Lifestyle
Pemuda Mesir Kembangkan Bahan Nanoteknologi, Baju dan Masker Keren Anti Serangan Virus Corona
Sigma Fit Mesir mendapatkan pengakuan internasional pada Januari 2020 di pameran produk konsumen terbesar di dunia di Las Vegas.
SERAMBINEWS.COM, DUBAI - Sigma Fit Mesir mendapatkan pengakuan internasional pada Januari 2020 di pameran produk konsumen terbesar di dunia di Las Vegas.
Saat ini, mengkhususkan diri dalam nanoteknologi kain anti-cairan.
Biasanya, perusahaan menerapkan teknologi hidrofobiknya untuk membuat pakaian olahraga yang dapat digunakan tanpa dicuci selama beberapa minggu, walau dikenakan setiap hari.
Namun setelah wabah pandemi virus Corona salah satu pendiri dan CEO Sigma Fit, Omar El-Monayar menginstruksikan timnya untuk membuat pakaian pelindung menggunakan bahan yang sama.
Pakaian ini mempertahankan perlindungan maksimal terhadap virus hingga 30 kali pencucian, memungkinkannya digunakan kembali.
• Penyanyi Little Mix Jade Thirlwall Asal Mesir Mencoba Lebih Terhubung dengan Akar Arabnya
Sigma Fit telah mengirimkan sekitar 10.000 jas helmet ke rumah sakit di seluruh Mesir, lansir ArabNews, Sabtu (27/9/2020).
“Ini telah menggantikan yang sekali pakai, yang lebih mahal, kurang protektif dan tidak ramah lingkungan,” kata El-Monayar, (29) yang meluncurkan perusahaan tersebut pada 2016.
“Nanoteknologi mengusir cairan, sedangkan permeabilitasnya kurang dari 1 mikron, sehingga virus tidak bisa menembusnya,” tambahnya.
"Kami melakukan dengan banyak pengujian dan memperoleh sertifikasi dari pemerintah yang memberikan perlindungan yang ditingkatkan," jelasnya.
El-Monayar mengatakan pakaian pelindung sekali pakai dihargai 50 pound Mesir 3,10 atau sekitar Rp 46 ribu.
Sementara pakaian yang dapat digunakan kembali berharga 250 pound atau Rp 231 ribu dan dapat digunakan lebih dari 30 kali jika disemprot dengan alkohol.
• Dua Sekawan Mesir Ubah Kontainer, Menjadi Kantor Hingga Klinik Covid-19
Inovasi tidak berhenti di situ saja.
Sigma Fit juga menciptakan masker nanoteknologi untuk penggunaan publik, membuatnya tersedia di Mesir pada awal Juni 2020.
“Kami perlu membuat masker yang murah, bergaya dan nyaman."
"Kami ingin menciptakan budaya fesyen sehingga jika orang menyukai produknya,"
"Mereka akan lebih cenderung memakainya dan melindungi diri, ”kata El-Monayar.
“Masker mungkin akan dibutuhkan selama bertahun-tahun."
"Produk kami anti cairan, dan kerapatan kainnya berkelas internasional."
"Di bagian dalam, terbuat dari polycotton olahraga yang dapat menyerap semua keringat Anda.”
• Laporkan Kematian Tahanan Dalam Sel Polisi, Wartawan Mesir Ditangkap, Ini Tuduhannya
Sigma Fit, yang saat ini mempekerjakan 85 orang, mengatakan material kelas medisnya tidak bisa ditembus oleh virus.
Klaim ini didasarkan pada perhitungan bahwa virus akan menempel pada partikel padat atau cair dengan diameter 8 mikron yang bergerak dengan kecepatan hingga 80 km per jam.
“Meskipun virus mampu menembus masker, ada lapisan kain lain di dalam untuk menghentikannya,” kata El-Monayar.
"Tes telah menunjukkan bahwa kami dapat mencapai tingkat pencegahan infeksi 98 persen," ujarnya.
Di Mesir, sekotak masker sekali pakai biasanya dijual seharga 250 pound.
Alternatif Sigma Fit yang dapat digunakan kembali akan dijual dengan harga 75 pound, tetapi dapat dicuci hingga 50 kali dan tetap mempertahankan kualitas hidrofobiknya.
“Jika Anda pergi 50 hari menggunakan masker sekali pakai yang berbeda setiap hari, ada kemungkinan besar setidaknya akan terinfeksi."
"Jika Anda (membuangnya), mereka bisa mencemari orang-orang yang mengumpulkan sampah, ”kata El-Monayar.
Dia menambahkan beberapa orang Mesir yang keras kepala mengambil masker yang dibuang dari tempat sampah untuk dicuci dan dijual kembali.
Sigma Fit akan menyediakan maskernya melalui situs webnya untuk pengguna pusat kebugaran dan fasilitas olahraga lainnya, dan akan menawarkannya sebagai produk “label putih.”
Sehingga perusahaan lain dapat menggunakannya sebagai alat pencitraan merek.
El-Monayar membayangkan menjual barang pelindung tersebut ke pabrik dan tempat lain dengan tenaga kerja besar.
Dia memperkirakan perusahaan akan menghasilkan pendapatan 5 juta dolar AS atau sekitar Rp 74,7 miliar dari produk tersebut selama 10 bulan ke depan.
Susunan kimiawi yang tepat dari teknologi nano hidrofobik Sigma Fit tetap menjadi rahasia perusahaan.
Pelapisannya didasarkan pada prinsip yang sama seperti cat tahan air untuk kapal dan kendaraan.
“Saya melihat lapisan anti cairan untuk mobil, dan berbunyi klik."
'Bagaimana jika kita bisa melakukan pakaian seperti itu?
Apakah itu akan berhasil?
Itu akan membuatnya menjadi antibakteri.
"Kemudian saya mulai tergila-gila, ”kata El-Monayar yang bekerja di Sigma Fit di waktu senggang selama 20 bulan.
Sebelum berhenti dari pekerjaannya sebagai insinyur perminyakan untuk fokus hanya pada startup tersebut.(*)