Luar Negeri
Korea Utara Punya Rudal Bisa Jangkau New York, Bisa Hancurkan Pangkalan Militer Amerika Serikat
Rudal Hwasong-12 misalnya diperkirakan memiliki daya jangkau hingga 4.500 km yang bisa dipakai untuk menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Gu
Secara teori, menembakkan rudal dengan hulu ledak nuklir dari kapal selam akan menambah kemampuan serang Korut, selain juga membuat platform yang dipakai untuk menembakkan rudal menjadi lebih sulit untuk dideteksi.
Namun, Korut tidak akan dengan mudah melancarkan serangan dengan cara ini, karena kapal selam yang mereka miliki tergolong tua dan kemampuannya juga terbatas.
Peningkatan pesat kemampuan militer yang dicapai hanya dalam waktu singkat ini memunculkan pertanyaan, bagaimana semuanya dicapai oleh negara yang terisolir tersebut?
Beberapa kajian memperkirakan, Korea Utara diyakini mendapatkan komponen-komponen high performance yang didapat dari jaringan-jaringan gelap di Rusia dan Ukraina.
Sejak akhir 2019, Korut terus meningkatkan program persenjataan, antara lain dengan melakukan uji peluncuran rudal beberapa bulan lalu.
Pada Juli, Pemimpin Korut Kim Jong Un mengatakan berhasil mengembangkan senjata nuklir "dengan kemampuan absolut" dan menambahkan bahwa negaranya sekarang "bisa melindungi diri sendiri ... berkat pertahanan nuklir yang efektif dan andal".
Bom Termonuklir
Pada 3 September 2017, Korut melakukan uji nuklir terbesar mereka di Punggye-ri.
Diperkirakan daya ledak senjata yang diuji antara 100 hingga 370 kiloton.
Sebagai gambaran daya ledak 100 kiloton enam kali lebih hebat dibandingkan kekuatan bom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 1945.
Korut mengeklaim bahwa uji pada awal September 2017 tersebut adalah senjata termonuklir pertama mereka.
Senjata termonuklir, dikenal juga dengan sebutan bom hidrogen, adalah senjata nuklir yang memanfaatkan energi dari reaksi nuklir utama untuk memadatkan dan membakar reaksi fusi nuklir kedua.
Intinya, ledakan bom atom diperkuat dengan proses fusi kedua untuk menghasilkan ledakan yang jauh lebih dahsyat.
Badan intelijen AS meyakini Korut sudah berhasil membuat "miniatur bom hidrogen" dan memasangnya sebagai hulu ledak nuklir ke rudal.
Pada April 2018, Pyongyang mengatakan mereka tidak akan melakukan lagi uji nuklir karena kemampuan mereka "sudah terverifikasi".