Breaking News

Berita Aceh Tamiang

Sehari Sampah Plastik di Aceh Tamiang Capai 500 Kg, Jika Diolah Jadi Paving Block Sangat Efektif

Dalam sehari truk kita sepuluh kali bolak-balik membawa sampah dari tiga zona ini ke TPA,” kata Kabid Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup

Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Mursal Ismail
SERAMBI/RAHMAD WIGUNA
Ibnu Hajar (kiri) saat mendampingi Kadis LH Aceh Tamiang Sayed Mahdi (kanan) di lokasi pembuatan paving block dari sampah plastik. 

Dalam sehari truk kita sepuluh kali bolak-balik membawa sampah dari tiga zona ini ke TPA,” kata Kabid Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Aceh Tamiang, Ibnu Hajar, Minggu (27/9/2020).

Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Sampah plastik di Aceh Tamiang masih begitu mendominasi dan seharinya bisa mencapai 500 kilogram.

Tingginya volume sampah plastik ini membuat petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Aceh Tamiang membutuhkan sepuluh kali melangsir limbah ini dari permukiman ke TPA Durian.

“Kami membagi tiga zona, perkotaan, perdagangan dan kantor kompleks bupati.

Dalam sehari truk kita sepuluh kali bolak-balik membawa sampah dari tiga zona ini ke TPA,” kata Kabid Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Aceh Tamiang, Ibnu Hajar, Minggu (27/9/2020).

Selama ini metode pemusnahan sampah plastik yang merupakan limbah organik digabung dengan anorganik, yakni dimasukan ke dalam kolam sampah di TPA seluas 30x30 meter dengan kedalaman enam meter.

Pemkab Aceh Tamiang Siapkan Beasiswa Mahasiswa Berprestasi dan BDT, Ini Syaratnya

Terungkap Pendapatan Arab Saudi dari Haji dan Umrah, Terbesar dari Indonesia Disusul Negara Ini

Paving Block dari Sampah Plastik Produksi DLH Aceh Tamiang Mulai Diminati

Di batas ketinggian yang sudah ditentukan, sampah di kolam ini kemudian ditimbun tanah setebal 80 centimeter setelah melalui pengerasan menggunakan alat berat.

“Setelah ditimbun, kolam itu kembali digunakan untuk membuang sampah baru,” ujarnya.

Ibnu mengakui inovasi pengolahan limbah plastik menjadi paving block yang saat ini sedang tahap simulasi di DLH Aceh Tamiang sangat efektif mengatasi persoalan sampah.

Dia pun berharap inovasi ini bisa terus dikembangkan dengan memproduksi massal agar tumpukan sampah di TPA bisa dimanfaatkan ulang.

Proses olah jadi paving block

Seperti diberitakan sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Aceh Tamiang melakukan inovasi dengan mengolah limbah plastik menjadi paving block.

Simulasi pembuatan paving block ini dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kampung Durian, Rantau, Minggu (20/9/2020). 

Kegiatan ini sekaligus dalam rangka memeringati World Cleanup Day yang disepakati diperingati setiap tahun pada pekan ketiga September.

“Persolan sampah hari ini sangat serius, terlebih sampah plastik yang memang membutuhkan inovasi dalam penanganannya,” kata Kadis LH Aceh Tamiang, Sayed Mahdi kepada Serambinews.com, Minggu (20/9/2020).

Dalam simulasi ini Sayed dan timnya berhasil membuat 10 buah paving block dari limbah plastik.

Seluruh bahan pembuatan ini merupakan rakitan tim dari DLH Aceh Tamiang yang kemudian ditempah di tempat khusus.

“Misalnya tempat masaknya ini semacam dandang dan cetakan paving blocknya kita desain sendiri, walau akhirnya kita tempah sama ahlinya,” kata Sayed.

Setelah melalui proses pencairan menggunakan kompor, sampah plastik kemudian dimasukan ke dalam cetakan paving block.

Satu kilogram sampah plastik menghasilkan satu buah paving block.

Proses pencairan ini membutuhkan waktu lima hingga sepuluh menit, tergantung jenis plastik yang digunakan.

“Kami kebanyakan menggunakan plastik kantungan kresek karena memang saat ini tidak memiliki nilai ekonomis, makanya cepat.

Tapi kalau plastik botol minuman sedikit lebih lama karena keras,” ungkapnya.

Menurutnya kualitas paving block dari limbah plastik ini tidak kalah dari produk yang menggunakan bahan campuran semen.

Malahan Sayed menyebut racikan limbah palstik ini lebih kuat dan tidak akan pecah.

Sayed mengaku sudah menunjukkan hasil inovasi mereka kepada Bupati Mursil. Menurutnya, Mursil sangat mengapresiasi terobosan yang mereka lakukan dan didorong untuk melakukan produksi massal.

“Saat ini kami hanya memiliki lima cetakan. Sebelum melakukan produksi massal, kami akan menambah dulu cetakannya,” jelas Sayed. (*)


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved