Luar Negeri
Pemimpin Oposisi Rusia Tuntut Kremlin Kembalikan Bajunya Saat Koma di Siberia, Ada Bukti Racun
Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, Senin (21/9/2020) menuntut Rusia mengembalikan baju yang ia kenakan saat koma di Siberia.
Navalny dan sekutunya berpendapat menurut peraturan yang ada, penyelidikan seharusnya selesai dalam 30 hari; 30 hari itu habis pada Sabtu (19/9/2020) dan sekarang politisi itu menginginkan pakaiannya kembali.
"Karena penyelidikan tidak menghasilkan kasus pidana dapat dikatakan Rusia telah secara resmi memutuskan untuk mengabaikan keracunan Navalny," kata juru bicara politikus itu, Kira Yarmysh dalam sebuah pernyataan video.
Polisi mengatakan penyelidikan masih berlangsung.
Kremlin telah berulang kali mengatakan tidak melihat alasan untuk kasus kriminal, karena laboratorium Rusia dan rumah sakit di Omsk tidak menemukan indikasi keracunan.
• E-Bike Menakjubkan Dari Jerman, Harganya Setara dengan Mobil Listrik Tesla Model Y
Laboratorium Eropa lainnya telah mendukung pendirian Jerman bahwa Navalny diracuni dengan tes independen mereka sendiri.
Kesimpulan Jerman bahwa Navalny diracuni telah memicu ketegangan antara Rusia dan Barat.
Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut peracunan Navalny sebagai percobaan pembunuhan, yang dimaksudkan untuk membungkam musuh Putin yang paling menonjol.
Moskow telah menuntut agar Jerman memberikan buktinya dan marah atas desakan Merkel dan para pemimpin Barat lainnya untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi pada Navalny.
"Ada terlalu banyak absurditas dalam kasus ini untuk mengambil kata-kata siapa pun," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov Jumat.
Awal bulan ini, kantor Merkel mengindikasikan bahwa dia mungkin bersedia untuk memikirkan kembali nasib pipa Nord Stream 2 yang akan membawa gas Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik.
Pertanda meningkatnya frustrasi Berlin atas pembungkaman Moskow tentang kasus Navalny.
Negara-negara Barat lainnya bergabung dengan Jerman untuk menyerukan penyelidikan penuh.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut penggunaan senjata kimia keterlaluan.
Sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany menyebut keracunan itu benar-benar tercela.
Dia menambahkan AS bekerja dengan sekutunya dan komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban Rusia.(*)