Berita Abdya
Murid SDIT Muhammadiyah Manggeng Bantu Sekeluarga Mualaf Asal Padang Sidempuan, Janda Juga Dapat
Kali ini, murid Sekolah Dasar Terpadu (SDIT) Muhammadiyah Manggeng diwakili para guru berbagi atau membantu Fatimah dan tujuh putrinya.
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Mursal Ismail
Poe Nong, nama panggilan janda ini sudah lama ditinggal suami untuk selama-lamanya, sejak anak bungsunya masih dalam kandungan.
Ibu 4 orang anak ini juga telah ditinggalkan oleh satu anak perempunya yang meninggal dunia beberapa tahun lalu karena penyakit yang diderita.
Poe Nong, kini menggantungkan hidup pada anak lelaki tertuanya yang kini hidup meurantau.
“Beliau (Poe Nong) bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” kata Risa Muliana.
Ia menambahkan, satu keluarga mualaf dan janda merupakan keluarga yang layak menerima uluran tangan. Untuk itu diajak sama-sama meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama.
Diberitakan, Fatimah dan tujuh putrinya yang baru mengucapkan kalimat syahadat di Masjid At-Taqwa, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Abdya, kini sudah menempati rumah penampungan sementara di Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Setelah mengucapkan kalimat syahadat, Fatimah Telaum Banua tujuh anaknya menumpang di pondok kecil yang ditempati abang kandungnya, Arbulan Telaum Banua (46) bersama istri dan dua anaknya.
Gubuk kecil ukuran sekitar 2,5 x 6 meter itu berdiri di pinggil Jalan Nasional, Dusun Ujong Blang, Desa Kuta Trieng (Kuburan Syahid), Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Mualaf Fatimah yang dikaruniai 10 anak dari penikahan dengan Eti Sama Gea (44) sebelumnya tinggal membuka kebun di areal hutan Morsa kawasan sangat terpencil Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Ibu kelahiran Gunung Sitoli 28 Februari 1981 ini nekat meninggalkan lokasi terpencil itu untuk pindah keyakinan di tempat tinggal abang kandungnya di Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan.
Fatimah pun memboyong tujuh putrinya, yaitu anak nomor 3, 4, 6, 7, 8, 9 dan 10 (bungsu).
Sedangkan anak nomor 1 dan 2 sudah berkeluarga, termasuk suami dan anak nomor 5 laki-laki masih tinggal di Morsa kawasan sangat terpencil di Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Konon, sang suami Eti Sama Gea (44) dan anak nomor 5 laki-laki, Yusafat Gea yang bersekolah SMP di Padang Sidempuan, segera menyusul Fatimah untuk memeluk Agama Islam.
Seperti disebutkan Arbulan Telaum Banua bahwa sejak lahir sang adik (Fatimah) beragama Islam, namun kemudian pindah keyakinan karena menikah dengan laki-laki nonmuslim.
“Adik saya ini sejak lahir beragama Islam dengan nama Fatimah.
Lalu, pindah keyakinan saat menikah dengan suami non-muslim, tapi namanya tidak berubah. Kami empat bersaudara, yang bungsu Fatimah,” kata Arbulan Telaum Banua kepada Serambinews.com. (*)