Tim Gabungan Usut Dugaan Perdagangan Rohingya

Tim gabungan yang terdiri atas petugas Imigrasi, TNI, dan Polri menyelidiki dugaan kasus perdagangan manusia yang mengorbankan

Editor: bakri
FOR SERAMBINEWS.COM
Tim Gabungan Imigrasi Kelas II Lhokseumawe, TNI dan Polri yang dipimpin langsung oleh Kepala Imigrasi Klas II Lhokseumawe, Jumat (18/9/2020) sekitar pukul 11.00 WIB merazia dan menyita beleasan hp alat komunikasi milik migran Rohingya yang ditampung di BLK Lhokseumawe 

LHOKSEUMAWE - Tim gabungan yang terdiri atas petugas Imigrasi, TNI, dan Polri menyelidiki dugaan kasus perdagangan manusia yang mengorbankan etnis Rohingya di kamp Gampong Meunasah Mee, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe. Tim melakukan serangkaian pemeriksaan sejak Kamis hingga Jumat (18/9/2020).

Tim Gabungan yang dipimpin langsung oleh Kepala Imigrasi Klas II Lhokseumawe Fauzi SH merazia dan menyita alat komunikasi yang diduga dipakai untuk berkomunikasi dengan agen. Ada puluhan alat komunikasi yang disita dalam berbagai merk. Semua Hp tersebut diamankan ke Kantor Imigrasi Klas II A Lhokseumawe untuk selanjutnya dilakukan penyelidikan.

Awal mula kecurigaan aparat ketika kedatangan empat pria ke kamp pengungsi di Gampong Meunasah Mee pada Rabu malam. Kempat pria itu datang diantar oleh seseorang dengan menggunakan mobil. Saat mobil tiba di pintu pos pemeriksaaan, petugas membuka pintu pagar seraya meminta kartu identitas tamu. “Keempatnya menunjukkan kartu UNHCR. Mereka dari Malaysia ingin menjumpai istri di sini. Namun, kita tak mau ambil risiko,” kata seorang petugas kepada Serambi. Lalu, petugas pun menghubungi pihak imigrasi.

Petugas kemudian menjemput 4 pria tersebut untuk diperiksa. Pihak imigrasi curiga mereka adalah pria-pria yang akan membawa lari para pengungsi, yang bisa menyeret ke kasus perdagangan manusia.  “Ya, awalnya kita curiga mungkin ada indikasi untuk dibawa lari ke Malaysia,” terang Fauzi.

Selanjutnya aparat melakukan pemeriksaan intensif di kamp. Seorang pengungsi Mahmud Mizan (23) kemudian diamankan dan digiring ke Kantor Imigrasi Klas II Lhokseumawe untuk dilakukan penyelidikan. Saat mobil dihidupkan membawa Mahmud, migran lainnya sempat berusaha menghalangi kendaraan petugas. Namun, setelah diberi penjelasan bahwa Mahmud hanya sekadar dimintai keterangan, mereka pun mundur.

Menurut Kepala Kantor Imigrasi Lhokseumawe Fauzi SH, Mahmud diperiksa sekitar 7 jam. Namun, lantaran tidak ditemukan hal-hal yang melanggar hukum, pria itu diantar kembali ke  Gedung BLK di Gampong Meunasah Mee, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe.

“Setelah kita periksa, sejauh ini belum ditemukan adanya indikasi terlibat dalam jaringan perdagangan manusia, makanya kita kembalikan ke kamp,” kata Fauzi saat ditanyai kembali Serambi Jumat malam. Begitu pula keempat pria dari Malaysia, kini dibiarkan menemui istri di kamp lantaran tidak ditemukan hal mencurigakan. Namun, kata Fauzi, seperti juga instansi lain, pihak imigrasi akan terus mengawasi sesuai kewenangan yang dimiliki agar tak terjadi kasus-kasus pelanggaran hukum, khususnya terkait perdagangan manusia. Apalagi ada seorang pengungsi perempuan yang sudah kabur. “Pengungsi yang kabur itu kita belum tahu ke mana arahnya, tetapi terus kita koordinasikan. Bisa jadi terkait dengan perdagangan manusia, semua kemungkinan terbuka,” kata Fauzi.(Baca: Satu Gadis Kabur Saat Magrib) 

Kini kamp yang terletak di Meunasah Mee itu dijaga ketat oleh aparat TNI dan Polri. Tujuannya untuk menghindarkan terjadi hal-hal yang tak diharapkan, termasuk kaburnya para pengungsi dari kamp.

Sebelumnya, Koordinator Arakan Project, Chris Lewa, menduga adanya permaian para penyelundup manusia, di balik beberapa kejadian terdamparnya para pengungsi Rohingya ke Aceh. Keberadaan para pengungsi hingga tujuh bulan terombang-ambing di lautan, menjadi awal dari kecurigaan itu.

"Penyelundup manusia ini ingin dibayar, jadi mereka menawan para penumpang, itulah kenapa kelompok ini menghabiskan waktu lama di lautan sebelum mereka mendarat (di Aceh)," jelas Chris, seperti dilansir bbc beberapa hari lalu.

"Kami menghubungi beberapa kerabat para penumpang ini, mereka mengatakan telah membayar (biaya perjalanan) pada Mei lalu. Namun kenapa mereka belum mendarat saat itu adalah karena belum semua penumpang di kapal telah membayar. Jadi mereka menawan mereka di tengah lautan," tambahnya.

Menurut Chris, kapal besar yang mengangkut pengungsi Rohingya dari Bangladesh itu diatur dari Myanmar. "Lalu mereka ke Bangladesh untuk menjemput mereka. Kapal ini tidak pernah memasuki perairan Bangladesh," jelasnya.

"Saya melihat kapal yang mendarat di Aceh tadi malam, dan ini jelas bukan kapal utama. Jadi para penumpang ini ditransfer ke kapal-kapal yang lebih kecil di tengah lautan. Siapa para penyelundup manusia ini? Kami tidak tahu," kata Chris, mengomentari peristiwa terdamparnya kapal yang membawa pengungsi 296 etnis Rohingya di pesisir pantai Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe pada, Senin (7/9/2020).

Ia juga meyakini bahwa akan ada kapal-kapal yang mengangkut komunitas Rohingya dalam beberapa bulan ke depan, terutama di musim puncak yang biasanya jatuh pada akhir Oktober atau November

Seorang gadis Rohingya atas nama Rujinah (23) diduga telah kabur dari kamp saat menjaga rekannya yang sakit di Rumah Sakit Umum Cut Mutia (RSUCM) Aceh Utara, Kamis (17/9/2020) ketika Magrib.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved