Luar Negeri
Sudah 2 Hari Armenia & Azerbaijan Bentrok, 39 Orang Tewas, Saling Tuduh Pakai Senjata Artileri Berat
Pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan atas wilayah yang disengketakan memasuki hari kedua pada hari Senin (28/9/2020).
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
Pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan atas wilayah yang disengketakan memasuki hari kedua pada hari Senin (28/9/2020).
SERAMBINEWS.COM - Pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan atas wilayah yang disengketakan memasuki hari kedua pada hari Senin (28/9/2020).
Total 39 orang tewas dalam perang antara Armenia melawan Azerbaijan yang berlangsung di kawasan Nagorno-Karabakh pada hari kedua.
Melansir dari The Guardian, kedua belah pihak saling menuduh menggunakan senjata artileri berat.
Ratusan lainnya dikatakan telah terluka dalam bentrokan paling sengit, yang sudah berlangsung sejak 2016 di Kaukasus Selatan.
Itu adalah wilayah yang menyediakan rute transit penting untuk gas dan minyak ke pasar internasional.
Ketegangan antar dua negara ini telah meningkat selama berbulan-bulan di Nagorno-Karabakh.
Wilayah itu secara hukum dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi telah diduduki dan dijalankan oleh etnis Armenia sejak mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1991.
Presiden Azerbaijan mengumumkan mobilisasi militer secara parsial.
Kantor berita Interfax mengutip perwakilan kementerian pertahanan Armenia yang mengatakan 200 orang Armenia terluka.
• Hari Kedua Pertempuran Azerbaijan dan Armenia di Nagorny Karabakh, Korban Tewas Jadi 39 Orang
Sedikitnya 16 tentara dan warga sipil tewas dalam pertempuran terburuk di hari Minggu (27/9/2020), setelah Armenia mengumumkan darurat militer dan memerintahkan mobilisasi total militernya.
Armenia menuduh Azerbaijan melakukan serangan udara dan senjata artileri di Nagorno-Karabakh.
Sementara itu, Azerbaijan mengatakan telah melakukan serangan balik sebagai tanggapan atas penembakan Armenia.
Perang itu memicu kesibukan diplomasi untuk mencegah gejolak konflik puluhan tahun, antara mayoritas Kristen Ortodoks Armenia dan sebagian besar Muslim Azerbaijan.

Rusia menyerukan gencatan senjata segera dan kekuatan regional lainnya. Sementera Turki, mengatakan akan mendukung Azerbaijan.
Aktivis hak asasi manusia di Armenia mengatakan dua warga sipil - seorang wanita dan seorang anak - tewas dalam perang itu.
Pejabat militer Armenia telah melaporkan setidaknya 10 korban di pihak mereka.
Para pejabat di Baku, ibu kota Azerbaijan, mengatakan sejumlah warga sipil mereka tewas dan enam luka-luka.
Dari Nagorno-Karabakh dilaporkan 16 staf militernya tewas. Namun, laporan tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara kebenarannya.
Tentara Azerbaijan mengatakan telah menguasai beberapa desa di Nagorno-Karabakh pada Minggu sore, klaim itu kemudian ditolak Armenia.
• Makin Panas, Azerbaijan Klaim Kepung Tentara Armenia, Bakal Dibunuh jika Tak Menyerah
• Latar Belakang Konflik Armenia dan Azerbaijan hingga Saling Perang, Ada Campur Tangan Negara Lain
Perselisihan berkepanjangan di Kaukasus Selatan menarik perhatian regional dan negara barat.
Karena daerah tersebut merupakan koridor pipa yang membawa minyak dan gas dari Laut Kaspia ke pasar global.
Turki memiliki ikatan budaya dan ekonomi yang kuat dengan Azerbaijan dan mengancam akan mendukungnya dalam konflik apa pun.
Rusia, kekuatan regional lainnya, secara tradisional dekat dengan Armenia tetapi telah menjalin hubungan dengan elit Azerbaijan dalam beberapa tahun terakhir.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau Armenia telah menunjukkan bahwa, mereka menjadi ancaman terbesar bagi perdamaian dan ketenangan di kawasan itu.
“dan Turki berdiri di samping Azerbaijan dengan segala kemampuannya" ujar Erdogan.
Kementerian pertahanan Armenia pada hari Minggu mengatakan, pasukannya telah menghancurkan tiga tank dan menembak jatuh dua helikopter, dan tiga kendaraan udara tak berawak sebagai tanggapan atas serangan terhadap sasaran sipil termasuk ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert.
• Armenia dan Azerbaijan Perang, Turki Siap Dukung Azerbaijan, Dunia Minta Dihentikan Segera
• 11 Tentara Azerbaijan Tewas dalam Pertempuran dengan Militer Armenia, Termasuk Seorang Jenderal
"Tanggapan kami akan proporsional, dan kepemimpinan militer-politik Azerbaijan akan memikul tanggung jawab penuh atas situasi tersebut," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan, "Kami tetap kuat di samping tentara kami untuk melindungi tanah air kami dari invasi Azerbaijan."
Azerbaijan membantah pernyataan kementerian pertahanan Armenia, dengan mengatakan pihaknya memiliki "keuntungan penuh atas musuh di depan".
Azerbaijan menuduh pasukan Armenia melancarkan serangan yang disengaja dan terarah di sepanjang garis depan.
"Kami mempertahankan wilayah kami, tujuan kami benar," kata presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, dalam pidatonya
Dua negara bekas Uni Soviet ini telah bentrok selama bertahun-tahun di wilayah pegunungan Nagorno-Karabakh.
Wilayah itu mayoritas etnis Armenia yang secara resmi merupakan bagian dari Azerbaijan, tetapi memisahkan diri dari negara itu saat Uni Soviet bubar.
Armenia dan Azerbaijan berperang selama enam tahun di wilayah tersebut hingga gencatan senjata pada tahun 1994.
Sejak itu Nagorno-Karabakh telah mengatur dirinya sendiri sebagai Republik Artsakh yang independen secara de facto.
• Tak Sampai Seminggu Usai Dilantik, Perdana Menteri Armenia Mundur Demi Turuti Permintaan Rakyatnya
• Latar Belakang Konflik Armenia dan Azerbaijan hingga Saling Perang, Ada Campur Tangan Negara Lain
Sejak Uni-Soviet runtuh pada 1991, perpecahan etnis di Armenia dan Azerbaijan menjadi lebih kentara: berdasarkan laporan Armenia pada 2004, hanya 30 orang di Armenia (populasi 3,1 juta) diidentifikasi sebagai orang Azerbaijan.
Sedangkan sensus 2009 di Azerbaijan (populasi 9,7 juta) mencatat ada 183 orang Armenia tinggal di daerah selain Nagorno-Karabakh.
Pada sensus 2015, "Republik Arsakh" yang tidak diakui - atau Nagorno-Karabakh (populasi 145,053 orang) - mencatat tidak ada orang Azerbaijan yang tinggal di sana.
Padahal, ketika rezim Soviet berkuasa, orang-orang Azerbaijan mencapai lebih dari seperlima populasi wilayah itu. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)