Minyak Nilam
Pemerintah Aceh Kembangkan Nilam, BPPT Sebut Pentingnya Inovasi dalam Meningkatkan Kualitas Produk
Di penghujung pembahasannya, Tarmizi yang juga mantan Irjen Kemendagri RI ini meminta pemerintah memberi pembinaan kepada kelompok masyarakat sehingga
Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Masrizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT)-RI mendukung penuh upaya Pemerintah Aceh mengembangkan tanaman nilam sebagai komoditi unggulan.
Tapi disamping itu, pentingnya inovasi dan teknologi dalam meningkatkan kualitas dan nilai tambah minyak nilam Aceh, apalagi tanaman nilam Aceh berkualitas dunia.
Pernyataan itu berkembang dalam seminar web nasional series yang diselenggara oleh Nilam Aceh Heritage (NAH) pada Sabtu (10/10/2020) lalu.
Dalam diskusi itu, para pihak sepakat mengembalikan nilam sebagai komuditi unggulan Aceh sebagaimana yang pernah dipelopori pada zaman dahulu.
Kegiatan itu terselenggara atas dukungan Unsyiah, BPPT-RI, Atsiri Riset Center (ARC)-Unsyiah, dan Pemerintah Aceh melalui Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TKP2K-Aceh) dan Bank Indonesia.
Adapun pembicara pada seminar itu yaitu, Kepala BPPT-RI Hammam Riza, Senior Advisor Word Bank Indonesia Tarmizi A Karim, Kepala ARC-Unsyiah Syaifullah Muhammad, dan Sekretaris Eksekutif TKP2K Aceh Hasrati Ali. Informasi tersebut disampaikan ke Serambinews.com melalui rilis pada Senin (12/10/2020).
Kepala BPPT-RI, Hammam Riza dalam kesempatan itu menekankan betapa pentingnya inovasi dan teknologi dalam meningkatkan kualitas dan nilai tambah minyak nilam mengingat nilam Aceh tumbuh dengan kualitas terbaik di dunia.
Baca juga: Tabrakan Mobil Grand Max dengan Honda Beat di Jalan Depan Stadion Langsa, Satu Orang Meninggal
Baca juga: Cuaca Buruk, Pelayaran di Pelabuhan Calang Ditunda Sampai Waktu tidak Ditentukan
Baca juga: Lebanon Menunjuk Tim Pembicaraan Perbatasan Laut dengan Israel
Sebagai bentuk dukungan pihaknya, kata Hummam, BPPT sudah memberikan 1 unit mesin fraksinasi kepada ARC -Unsyiah dan diresmikan langsung Menristek, Bambang PS Brodjonegoro beberapa waktu lalu.
Agar tanaman nilam Aceh memiliki nilai tawar tinggi, Kepala ARC Unsyiah, Syaifullah Muhammad menambahkan pentingnya kerja sama antar pihak baik pemerintah, perguruan tinggi, swasta, masyarakat dan media. “Kalau sendiri-sendiri kita tidak akan maksimal,” ungkap dia.
Hasrati Ali dalam kesempatan itu menyampaikan Pemerintah Aceh pada tahun 2021 berencana mengembangkan nilam dan komoditas lainnya di beberapa kabupaten/kota di Aceh dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan.
“Sistem pengembangan komoditas ini dilakukan secara terpadu meliputi kegiatan hulu-hilir, termasuk juga pertahanan petani agar konsisten membudidaya nilam juga perlu disiapkan,” ungkap dia.
Saat ini, tanaman nilam mulai dikembangkan oleh masyarakat kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Gayo Lues, Bener Meriah, Aceh Barat dan bahkan juga di kawasan Aceh Besar seperti di Lamteuba dan Lhoong.
Di pesisir timur, seperti Aceh Utara dan Pidie, khususnya daerah Geumpang. Dari informasi yang dihimpun Serambi, untuk harga beli nilam di tingkat petani saat ini cukup tinggi, mulai Rp 750.000 hingga Rp 800.000 per kg.
Sementara Tarmizi A Karim yang juga mantan Pj Gubernur Aceh mengusulkan agar dana desa yang jumlahnya sangat besar bisa dialokasikan untuk pengembangan budidaya nilam Aceh. Tentunya penggunaan dana desa melalui musyawarah antar desa.