Berita Lhokseumawe
Tak Ada Kamar, Santri Baburrahmah Lhokseumawe Harus Tidur di Musalla, Bilik Santriwati Pun tak Layak
Pasalnya, dayah ini belum ada kamar untuk santri, kecuali tiga bilik untuk 25 santriwati dayah ini, itu pun tak layak.
Penulis: Saiful Bahri | Editor: Mursal Ismail
Pasalnya, dayah ini belum ada kamar untuk santri, kecuali tiga bilik untuk 25 santriwati dayah ini, itu pun tak layak.
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sebanyak 22 santri Dayah Baburrahmah, Desa Paloh Punti, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, ternyata selama ini harus tidur di musalla dayah itu.
Pasalnya, dayah ini belum ada kamar untuk santri, kecuali tiga bilik untuk 25 santriwati dayah ini, itu pun tak layak.
Hal ini terungkap saat Ketua DPRK Lhokseumawe Ismail A Manaf, melakukan kunjungan ke Yayasan Pendidikan Islam Baburrahmah di Desa Paloh Punti, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe ini, Minggu (4/10/3020)
Pimpinan Yayasan Pendidikan Islam Baburrahmah, Tgk Ridwan, dihadapan Ketua DPRK Lhokseumawe, menceritakan bahwa yayasan ini sudah dibangun sejak tahun 2000.
Selain dayah, di lokasi tersebut juga ada pendidikan formal, TK hingga MTs.
• Fakta Bupati Bangka Tengah Ibnu Saleh Meninggal karena Covid-19, Istri dan Anak Juga Terinfeksi
• Arab Saudi Buka Pintu Jamaah Umrah, Gelombang Pertama Tiba di Masjidil Haram, Ini Jadwal Gelombang 2
• Kabinet Jokowi Makin Gemuk, Presiden Akan Segera Angkat 2 Wakil Menteri Baru
Untuk jumlah santri yang mengaji di tempat tersebut, sekarang ini ada 200-an.
"Namun yang menginap hanya sebanyak 47 santri, yakni 22 pria dan 25 wanita," katanya.
Untuk ruang inap santri, pihaknya hanya memiliki tiga bilik, sehingga hanya cukup untuk santriwati saja.
"Untuk santri pria, maka selama ini harus tidur di musalla," katanya.
Padahal kata Tgk Ridwan, banyak wali santri ingin anaknya mondok di dayah tersebut. Namun dikarenakan tidak ada fasilitas yang memdai, maka tidak banyak yang bisa ditampung.
Disinggung perhatian pemerintah, diakuinya, pada tahun 2014 ada bantuan dari Pemerintah Kota Lhokseumawe, yakni untuk membangun satu ruang. Namun tidak sampai rampung.
"Setelah itu tidak ada lagi lagi bantuan untuk pembangunan ruangan hingga sekarang. Kecuali pada tahun 2019, sempat ada bantuan dari APBA melalui dana aspirasi anggota DPRA Azhari Cagee," katanya.