Breaking News

Luar Negeri

Gawat, Ribuan Data Warga Negara Indonesia Bocor di Tangan Perusahaan Intelijen China

Informasi itu juga mengumpulkan data akun Twitter, Facebook, Linked-In, Instagram dan bahkan TikTok, serta berita, catatan kriminal, dan pelanggaran.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Safriadi Syahbuddin
(REUTERS/JASON LEE)
Presiden China, Xi Jinping sedang bertepuk tangan 

"Kami telah bekerja sangat keras untuk memastikan tidak ada kaitan antara saya dan orang itu, begitu saya menyadari apa yang telah diberikan kepada saya," katanya.

Profesor Balding memberikan database tersebut kepada perusahaan keamanan cyber Canberra Internet 2.0 yang mampu memulihkan 10 persen dari 2,4 juta data yang bocor.

Kepala eksekutif Internet 2.0 Robert Potter mengatakan Zhenhua telah membangun kapasitas untuk melacak kapal angkatan laut dan aset pertahanan, untuk menilai karier perwira militer dan kekayaan intelektual pesaing China.

"Pengumpulan data massal ini terjadi di sektor swasta China, dengan cara yang sama, Beijing mengalihkan kemampuan serangan dunia maya ke subkontraktor swasta," kata Potter.

Dari 250.000 catatan yang ditemukan, ada 52.000 data orang Amerika, 35.000 Australia, 10.000 India, 9.700 Inggris, 5.000 Kanada, 2.100 orang Indonesia, 1.400 Malaysia dan 138 dari Papua Nugini.

Ada 793 warga Selandia Baru yang diprofilkan dalam database, 734 di antaranya ditandai dengan minat khusus atau terpapar secara politik.

4 Agen CIA Tenggelam di Laut China Selatan, Hilang dalam Misi Rahasia Melacak Militer China

Ungguli AS dan China Untuk Pertama Kali, Rusia Miliki Rudal Hipersonik: 5 Kali Lebih Cepat

Sektor militer tampaknya menjadi perhatian khusus perusahaan. Basis data melacak prospek promosi pejabat dan jaringan politik.

Dalam satu contoh, perkembangan karir seorang perwira angkatan laut AS diawasi dengan ketat dan dia ditandai sebagai komandan masa depan kapal induk nuklir.

Profesor Hamilton mengatakan banyaknya orang yang disebutkan dalam database ini memberikan perhatian yang serius.

"Jika Anda adalah anak seorang politisi berusia 14 tahun, maka kami sekarang tahu bahwa agen intelijen China sedang memantau komentar media sosial Anda, dan merekam informasi yang menarik atau mungkin menarik di masa depan," dianya.

"Jadi sangat mengerikan cara China menargetkan begitu banyak aspek masyarakat untuk menyedot dan menyimpan kecerdasan ini, dan menggunakan kecerdasan buatan dengan cara yang sangat canggih," pungkasnya.

Perusahaan Zhenhua Data, didirikan pada tahun 2018, diyakini dimiliki China Electronic Information Industry Group (CETC), perushaan BUMN-nya China, sebuah perusahaan riset militer. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved