasuh kakek dan nenek," kata Krisma, Senin siang.
Dalam perjalanannya, pabrik tempat kedua orangtua Krisma bekerja mengalami penurunan omset.
Ayahnya memutuskan keluar dan bekerja sebagai pemulung.
Membantu orangtua Sejak duduk di bangku SD, SD Negeri 26 Pangkalpinang, Krisma selalu membantu orangtuanya sepulang sekolah.
Hal yang biasa dilakukannya adalah membersihkan botol-botol bekas dari hasil memulung. Kegiatan ini dilakukannya sepulang sekolah hingga Krisma duduk di bangku SMP.
Saat itu, ia bersekolah di SMP Negeri 6 Pangkalpinang. Saat SMA, Krisma terkadang membawa karung ke sekolah.
Sepulang sekolah, ia dan teman-temannya mengambil botol-botol air mineral bekas dan menjualnya.
Hasil penjualan botol bekas ini dimanfaatkan Krisma untuk mengikuti kursus komputer dan membuat tugas sekolah.
Dari SD hingga SMA, anak pertama dari dua bersaudara mendapatkan bantuan dari pemerintah yang disalurkan melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana ini digunakan Krisma untuk membeli alat tulis dan keperluan sekolah lainnya.
Ikut tes kepolisian Menginjak kelas 3 SMA, ia mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi serangkaian tes kepolisian.
Semangatnya semakin menggebu saat mengikuti sosialisasi dari Polres Pangkalpinang soal dibukanya tes bagi calon anggota kepolisian.
Krisma mempersiapkan diri secara mandiri. Ia belajar dengan mencari informasi melalui dunia maya dan buku-buku.
Ia pun memberanikan diri mendaftar ke Polres Pangkalpinang.
Doa dari kedua orangtua dan kakek nenek menjadi penguat Krisma.
Ia mendaftar di Polres Pangkalpinang.